webnovel

Chapter 5 part 5/6 Duel.

Suara ketikan dari banyak sekali komputer mengisi sebuah ruangan.

Diruangan itu banyak sekali orang dengan seragam yang sama.

Itu adalah ruangan dimana hampir segala informasi data pribadi dari para personel militer didistrik ini berkumpul.

Pada salah satu bagian ruangan ada beberapa kotak besar yang saling terhubung, kotak itu berbaris sangat rapih.

Melihat seberapa banyak kotak itu, menunjukan seberapa besar kapasitas data di distrik.

Setiap laporan yang diinput akan secara automatis masuk kedalam data base compress, untuk di perkecil sekecil mungkin, kemudian code data itu di simpan dalam data sebenarnya.

Tidak, kata disimpan mungkin setengah benar, dari pada di sebut begitu akan lebih tepat lagi bila di katakan itu dibuat ulang.

Hanya sedikit petunjuk dari data yang disimpan untuk kemudian direkonstruksi ulang menjadi data yang sebenarnya.

Mirip seperti sebuah gedung besar menjulang kelangit lalu disederhanakan menjadi hanya selembar kertas biru di atas meja.

Walaupun data base itu sedikit dari yang seharusnya, namun orang awan tidak akan menyangka bila jumlah segitu mampu menyimpan setiap data pribadi, transaksi bisnis, data vidio CCTV dan segala jenis data lainya. 2/3 dari kapasitas sudah terisi, meski begitu masih mampu untuk menyimpan segala aktifitas data setiap orang dari Distrik hingga 40 tahun lebih.

Data laporan Formal dari Republik ini juga ada, tetapi hanya mengisi sekitar 0,00005% dari keseluruhan data.

Dan itu jugalah alasan kenapa jumlahnya tak terlalu banyak.

Tidak banyak orang bisa mengakses ruangan ini, selain dari staf Divisi informasi, hanya ada beberapa orang dengan otoritas tertentu saja yang bisa.

Untuk beberapa alasan ada Werner disana dan para pengawal Anastasya.

Werner saat ini tengah memantau layar besar dengan banyak sekali gambar-gambar orang didalamnya.

"Cepat!!, Periksa semua CCTV didekat insiden, mulai dari pagi sampai malam".

Dengan mengatas namakan Perwakilan Federasi, Werner mendapat akses penuh untuk menyelidiki insiden tadi malam.

(Aku tidak berfikir kalo dalang insiden itu membayar para pembunuh tepat satu hari sebelum kejadian, akan saat masuk akal kalo itu terjadi sebelum datang kesinih, berdasarkan data yang kuperoleh orang-orang yang terbunuh itu sampai ke distrik lima hari yang lalu dari negara Central di bintang Cordelius, baiklah kemungkinan besar dari sana).

Salah satu bawahanya memangil werner.

"Pak kepala, menurut staf Divisi informasi, tidak ada orang dengan ciri yang anda sebutkan didekat tempat kejadian maupun dari data personel militer tempat ini".

"Periksa lebih teliti lagi, seharusnya ada beberapa petunjuk".

Werner tampak kelelahan, tapi itu bukan karna usaha kerasnya sekarang melainkan itu adalah kekawatiran.

Dia berkeringat dingin.

Keringat itu semakin deras setiap kali para bawahanya datang melapor.

(Sial, sial, sial, ini konyol, aku tidak percaya hidupku akan berakhir hanya karna hal konyol seperti ini).

Tanganya mengepal keras.

Keringat di wajahnya mulai berjatuhan, tetes demi tetes.

Werner mulai berteriak.

"Pangil ketua Divisi kemari!!!".

Beberapa saat setelahnya seorang pria berumur 50 tahun mengenakan kemeja lab berlari ke Werner.

"Ada apa tuan?"

"Sudahkah kau menemukan orang dengan ciri kas yang aku sebutkan tadi".

"Dari yang kami lihat di CCTV maupun data Faktual, Sampai saat ini tim saya tidak menemukan satupun personel militer di dekat tempat kejadian".

