webnovel

Pelarian Tanpa Rencana

Qin Lang dan Tsai Fei memulai perjalanan mereka berdua. Dua orang asing yang dipertemukan oleh takdir aneh. Mereka awalnya hanya tahanan dan menjadi teman karena merasakan nasib yang sama. Sebuah dinding yang selama ini memisahkan mereka sudah runtuh.

Dua anak manusia berlari ke tengah hutan di tengah malam tanpa arah tujuan. Untung saja mereka berdua bukanlah manusia lemah yang suka mengeluh.

Bahkan, keduanya sangat jauh dari kata mengeluh dan menyerah.

Tsai Fei akan hidup demi janjinya pada ayahnya dan kerajaannya. Sementara Qin Lang akan berjuang demi janjinya pada Jiang Feng. Dua manusia yang teguh memegang janji akan memulai perjalanan mereka dan alam rimba adalah saksinya.

"Kita akan ke mana?" tanya Tsai Fei setelah berlari selama beberapa jam. Untung saja keduanya memang sudah terlatih fisiknya sehingga dalam pelarian panjang tidak akan ada yang dirugikan.

Qin Lang yang awalnya mengira Tsai Fei sebagai perempuan lemah dan manja meminta maaf dalam hatinya. Sekarang dia mengakui bahwa kemampuan si putri yang dia kira anak manja itu lemah, ternyata jauh melebihi ekspektasinya. Dia bahkan diam-diam mulai kagum pada kemampuan Tsai Fei.

"Ke mana saja asalkan selamat. Tak jauh dari sini ada desa. Kita bisa lewat sana dan kembali melanjutkan perjalanan," jelas Qin Lang.

Dia memang sudah terlatih fisiknya, tetapi dia bukan petarung darat. Qin Lang dilahirkan dalam hempasan samudera yang kuat. Dia anak lautan yang lahir dari kerasnya ombak dan badai di tengah laut.

Fisiknya memang kuat, tetapi cara bertarung di laut tak bisa disamakan dengan pertarungan di laut. Mereka bisa salah kalau begitu.

Tsai Fei bertolak pinggang menatap wajah Qin Lang dengan ekspresi wajah tidak percaya. Pria itu terlihat pandai, tetapi juga bodoh sekaligus.

"Apa kau bodoh? Jika kita ke desa akan sangat mudah dikenali. Mereka pasti bisa menemukannya. Lebih baik lewat hutan saja dan menyamar menjadi pedagang."

Tsai Fei melanjutkan penjelasannya. Dia mengatakan kalau ingin lari dari musuh mereka harus mengambil jalan yang tidak terduga. Seandainya musuh akan menduga mereka ke desa, maka mereka kan mengambil jalan yang sebaliknya. Begitulah pola pikir sang putri yang tidak pernah terduga oleh Qin Lang.

"Gadis ini sangat berbeda. Walau dia suka mengatur dan agak bossy, tetapi ucapannya benar juga. Kenapa aku tidak pernah memikirkannya?"

Qin Lang membawa pikirannya jauh ke samudera raya dan membayangkan pertarungan di laut dengan menghadapi musuh langsung adalah strategi yang terbaik. Memang sangat berbeda dengan daratan.

Tanpa berpikir panjang dia setuju dengan ide cemerlang temannya. Lagipula dia tidak punya ide yang lebih baik.

"Baiklah, aku setuju. Setelah kita aman, kita bisa berpisah," kata Qin Lang.

Tsai Fei agak tersentak. Selama beberapa jam ini, pria itu hanya memikirkan kata pisah saja. Entah apa yang membuatnya begitu tidak nyaman dengan kehadiran Tsai Fei. Untuk sementara gadis itu mengabaikan ucapannya. Lagipula belum tentu mereka akan berpisah, siapa yang tahu apa yang akan mereka hadapi di depan sana.

"Baiklah," jawab Tsai Fei memulai perjalanan mereka dengan sebuah peta yang diberikan oleh Qin Ming padanya.

Pria itu seolah sudah mempersiapkan segalanya dengan baik dan kebakaran aneh itu hanyalah sebuah alibi.

Dalam hatinya, Tsai Fei memikirkan Qin Ming. Dia sangat penasaran dan ingin berterima kasih andai benar pria itu sudah melakukan banyak hal demi dirinya. Dan kalau pun tidak, dia akan tetap berterima kasih atas peta yang diberikan.

