Suasana di kediaman Jiang begitu tenang dan damai tampak dari luar. Seolah di sana semua orang hidup dengan damai dan tenang. Tsai Fei resmi menjadi tahanan rumah di kediaman ini, betapa pun orang-orang mencoba untuk menekan dirinya, tak ada tanda-tanda menyerah dari sang putri.
Qin Ming yang menjadi ketua prajurit yang menangkapnya menjadikan sang putri sebagai persembahan untuk tuannya. Jiang Rui, adik tiri dari Jiang Feng yang sudah memusnahkan kediaman kakaknya dan merebut segalanya, bahkan Qin Lang ternyata tidak berminat pada gadis muda itu. Dibandingkan mengambilnya sebagai selir dia lebih suka mengakui Fei sebagai anaknya. Usianya tak jauh beda dibandingkan dengan Jiang Wei atau Wewei.
Entah karena kebaikan hati para dewa atau memang sudah kehendak langit, Tsai Fei hanya dijadikan tahanan rumah dengan fasilitas yang baik dan mewah, hanya saja dirinya tidak boleh keluar.
Sebulan di sana, Fei mulai putus asa untuk melarikan diri. Berkali-kali dia mencoba dan hasilnya tetap saja nihil.
Sialnya lagi dia memiliki seorang penjaga yang sangat menyebalkan, namanya Qin Ming sang penggoda. Selain itu, dia juga dikurung bersamaan dengan seorang pria yang berada di sebelah ruangannya, Qin Lang.
Pria itu hanya diam saja dan jarang berbicara. Hampir saja Fei mengira kalau dia bisu atau lidahnya sudah dicabut. Walau pendiam, setiap malam selalu terdengar suara latihan. Fei juga tidak mau membuang waktu dia penasaran dengan siapa pria itu dan mengapa dia ditahan juga.
"Kau! Kenapa kau di sini?" tanya Fei langsung pada intinya.
Malam ini adalah malam ketiga puluh mereka berada di sana---hanya dipisahkan oleh dinding tipis sebagai batas antara keduanya.
"Bukan urusanmu," jawab Qin Lang dengan dingin setelah beberapa saat terdiam saja.
Tsai Fei selaku putri yang terhormat tidak lagi merasa dirinya hina atau marah jika mendapatkan respons yang jahat atau kejam. Sekarang dia hanyalah perempuan biasa---sama dengan gadis muda lainnya, sehingga dia harus belajar menjadi seperti mereka dan terbiasa diperlukan biasa---bukan sebagai tuan putri yang mulia.
"Baiklah. Aku tahu. Aku memang bukan siapa-siapa, tetapi aku bosan dan memiliki ide untuk bicara. Eh, kenapa kau tidak pernah mencoba melarikan diri?" tanya Tsai Fei penasaran.
Selama di sana, hanya dirinya yang sering mencoba kabur walau gagal. Pria di sebelah ruangannya sama sekali tidak pernah terlihat melakukan perlawanan.
"Aku bukan orang bodoh tanpa perhitungan," jawab Qin Lang.
"Kau!"
Tsai Fei hampir saja kesal dan berteriak, tetapi dia segera menahan dirinya agar tidak membuat keributan. Sayangnya, teriakan kecil itu sudah menarik perhatian dari sang penjaga penjara.
Qin Ming masuk dengan langkah berani dan tubuhnya yang tegap terlihat begitu indah. Andai saja dia orang baik atau salah satu pangeran, Tsai Fei bisa saja menikahinya. Namun, itu dulu. Kalau sekarang beda lagi.
"Ada apa? Apa kau membutuhkan sesuatu?" tanya pria itu sambil mendekat pada Tsai Fei yang pura-pura sibuk menulis.
"Ada," jawab Tsai Fei dingin. Dia sangat berbeda ketika menjawab pria ini dan berbicara pada Qin Lang tadi.
"Lalu, ada apa? Apakah sang putri membutuhkan pelayanan hamba?" tanya pria itu lagi.
Tsai Fei memutar bola matanya karena kesal. Pria ini sangat pandai merayu dan menggoda, seolah lidahnya disekolahkan hanya untuk itu.
"Aku butuh kau pergi dari sini," jawab Fei dengan santai tanpa melihat wajah pria itu.
Dia sengaja melakukannya agar lawan bicaranya kesal. Namun, ternyata trik sederhana ini tidak berhasil.