"Apa kau yakin".

"Iya, saya juga menyarankan kita mulai mencarinya dalam kategori lain".

"Baiklah, cari semua orang dengan keterampilan luar biasa, secepatnya".

Mendengar itu, Ketua Divisi mendecakan lidahnya.

Kemudian dia kembali berbicara.

"Bisakah anda menjelaskan orang seperti apa yang anda cari lebih jelas lagi, tim saya kesulitan mencocokannya".

Ini adalah masalah.

(Aku tahu itu tolong jagan katakan lagi, bukannya kau menyebut dirimu ahli, sekarang buktikan keahlianmu dengan menemukan orang misterius ini, tolong, aku akan berutang budi padamu selamanya).

Meski Werner kepala pengawal Anastasya, bukan berarti dia tidak takut mati, tetapi kesetiannya kepada keluarga Luenstain membuatnya rela mengorbankan nyawanya.

Kalo harus memilih, kematian terhormat itu jauh lebih baik, bukan apa yang terjadi padanya sekarang.

Werner memfokuskan jiwa dan fikirannya untuk menemukan orang ini, meski pun hanya setetes petunjuk yang dimiliki tidak ada kata tidak untuk printah tuannya.

Meskipun Werner mencium beberapa kejangalan, tapi printah tuannya adalah mutlak.

(Pria yang di sebutkan nona juga mencurigakan, bagaimana bisa orang ini tidak terlihat sama sekali).

###########################

Ada sebuah stadion didalam gedung militer, tempatnya dekat dengan ruang makan.

Tempat itu cukup luas, sesuatu yang mirip seperti stadion basket.

Itu adalah tempat dimana biasaanya para tentara berekreasi, hiburan dan sejenisnya, dilengkapi dengan mekanisme canggi membuatnya bisa beralih fungsi menjadi semacam Arena latihan tentara.

Ada beberapa ruangan di lengkapi layar besar yang langsung menampilkan vidio di Arena jika ada semacam acara.

Setiap satu tahun sekali ada sebuah perlombaan olah raga antar divisi, namun sekarang begitu sepi.

Semua kursi kosong.

Dan tahun ini tidak akan ada perlombaan semacam itu.

Tepat di tengah Arena ada dua orang saling berdiri berhadapan.

Satu di antara lebih tinggi dari yang satunya.

Dua orang itu adalah Leon dan Ferdinand.

Mereka bertatapan satu sama lain untuk beberapa waktu.

"Sebelum kita mulai, mari berkenalan namaku Leon".

"Baiklah, namaku Ferdinand".

Mereka berdua tampak percaya diri satu sama lain.

Ferdinand tersenyum.

(Aku suka pria ini, coba lihat dia begitu percaya diri, tidak ada yang lebih menghibur dari pada melihat ekspresi putus asanya nanti, kekeke, mari lihat sejauh mana kepercayaan diri itu merusak mentalnya).

Senyumnya semakin lebar.

"Terus pertahankan Ekspresimu itu, jangan mengecewakanku".

"Ooh, tentu, kau juga".

(Jadi dia berfikir bisa mengalahkanku, orang ini yang terbaik, baru pertama kalinya aku bersemangat sejauh ini).

Dengan kepercayaan diri Leon, membuat bara semakin membara didiri Ferdinand.

Untuk menilai sepercaya diri apa lawannya, Dia ingin memastikan sesuatu.

"Apa tidak masalah mempertaruhkan kekasihmu?".

"Tidak, tidak apa, mau seberapa banyak hal yang dipertaruhkan hasilnya akan tetap sama, jadi kau tidak usah kawatir".

(Cih, orang ini mulai menjengkelkan).

Bagi Ferdinand yang sudah menindas begitu banyak orang, ini pertama kalinya yakin akan kemenangan tanpa sedikitpun kehawatiran.

Memperhitungkan perbedaan fisik di antara keduanya, harusnya ada beberapa keraguan pada Leon kususnya masalah tenaga.

