Xiao Yi tidak berani keluar dari kamarnya meski sejak tadi terdengar Mei-Yin terus mengetuk pintu sambil memanggil namanya. Malu jika harus bertemu Li Zheng Yu setelah apa yang terjadi pagi tadi.
Gadis itu bahkan sampai tidak sarapan karena tidak ingin bertemu dengannya.
"Xiao Yi, apa yang kau lakukan di dalam kamar? Apakah kau pingsan?" tanya Li Zheng Yu sembari mengetuk pintu dengan cukup keras.
Pria itu terpaksa pulang dari kantornya setelah mendapat telepon dari Mei-Yin jika Xiao Yi tidak mau keluar dari kamarnya. Ternyata menjadikannya pengasuh Mei-Yin lebih merepotkan. Ia seperti harus mengasuh dua putri sekaligus.
Xiao Yi menekuk wajahnya sambil menutupi telinganya dengan bantal. Tidak punya nyali untuk menampakkan dirinya.
"Pria tua itu sudah membuatku malu," gerutu Xiao Yi.
"Xiao Yi, keluarlah sebelum pintunya ku dobrak. Atau sepertinya aku harus mengubah perjanjian selama satu tahun. Kau bahkan tidak akan pernah keluar hingga menua di rumah ini. Tidak akan ada yang mau menikah denganmu lagi," ancam Li Zheng Yu dengan suara keras agar gadis itu mendengarnya. Karena ia tahu jika dia tidak tertidur.
Xiao Yi segera menyingkirkan bantal dari kepala. Tidak, ia tidak akan membiarkan selamanya berada dengan pria tua itu. Dengan gerakan cepat Xiao Yi segera turun dari ranjang dan membuka pintu.
Mulai sekarang sepertinya ia harus memiliki muka tembok agar kebal dari rasa malu.
"Ada apa?" ujar Xiao Yi sembari membuka pintu. Bibirnya terlihat sangat cemberut.
"Aku memintamu menjadi pengasuh putriku bukannya aku yang mengasuhmu pula," gerutu Li Zheng Yu. Untung ia masih memiliki batas kesabaran yang tinggi. Jika tidak, mungkin sudah menyeret dan memberi pelajaran Xiao Yi.
"Bukankah sudah kukatakan sejak awal jika aku tidak suka dengan anak kecil? Aku tidak tahu bagaimana cara mengasuh anak kecil," terang Xiao Yi dengan sedikit jengkel.
Li Zheng Yu menyesal sudah menghabiskan banyak uang tali ternyata Xiao Yi memang tidak bisa diandalkan sama sekali. Tahu jika seperti ini lebih baik mempekerjakan sepuluh wanita untuk mengasuh Mei-Yin.
"Itu sebabnya mulai sekarang kau harus belajar," ucap Li Zheng Yu dengan suara agak meninggi.
"Ayah, jangan berbicara kasar pada Bibi Xiao Yi. Bibi mungkin sedang tidak enak badan," Mei-Yin sembari merangkul kaki gadis itu dengan erat.
Xiao Yi mengernyitkan dahinya karena terharu dengan anak sekecil dia.
"Lihatlah putrimu bahkan sangat baik dan mengerti," ujar Xiao Yi.
"Sekarang makanlah, bukankah sejak tadi kau belum sarapan? Aku tidak ingin ada orang yang tiba-tiba saja mati di rumahku," gerutu Li Zheng Yu.
Xiao Yi menggembungkan pipinya. Tapi kakinya melangkah mengikuti Mei-Yin yang menarik pergelangan tangannya.
"Mei-Yin, jangan menghubungi ayah hanya karena hal sepele. Di kantor banyak pekerjaan yang menumpuk. Gara-gara kau terus membuat repot ayah karena hal tidak penting," ujar Li Zheng pada putri kecilnya.
"Baik, Ayah," sahut Mei-Yin dengan kepala tertunduk. Takut ayahnya akan marah.
Xiao Yi menggigit bibir bawahnya karena iba melihat Xiao yang kena marah Li Zheng Yu. Namun ia mencoba untuk tidak peduli.
"Kau juga, perjanjian kita berubah jadi satu tahun karena kau sudah membuatku membuang waktu hanya untuk mengurusmu," ucap Li Zheng Yu pada Xiao Yi sebelum akhirnya melangkah pergi meninggalkan rumah besar itu.
"Kenapa bisa begitu?" Xiao Yi lantas bergerak untuk mengejar Li Zheng Yu. Sepertinya ia harus minta sebelum dirinya terjebak lebih lama di dalam rumah itu.
"Bibi mau kemana?" teriak Mei-Yin.
Namun sayang sekali Xiao Yi tidak mendengarkan Mei-Yin. Gadis itu terus berlari sampai menuruni anak tangga di teras meski Li Zheng Yu sudah naik ke dalam mobilnya.
Tok … tok …
Xiao Yi menggedor pintu mobil Li Zheng Yu dengan kuat.
"Tuan Li, aku mohon cabut kata-katamu lagi," rengek Xiao Yi.
Li Zheng Yu sudah terlanjur dibuat kesal oleh gadis itu sehingga melajukan mobilnya semakin cepat saat hendak melewati pintu gerbang.
Keadaan kaca yang licin membuat Xiao Yi terjerembab ke tanah yang kasar.
"Awhh," rintih Xiao Yi dengan posisi duduk. Kaki dan tangannya kini terluka oleh gesekan tanah bebatuan.
"Bibi," seru Mei-Yin diikuti oleh Ling Zhi di belakangnya.
Meski sudah ada Xiao Yi tapi Ling Zhi tetap diminta mengawasi karena pria itu kurang percaya dengan kemampuan Xiao Yi yang hanya sejengkal mengasuh seorang anak.
"Bibi berdarah," ujar Mei-Yin yang sudah berjongkok di depan Xiao Yi. Lalu dihembusnya lengan Xiao Yi yang tampak perih.
"Xiao Yi, kenapa kdu begitu ceroboh dan tidak hati-hati? Lihatlah kaki dan tanganmu lecet semua," tukas Ling Zhi.
"Kalian berdua tidak usah terlalu peduli. Aku yakin sekarang kalian ingin menertawakanku," gerutu Xiao Yi dengan bibir cemberut. Ternyata pria itu memang selalu membuatnya jengkel.
"Xiao Yi, jangan bersikap kasar pada Nona. Mulai sekarang belajarlah bersikap lembut jika tidak ingin mendapatkan masalah," saran Ling Zhi sembari membantu Xiao Yi berdiri.
"Kau berkata seperti itu karena tidak merasakan apa yang kurasakan. Kau pikir setahun itu tidak lama?" Xiao Yi berjalan sedikit pincang.
"Tidak akan lama. Asal kau tahu saja Tuan Li juga sangat baik dan selalu memberikan kami bonus jika bekerja dengan baik," terang Ling Zhi. Meski belum lama bekerja dengannya tapi ia sudah bisa merasakan kebaikannya.
Xiao Yi memilih diam karena mereka tidak akan pernah mengerti apa yang harus dilakukan olehnya. Dari hanya satu hari sampai satu tahun ia harus melayaninya. Membayangkannya saja sudah membuat Xiao Yi merasa ingin muntah.
Mereka kemudian masuk ke dalam rumah. Mei-Yin berjalan berdampingan dengan Xiao Yi sambil memegang pergelangan tangannya.