"Ibu ingin bertanya padamu."
Noah terdiam. Ucapannya disela oleh ibunya sendiri, dan ibu sama sekali tidak menyadari itu. Dia mengurungkan niatnya dan menganggukkan kepalanya, mempersilahkan ibunya untuk bertanya.
"Ke mana saja kamu?"
"Ah itu ...."
Tanpa sadar telunjuknya bergerak dan menggaruk pipinya. Matanya yang berwarna midnight express itu beralih untuk mencari jawaban yang cocok untuk ibunya.
'Kalau aku beritahu tentang itu, ibu pasti khawatir,' pikir Noah.
"Tadi-"
[Berita terbaru dari Kota Seojal.]
Pembicaraan ibu dengan anak itu terputus begitu suara reporter dari dalam televisi yang sedari tadi tidak dianggap itu menjadi pusat pendengaran mereka. Ibu yang tadinya menatap Noah menoleh ke belakangnya untuk melihat televisi yang sedang menampakkan wajah seorang reporter.
'Terima kasih pembawa berita.' Noah terselamatkan untuk sementara.
"Ah, ya ampun ...."
Tangan ibu spontan bergerak menutupi mulutnya. Membulatkan manik matanya yang berwarna royal brown dan mengangakan mulutnya tanpa sadar. Layar televisi itu menampilkan Kota Seojal yang saat ini dia dan anaknya tempati tengah kacau.
[Munculnya portal lain setelah kemunculan [Tower] yang tidak diketahui. Para ilmuwan sedang meneliti beberapa portal yang muncul dan tim Hunter mencoba memasuki salah satu portal yang dekat dengan kantor gubernur. Masih belum diketahui penyebabnya dan saat ini tim Hunter masih belum ke luar dari portal tersebut.]
Tampak dengan jelas bangunan-bangunan yang menjulang tinggi sudah hancur akibat gempa dan banyaknya portal-portal hitam yang muncul di atas reruntuhan. Langit memang menampakkan dirinya, tetapi portal hitam yang besarnya 2 kali lipat tubuh manusia bermunculan dimana-mana.
"Noah."
Yang dipanggil itu menoleh, menatap ibunya yang ternyata sudah menatapnya.
[][][][][]
Setelah pembicaraan yang canggung dengan ibunya, hening kembali menguasai ruangan tempat dia dirawat. Riley yang tadinya mengurus surat dari rumah sakit sudah pergi bersamaan dengan ibunya.
'Riley bilang, dia ada urusan mendesak bersama ibunya. Apa itu?' pikir Noah. Firasatnya mengatakan buruk, tapi dia tidak mau membuang waktunya.
Tadinya Noah melihat langit biru dari balik jendela rumah sakit itu. Menunggu punggungnya pulih dalam jangka waktu seminggu. Baginya itu sangat lama, disamping para Hunter melatih diri mereka untuk menjadi lebih kuat.
"[Penyimpanan]."
[TRING!]
Suara yang mirip bel berbunyi itu menguasai pendengarannya. Noah yang sudah mulai terbiasa itu menatap datar melalu matanya yang tajam pada jendela mengambang di hadapannya. Terdapat satu barang yang di dalam sana yang akan sangat berguna untuknya.
'[Healing Potion] akan sangat berguna untukku nanti, mungkin lebih baik aku menyimpannya.'
Ketika dia akan menutup jendela mengambang itu, pria bersurai hitam itu teringat sesuatu. Tiba-tiba pikirannya tertuju pada ayahnya yang tergeletak tidak berdaya di rumah sakit luar negeri.
'Apa benda ini bisa menyembuhkan ayah?' pikir Noah.
Dia mengulurkan tangannya untuk mencoba menekan [Healing Potion] tersebut. Dan tepat sesuai dengan keinginannya. Terdapat informasi mengenai benda tersebut.
[Healing Potion
Ramuan penyembuh memulihkan luka yang hanya bisa digunakan [Player]]
'Itu berarti [Healing Potion] tidak bisa untuk ayah,' pikirnya.
Memang mengecewakan. Noah tidak bisa memberikan ramuan itu kepada ayahnya yang sakit, karena ayah bukanlah [Player]. Tapi, dia bisa memulihkan dirinya sendiri dengan menggunakan satu [Healing Potion] tersebut.
Noah menatap jendela melayang itu dengan teliti. Berharap bahwa ada tulisan tersembunyi pada keterangan [Healing Potion]. Namun, setelah melihatnya; dari atas hingga bawah, tidak ada tulisan kecil atau samar yang diharapkan tertangkap oleh matanya.