(Aku sudah membayangkanya sejak lama, untuk merebut kekasih seseorang di depan orangnya sendiri, akan jadi pertamakalinya buat, ini pasti akan sangat berkesan).

Ferdinand membayangkanya dalam-dalam.

Namun pihak lain sepertinya tidak sabar.

"Jadi kapan kita mulai".

Perkataan leon menghapus lamunan sesaat Ferdinand.

"oke~, begini peraturannya, kita duel dengan adil itu saja, mengerti".

"Baiklah, adil ya".

Untuk sesaat Ferdinand melihat leon sedikit tersenyum.

Tapi dia tidak memperdulikannya sama sekali.

(karna suasana hatiku sedang baik, aku bersumpah, akan membuat kakimu saja yang lumpuh selamanya).

Dengan pikiran itu Ferdinand mulai memasang kuda-kuda.

Kuda-kuda yang di persiapkan untuk serangan Agresif tanpa ampun, menunjukan seberapa besar niatnya.

Disisi lain Leonpun memasang kuda-kuda.

Hanya saja, itu terlihat aneh.

(Aku tidak pernah melihat kuda-kuda seperti itu sebelumnya, dari mana dia mempelajarinya, cih orang bodoh ini mungkin mengejekku).

Bagi Ferdinand yang mempelajari banyak seni bela diri, kuda-kuda yang leon terapkan sangat asing.

Kepercayaan diri masih tetap sama, kemudan menarik nafas dan menghembuskannya.

"Fuh".

Keduanya membeku di posisi masing-masing.

Kemudian sebuah suara muncul.

Itu suara drone kamera.

Drone itu terbang di sekitar mereka.

Lalu di tandai dengan sebuah layar besar menyala, pertarungan mereka dimulai.

Orang yang pertama bergerak ialah Ferdinand, dia segera menutup jarak dalam waktu singkat.

Sebuah pukulan melayang kearah leon menuju ke kepala.

Dalam jarak satu inci lagi pukulan itu kena, dengan cepat kepala leon di tekukan.

Itu perhindaran yang sempurna.

Leon melompat mundur kebelakang.

Sebelum itu terjadi tedangan kuat di arahkan kekaki leon.

Leon menahannya dengan tangan.

Dia terdorong akibat tendangan itu.

Tidak menyia-nyiakan kesempatan Ferdinand dengan singkat menutup jarak lalu memukulnya bertubi-tubi, leon menghindari pukulan itu berkali-kali seakan-akan bisa memprediksinya.

Kini giliran leon menyerang Ferdinand.

Intuisi terlatih Ferdinand merasakan itu.

Kemudian dia menutup area wajahnya dengan kedua lengan.

Pukulan bertubi-tubi dilancarkan.

Setiap serangan memancarkan niat membunuh.

(Wow~, dia cukup terampil juga).

Ferdinand berhasil menahan semua pukulan leon dengan cukup baik, bagaimanapun juga ada kesenjangan dalam tenaga dari keduanya.

Dan itu adalah satu-satunya keungulan Ferdinand, orang awam biasanya berfikir begitu, tetapi itu salah.

Ferdinand meyerang balik, berbeda dari yang sebelumnya dia memaksimalkan tangan dan kakinya.

Setelah beberapa kali memukul, memanfaatkan momentum ayunan lengan, setelah pertahanan leon tergores, tangan Ferdinand menyentuh tanah dan mulai menyerang dengan kakinya di posisi terbalik, Ferdnand berbalik sangat cepat seakan akan berat dari tubuhnya hanyalah tampilan belakang.

Akibat serangan itu pertahanan leon hancur sepenuhnya, kembali memanfaatkan momentum dalam waktu singkat Ferdinand berbalik kembali lalu mengepalkan tanganya.

Serangan sekuat tenaga.

Pukulan berat di lancarkan Ferdinand.