Qin Ming tertawa terbahak-bahak seolah dia sangat puas dan bangga. Entah apa yang membuatnya begitu tertarik pada Tsai Fei selain wajahnya yang memang cantik dan menawan.
Walau dia sudah berpakaian seperti orang biasa, tetapi jejak keanggunan dan ketegasan masih terlihat jelas bagi orang yang mengerti.
"Kau semakin marah dan dingin, semakin memperlihatkan siapa jati dirimu. Jangan perlakukan orang lain seperti ini, aku khawatir mereka semakin tertarik padamu," kata pria itu setelah dia menuntaskan tawanya yang pecah.
Tsai Fei menjawab, "Tidak semua orang gila dan bodoh serta kurang kerjaan sepertimu. Hanya kau saja yang begitu," ucapnya sambil menatap tajam pria itu dengan sorot matanya yang begitu tegas.
Ketika tatapan sang putri tepat pada dua netra kecokelatan milik Qin Ming, pria itu merasakan jantungnya seolah tertekan dan napasnya sulit diatur.
Entah apa yang terjadi padanya.
Berbeda dengan itu, Tsai Fei malah tidak merasakan apa-apa selain emosi dan rasa kesal yang menimbun di kepalanya.
"Kakak, ada apa?"
Terdengar suara seorang gadis di sebelah ruangan Tsai Fei, yang bahkan tanpa melihat wajahnya orang akan yakin dia cantik dan anggun.
Qin Ming mengerutkan keningnya dan menatap ke arah ruangan sebelah walau tak terlihat. Ada bayangan perempuan dan laki-laki di sana.
"Wewei?" gumam Qin Ming pelan.
"Pergilah dan jangan gadismu itu direbut oleh orang lain," kata Tsai Fei menggodanya.
Penjaga penjara yang ini memang agak menakutkan. Gadis itu sering datang menemui Qin Lang dan berbicara padanya walau minim respons dari pria itu.
"Kakak, aku mendengar suara teriakan. Apa kau baik-baik saja?" tanya gadis itu lagi.
Tetap tidak ada jawaban dari sang pria walau gadis itu terus bertanya dengan lembut lagi dan lagi.
"Ckckck, payah! Kalian berdua tahanan yang kejam. Bagaimana bisa menolak kebaikan hati kami," kata Qin Ming entah pada siapa dia bicara, apakah Tsai Fei atau Qin Lang.
Tsai Fei ingin menjawab kalau sebenarnya mereka ini lebih kejam karena memenjarakan orang yang tidak dikenal, tetapi dia menahan diri dan mengurungkan niatnya.
"Apa kau tidak ingin melihat gadismu itu?" tanya Tsai Fei lagi karena diabaikan.
Pria itu terkekeh.
"Aku ke sini ingin melihat Fefei-ku bukan Wewei. Yah, walau kuakui kalian berdua memang cukup cantik dan anggun," jelasnya tanpa menatap sang putri.
Dia masih penasaran kenapa Jiang Wei repot-repot bangun malam hari hanya ingin melihat tawanan. Bukankah itu berlebihan?
Namun, ketika dirinya hendak bertanya dia mendapat jawaban dari hatinya sendiri, bukankah dia sendiri juga melakukan hal yang sama?
"Kakak dan adik sama bodohnya," lirihnya pelan.
Mereka berdua sudah menjadi penjaga tawanan yang malah tertarik sama mangsanya.
"Kau masih ingin di sini atau apa?" tanya Tsai Fei dengan nada dingin dan tatapan matanya masih tajam seperti seekor elang yang siap memakan mangsanya, "kalau kau mau melihat ke sebelah dan penasaran, kenapa tidak periksa? Barangkali adik kesayanganmu itu diterkam singa belantara," kata Tsai Fei.
Dia sendiri belum pernah melihat singa belantara hanya asal bicara saja.
Qin Ming tertawa terbahak-bahak. Gadis ini selain memiliki kepribadian yang menarik juga suka asal bicara.
"Kau semakin menarik saja dan menyenangkan. Apa kau mau bercerita padaku?" tanya pria penggoda itu.
Tsai Fei berdiri dan marah. Dengan kekuatannya dia mendorong pria yang tidak tahu malu itu keluar ruangan dan mengunci pintunya walau sebenarnya tidak terkunci sempurna.
Qin Ming sudah puas dengan melihat Tsai Fei malam ini, jadi dia tidak memaksa masuk dan tersenyum puas sebelum kembali ke ruangannya sendiri.