Dengan rasa keputus asaan, Noah menghela napasnya dengan kasar. Dia bangkit dari tidurnya dan melupakan bahwa tulang punggungnya retak. Noah meringis dan mengumpati rasa sakit tersebut.
"Lebih baik sekarang aku gunakan itu sebelum [False] tiba-tiba muncul di hadapanku lagi," gumamnya. Tangannya mengelus pundaknya, namun sekali dia meringis dan hampir saja berteriak.
"Ya. Ini benar-benar menyakitkan." Noah bergumam tidak jelas.
Dengan gemetar tangannya bergerak menuju layar yang menampilkan banyaknya barang-barang yang selama ini dia dapatkan setelah [Penalty]. Tidak tahu apa kegunaan barang tersebut, Noah belum terlalu berminat untuk melihatnya. Dia masih meratapi rasa sakit yang luar biasa pada punggungnya.
"Setelah terkena serangan [Hantu Kabut], lalu terjatuh ke jurang. Aku berharap hari-hariku tidak akan lebih sesuram ini," gerutunya.
Noah menekan gambar [Healing Potion] yang berbentuk labu ukur, di dalamnya terlihat cairan yang berwarna merah seperti darah. Awalnya Noah berpikiran bahwa cairan tersebut adalah darah dan tentu saja dia merinding karena dia harus meminum cairan tersebut.
Namun, setelah gambar itu ditekan, dia teringat sesuatu. Gambar yang dia tekan itu kini berubah menjadi nyata dan melayang di depannya. Spontan saja, Noah menjangkau labu ukur itu dengan kedua tangannya dan memegangnya dengan erat agar tidak terjatuh.
Cahaya biru yang membuatnya mengernyit itu tampak seperti radiasi, tapi saat ini dia tidak peduli. Karena, ada pertanyaan yang lebih besar di dalam benaknya dibanding pertanyaan tentang [Healing Potion] dan sinar biru tersebut.
'Kenapa aku bisa menyentuh layarnya?'
Pertanyaan itu berputar dalam pikirannya, dengan tebakan jawaban yang membuatnya semakin bingung.
Sebelumnya, Altair Noah Ortiz tidak bisa menyentuh tulisan pada layar mengambang di depan matanya. Kejadian itu membuatnya malu dengan wajahnya yang merah seperti tomat. Peristiwa yang sangat ingin dilupakan oleh pria yang memiliki warna bola mata midnight express.
'Apa ini karena aku mengalami [Kebangkitan]?' tebaknya. Keningnya dibuat berkerut karena banyaknya pertanyaan yang memenuhi benaknya.
Noah masih disibukkan menatap layar mengambang itu dengan tatapannya yang tajam dan tanpa disadarinya seorang perawat masuk ke dalam ruang rawat inapnya yang VIP.
Suara pintu terbuka itu menarik perhatian pendengaran Noah dan matanya langsung tertuju pada pintu bercat putih tersebut. Secara spontan dia kembali menaruh labu ukur yang merupakan [Healing Potion] ke dalam [Storage] -dia menganggapnya begitu-. Lalu dengan tenang mengatakan,
"[Tutup]."
Mendengar hal yang membuatnya jadi salah paham, perawat yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu terkejut. Memang kebetulan bahwa dia lupa untuk menutup pintu yang baru saja dia gunakan untuk memasuki kamar inap VIP ini. Mata wanita itu membulat dan segera membalikkan tubuhnya untuk bergegas menutup pintu dengan rasa yang gelisah. Dan entah mengapa wajahnya memerah.
Melihat sikap perawat itu, Noah memiringkan kepalanya. Dia sadar dengan ucapannya yang tidak sesuai pada waktunya. Dan perawat itu kini berpikiran yang tidak-tidak.
"A- anu ... aku sudah mempunyai suami," ucap perawat sambil malu.
Dia memainkan kedua tangannya yang menandakan ragu untuk mengatakannya. Wajahnya juga memerah seperti tomat, sama persis pada saat Noah merasa malu ketika dia salah maksud pada layar mengambang itu.
"Ah itu."
'Aku harus meluruskan ini.'
Dengan cepat Noah meluruskan apa yang dimaksud. Perawat itu membuatnya tidak nyaman. Ah, perawat itu ialah salah satu dari orang yang dibentak oleh Ibu Noah. Karena kelalaiannya dalam menjaga Noah yang terbaring di atas ranjang dingin rumah sakit terbaik di Kota Seojal.