Itu kena kesasaran, tepat di dadanya, memperhitungkan seberapa besar pukulan yang diberikan, dalam keadaan normal itu akan membuat tulang dada hancur sehancur-hancurnya, membuat dada sesak serta pernafasan tidak menentu.

Leon menerima serangan itu tepat di dada, kemudian dia terpental kebelakang sejauh beberapa meter.

(Sial, itu berlebihan, tolong jagan mati dulu menyaksikan penderitaanmu nanti).

Mengumamkan itu dalam pikirannya, lalu harapan itu terjawab.

Leon kembali berdiri dari posisi tengkurap.

Perlahan dia mulai bangkit.

(Bagus itu yangku harapkan).

Leon sepenuhnya berdiri kemudian meludahkan darah merah kebawah.

Leon mulai berkata.

"Ini menyenangkan sekali, tidak akan kusia-siakan momen ini, mari rasakan lebih lama lagi".

Mengumamkan seperti itu dengan suara kecil, sehinga Ferdinand tidak mendengarnya.

Leon kembali memasang kuda-kuda berniat untuk menyerang.

#########################

Disaat yang sama.

Anastasya menatap layar besar di suatu ruangan berkaca di dekat stadion.

Bila dia melihat di balik kaca, dia akan melihat secara langsung Arena dimana leon dan Ferdinand berduel.

Anastasya sendirian duduk di kuris menantikan kemenangan Leon.

(Leon jadi itu namamu, tidak hanya sekali tapi kedua kalinya dirimu menyelamatkanku).

Sebelum Leon dan Ferdinand berduel, Anastasya sempat menanyakan namanya, kemudian berkenalan secara normal.

Membayangkan wajah Leon pada saat yang sama.

Anastasya megengam kedua tanganya.

(Aku mohon padamu jagan bunuh dia, orang berengsek itu harus tau apa artinya berurusan dengan seorang utusan Federasi yang juga bangsawan kerajaan, tidak hanya dia tapi juga keluarganya akan kubinasakan).

Wajarnya bila posisi di Anastasya sekarang, seorang wanita yang di incar akan segera pergi tak peduli siapa yang menang tetap nasibnya akan terancam, dia bukan barang untuk di pertaruhkan malainkan manusia biasa itu adalah pola pikir yang jelas.

Hanya saja alasan kenapa Anastasya duduk disini, karna dia tahu siapa yang pada akhirnya akan menang.

Anastasya masih mengigat jelas bagaimana puluhan mayat-mayat berceceran di sekitar gedung tua sesaat setelah dia keluar bersama leon.

Kondisinya begitu mengerikan, ada sebagain penuh dengan lubang dikepala akibat tusukan, lalu sebagian berlubang dengan peluru, dan ada beberapa juga yang posisi kepala maupun anggota tubuh lainya terbalik ke atas atau ke kebelakang.

Pada saat itu Anastasya hanya memperhatikan sekilas.

Namun dia merasakan rasa aman, bahkan sekarang.

"Leon~, kamu jauh lebih bisa di andalkan ketimbang para bawahanku yang bodoh itu".

Tidak peduli bagaimana alasan kenapa Leon bisa sampai di tempat kejadian, Anastasya tidak memikirkannya sama sekali.

Melihat kelayar, beberapa kali Leon jatuh, tapi itu tidak membuat mata penuh harapan Anastasya memudar sedikitpun.

"Bahkan, untuk rakyat jelata sepertimu, kamu luar biasa Leon".

Mata Anastasya mulai padam, lalu kepalanya melihat kebawah.

Dia bersuara.

"FuFufufufufufu~~~".

Beberapa waktu terlewati saat Anastasya menunduk.

Kini dia mengakat kembali kepalanya.

Dan mulai menyadari sesuatu.

(Huh, bagaimana bisa).

Ruangan yang tadinya Anastasya sendirian tempati, kini diisi oleh beberapa orang.

Itu terus berdatangan dari waktu-kewaktu tanpa Anastasya sadari.

Baik pria dan wanita berdatangan lalu duduk di sekitar Anastasya.

