webnovel

Foreign Place

Kabar anak kembar kaisar yang masuk ke sekolah sihir sudah tersebar luas. Bahkan anak-anak yang sekolah di sana juga sudah tau soal itu, mereka jelas melihat sebuah kereta kuda dari kerjaan yang sudah membangun sekolah sihir itu. Mereka semua berbondong-bondong melihat ke arah jendela di mana anak kaisar itu berada.

Tapi tak semua orang terlihat bersemangat, bahkan ada di antara meraka yang bergosip membahas soal rumor dari si kembar. Tentu saja rumor itu soal mereka yang baru bisa mengeluarkan mana, padahal biasanya anak kaisar akan selalu bisa mengeluarkan mana di umur lima tahun membuat beberapa di antara mereka terkejut akan hal itu.

"Katanya ini ada hubungan dengan mereka yang baru bisa mengeluarkan mana" ucap seorang gadis berambut merah muda dengan manik merah gelap

"Bagaimana jika ada yang dengar" sahut gadis berambut biru muda dengan manik kuning keemasan

"Memang apa peduliku, kau tau mereka itu hanya anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian kaisar" gadis berambut merah muda itu kembali berbicara membuat beberapa dari mereka menatapnya tak percaya

"Aku sudah katakan jangan berbicara hal aneh" gadis berambut biru muda itu kembali memperingati tapi gadis berambut merah muda itu tetap mencibir akan rumor yang telah dia dengar dari tunangannya

Tak lama professor masuk dan menyuruh mereka duduk dengan tenang, semuanya mulai tenang sampai si kembar masuk membuat semuanya kembali ribut. Si kembar terlihat biasa saja karena mereka sudah tau jika ada rumor yang tersebar tentang dirinya. Tentu itu ulah putra mahkota atau kakak mereka yang masih terus berusaha membuat mereka tak bisa mendapatkan tahta kerajaan.

Tapi di balik semua itu ada seorang pria yang terlihat tak tertarik akan kedatangan mereka "sudah-sudah, walau di sini tidak ada sistem kasta tapi tetap saja kalian harus menghormati Pangeran dan Putri kerajaan ini" sahut professor itu dengan harapan suara keributan di sana akan mulai mereda

Sesuai harapan, tak ada lagi suara keributan membuat professor itu menyuruh si kembar duduk di bangku yang kosong. Tatanan bangku membuat kedua bisa duduk bersebelahan dengan dua orang lainnya. Yang satu ada seorang pria dengan rambut hitam gelap dan manik berwarna biru tua dan yang satu seorang wanita dengan rambut coklat muda dan manik berwarna kuning cerah.

Pelajaran kembali berjalan dan selama itu juga di kembar terlihat belajar dengan baik. Tak hanya mana mereka saja yang muncul mendadak bahkan keduanya bisa di katakan jenius sejak masih berumur tiga tahun. Tapi karena tak memiliki mana mereka di anggap sebagai aib dan di buang begitu saja. Tapi sekarang semua itu tak akan terjadi lagi.

Mereka memiliki mana yang menjadi legenda dan juga jenius dalam semua bidang. Tentu itu akan menjadi nilai plus untuk kedua bisa mendapatkan tahta kerajaan. Walau harus menggunakan cara licik pun mereka tak akan masalah, karena mereka sudah terlalu lelah jika harus mengalah dari kakak mereka yang tak tau diri itu.

Jam pembelajaran selesai dengan baik dan keduanya hanya duduk diam di bangku mereka. Semuanya sudah keluar dari kelas, berbeda dengan mereka yang malah menutup buku dan saling menatap jendela. Di mana mereka bisa melihat lapangan sekolah yang sangat luas "kak menurutmu bagaimana dengan sekolah ini?" tanya rimonda melirik ramon yang menaruh kepalanya di atas meja

"Entah kita baru saja sampai tapi sepertinya ini lebih baik dari pada di istana" jawab ramon dengan mata tertutup membuat rimonda menatapnya kesal

"Kak, bisakah kakak jangan tidur" ucap rimonda mengguncang tubuh ramon yang langsung terbangun

"Kau mau makan" tanya ramon menatap rimonda yang mengangguk semangat

"Kau tau tatapan orang itu membuatku tak bisa makan dengan baik" adu rimonda membuat ramon menghela nafas pelan

"Jangan mengatakan hal seperti itu, nanti ada yang dengar" jawab ramon menarik tangan rimonda yang terlihat tak peduli

Meraka sampai di ruang makan, dan di sana sudah banyak orang. Tak ada sistem kasta di sini membuat mereka bisa berbaur mengabaikan dirinya itu siapa. Walau begitu ada beberapa bangsawan yang masih sering bersikap buruk pada anak yang mendapat beasiswa di sekolah ini. Tentu saja seperti apa yang terlihat sekarang, seorang gadis berambut merah muda dan warna mata merah tua itu tengah menendang seorang pria.

Si kembar yang melihat hal itu langsung berdecak kesal dan menghampiri gadis itu. Tatapan gadis itu terlihat tak suka mendapati si kembar yang datang, apakah itu adalah tatapan yang pantas di perlihatkan pada keturunan kerajaan ini. Mereka memang tak berharap banyak tapi melihat tatapan itu membuat rimonda tak menyukainya.

Rimonda maju dan langsung menatap gadis itu dengan tatapan tajam, dia yang tidak pernah peduli soal etika itu langsung menarik rambut gadis itu. Gadis itu berteriak membuat semua anak-anak melihat hal itu, banyak di anatar mereka yang tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Kau itu sepertinya kurang belajar etika dengan baik" ucap rimonda di sebelah telinga gadis itu

Gadis itu meringis dan menyentak tangan rimonda yang terlihat biasa saja "kau yang kurang belajar, seharusnya kau tau diri siapa dirimu" sahut gadis itu dengan tatapan merendahkan rimonda

Ramon yang membantu pria yang menjadi korban hanya bisa menghela nafas. Gadis itu tidak tau saja apa yang bisa rimonda lakukan, dan benar saja rimonda langsung menunjukkan senyuman miringnya "ternyata rumor itu kau percaya" ucap rimonda langsung meninggalkan gadis itu

Merasa menang gadis itu terlihat makin mengejek rimonda tapi tak lama gadis itu langsung terjatuh saat dia berjalan pergi dengan wajah menghadap pada pria yang menjadi korbannya. Semua orang tertawa menatap apa yang baru saja terjadi, dan ramon yang bisa menahan tawanya atas apa yang di lakukan rimonda. Rimonda tidak akan terang-terangan membalas seseorang yang merendahkan dirinya.

Tapi dia hanya akan tersenyum dan membuat pelaku malu sendiri tanpa dia sadari. Seperti inilah di mana gadis berambut merah itu langsung marah-marah tak jelas dengan tawa semua orang yang masih terdengar "kak ayo pergi, nafsu makanku menghilang" rimonda menatap ramon yang mengangguk

Ramon menepuk bahu pria yang menjadi korban itu dan langsung menghampiri rimonda yang ternyata juga menahan tawanya. Keduanya langsung tertawa lepas di belakangan gedung sekolah, tak ada yang melihat apa yang mereka lakukan sekarang sampai keduanya di kejutkan dengan seorang pria yang mereka lihat tadi.

"Kau pria yang tadi bukan" tanya ramon membuat pria itu mengangguk

"Aku caesar, terima kasih untuk yang tadi"

Next chapter