"Apa ini benar? Kenapa kita semakin ke tengah hutan?"

Qin Lang agak curiga dengan jalan tempuh yang medannya semakin tidak karuan. Dia mencium ada hal yang tidak beres. Bisa saja peta yang diberikan oleh Qin Ming itu palsu atau hanya sebuah jebakan saja. Qin Lang memang tidak pernah mudah mempercayai seseorang, terlebih dalam hidupnya dia sudah dikhianati oleh seseorang yang paling dekat dengannya, dijual oleh ayahnya sendiri.

Sejak kejadian itu, Qin Lang tidak mudah percaya atau menggantungkan hidupnya pada orang lain hingga Jiang Feng membelinya menjadi seorang budak. Pria itu memang banyak berjasa padanya.

"Kurasa tidak. Kalau ini hanya jebakan kenapa dia susah-susah membawaku ke sini? Dia bisa membunuh atau menangkapku di sana saja. Kalau dia menginginkan kematianku tentu akan mudah dia membunuh aku sejak dulu. Kalau pun ini jebakan pasti ada sesuatu yang penting," jawab Tsai Fei secara tidak terduga.

Qin Lang merasa otaknya tidak sanggup memahami pikiran sang putri. Dia sangat aneh dan berani mengambil risiko walau tidak ada jaminan kalau Qin Ming itu anak baik, musuh atau kawan.

"Kau mempertaruhkan hidup," kata Qin Lang geleng-geleng kepala.

Tsai Fei mengedikkan bahunya. Dia mengangkat alisnya sebelah lalu tersenyum angkuh.

"Lalu apa lagi yang bisa kupertaruhkan? Pria itu tidak ada alasannya melakukan hal itu."

Qin Lang belum menyerah, dia kembali memikirkan sesuatu. Tidak mungkin baginya memikirkan Tsai Fei dengan begitu sederhana. Pastinya ada hal tersembunyi kenapa gadis itu terlihat tidak biasa dan banyak yang sepertinya memiliki kepentingan dengannya.

"Kecuali," kata Qin Lang menggantung kalimatnya.

Tsai Fei menatapnya dengan tajam dan tegas lalu dia tersenyum sebelum berkata, "Kecuali apa?"

Tatapannya seolah merasuki diri Qin Lang. Dia belum pernah sedekat ini dengan seorang perempuan sebelumnya. Walau bajak laut terkenal dengan sifat yang buruk dan sering main perempuan, tetapi bajak laut di bawa kepemimpinan Jiang Feng adalah pasukan yang berbeda. Bisa dikatakan mereka tidak memiliki kejahatan kecuali soal merompak kapal dan membagikannya kepada masyarakat sekitar yang miskin.

Seperti umumnya, masyarakat pantai dan pesisir sangat rentan dengan kemiskinan. Itulah kenapa Jiang Feng memilih membagikan kepada mereka.

Jadi, di laut mereka adalah iblis dan begitu bertemu dengan daratan, semua itu berubah. Pasukan bajak laut putih di bawah kepemimpinan Jiang Feng bagaikan dewa yang dipuja. Mungkin hal itu jugalah yang membuat mereka tidak disukai oelh segelintir orang terutama kaum pejabat korup dan tamak.

"Kecuali jika kau memiliki nilai lebih di matanya," lanjut Qin Lang setelah beberapa saat terdiam.

Sejujurnya dia terkesima dengan wajah cantik Tsai Fei. Kegelapan malam sudah mulai sirna dan tampak sedikit terang mulai muncul. Saat itulah dia sadar kalau Tsai Fei sangat cantik dan memukau sampai-sampai dia hampir tidak bisa menyelesaikan kalimatnya sampai tuntas.

"Ah, begitu. Apakah aku mencium aroma cuka?" goda Tsai Fei.

(Cuka di sini atau makan cuka adalah istilah cemburu dalam literasi China.)

Sebenarnya yang dimaksudkan Qin Lang adalah mungkin saja Tsai Fei ini seseorang yang penting dan memiliki nilai sehingga Qin Ming ingin menyelamatkannya. Tsai Fei juga tidak terlalu bodoh untuk memahaminya, hanya saja dia memilih untuk membelokkan pembicaraan dan membuat Qin Lang malu.

Karena tak ada jawaban dari Qin Lang, Tsai Fei terkikik pelan dan melanjutkan perjalanan. Dia yakin pria itu akan mengikutinya setelah semua yang mereka bicarakan.

Next chapter