"Wah, itu hebat, nyum, nyum~".

Ucap seorang pria disampingnya.

"Menurutmu siapa yang menang".

Ucap teman pria itu.

Kini ruangan yang kosong, dipenuhi oleh sejumlah orang yang menatap kelayar.

Beberapa di antara mereka membawa makanan, dan bahkan ada juga beberapa dengan sosis dan popcorn, seakan-akan menikmati sebuah pertunjukan.

Anastasya melihatnya seakan tidak percaya.

(Apa-apaan mereka, bagaimana mereka bisa menikmati pertaruangan berdarah itu seperti sebuah hiburan).

Anastasya mendecakan lidahnya.

(Dasar orang-orang tidak bermoral).

Orang dibelakang Anastasya berbicara keteman di sampingnya.

"Ayo, kita taruhan, menurutku yang besar itu akan menang".

"hoi, itu curang, orang besar itu tidak hanya kuat tapi juga lincah, jelas kau kau tidak adil".

"heee~, begitu kah".

Mendengar hal itu Anastasya menyepitkan matanya.

(Dasar orang-orang menyedihkan).

Kecuali Anastasya, orang-orang berseragam hampir sama yang membedakan hanyalah beberapa detail di lenganya, menujukan dari mana saja Divisi yang di tempati orang tersebut.

Tapi bukan hanya seragamnya saja, ada satu hal lagi yang mencolok menyamakan mereka semua.

Itu adalah liangkaran hitam di sekitar matanya.

Selain dari Anastasya, semua orang di ruangan itu memiliki lingkaran hitam di mata.

(Aku tahu istilah, bahwa bekerja terlalu keras itu mengurangi produktifitas, tapi ternyata di tingkat tertentu juga bisa mengurangi kewarasan seseorang).

Ketika Anastasya mulai memikirkan apa yang arus dia lakukan nanti saat dia kembali kekerajaan, tentang pelajaran apa yang dia dapat dari kondisi saat ini, dia mulai merenungkan untuk memperpanjang hari libur karyawan di tempatnya. Suara orang di sekitarnya mulai terdengar.

"Bukanya tahun ini pertandingan di batalkan ya?".

"Entahlah, sepertinya rumor itu salah".

Selain dari mereka ada juga seorang pria dan wanita berbicara satu sama lain.

"Yang besar itu akan menang, aku yakin".

"Apa kau buta, jelas yang menang si pria tampan itu".

Ketika wanita membalas sang pria, layar semakin membesar, dan pertarungan semakin intens, kedua orang di Arena saling bertukar pukulan.

Lalu di barengi sorakan mengema di ruangan ini, tidak hanya itu terdengar juga suara sorakan dari ruangan sampingnya.

Mereka berteriak.

"kyaaa~, pemuda tampan itu akan menang".

"Kau salah pria besar itu yang akan menang".

"Ternyata mata seorang pria itu tidak bisa di percaya ya".

"Apa katamu"

Keduanya memasang sorot mata permusuhan.

Kelelahan benar-benar telah mempengaruhi kewarasan mereka.

Dari tadinya cuman dua kini menyebar ke yang lainya.

Menciptakan dua kubu.

"jelas-jelas pemuda tampan itu yang akan menang".

"hah!, apa kau tidak punya logika untuk berfikir jelas-jelas pria menyedihkan itu akan segera kalah, adalah impian setiap pria supaya mempunyai otot sebesar itu".

Moment seperti ini mirip seperti sekolompok suporter bola yang fanatik akan club yang dia idolakan, Melupakan arti sebenarnya dari permainan olah raga, kekalahan tidak bisa di tolerir, kalo perlu bentrok antar kedua kubu akan terjadi setelahnya.

Ketegangan semacam itu mirip yang terjadi sekarang ini.

Dukungan antara Leon dan Ferdinand di tentukan dari seberapa banyak berbandingan jumlah pria dan wanita yang menyaksikan pertandingan.

ตอนถัดไป