webnovel

Bab 25 - Mati lampu

Li Zheng Yu mengemudikan mobilnya kembali memasuki halaman rumah Fang Yin karena tidak mungkin membiarkannya terus menerus di pinggir jalan.

Angin bertiup sangat kencang sepertinya sebentar lagi akan terjadi hujan lebat. Rambut Xiao Yi melambai-lambai terkena angin. Sebenarnya ada keresahan tersendiri di hati Xiao Yi. Takut jika Li Zheng yu berbuat macam-macam dengannya.

Bagaimanapun pria itu adalah seorang single daddy. Sudah pasti pikirannya akan kemana-mana seperti pria normal lainnya yang pernah bercinta. Apalagi tadi Li Zheng Yu sudah melihat tubuhnya yang polos tanpa memakai apapun. Jika mengingat hal itu, Xiao Yi rasanya ingin membenturkan kepalanya ke dinding.

Li Zheng Yu berlari-larian sambil membawa kantong belanjaan karena hujan sudah mulai turun dengan deras.

"Mei-Yin, cepatlah masuk," ajak Xiao setelah membuka pintu lebar-lebar. Andaikan ada Fang Yin pasti dirinya tidak akan kerepotan seperti ini.

Tepat di saat yang bersamaan tiba-tiba saja mati lampu hingga keadaan sangat gelap di dalam rumah.

"Aaaaa," teriak Mei-Yin yang langsung memeluk kaki Xiao Yi dengan sangat erat karena ketakutan.

"Bibi, aku takut," imbuhnya dengan tubuh gemetar.

Xiao Yi memutar bola matanya. Ingin berkata kasar tapi tidak tega karena Mei-Yin masih sangat kecil sehingga wajar jika takut gelap.

"Dimana ayahmu? Kenapa lama sekali?" gerutu Xiao Yi sembari melihat ke arah luar.

Kilat disertai bunyi dentuman keras mengagetkan Mei-Yin.

"Bibi, aku takut petir," ujar Mei-Yin dengan terisak-isak.

"Baiklah, mari kugendong," ujar Xiao Yi yang terpaksa mengangkat tubuh Mei-Yin ke dalam pelukannya. Meski tidak menyukainya bukan berarti setega itu membiarkannya ketakutan.

Tidak lama kemudian Li Zheng Yu menyusul ke dalam rumah dengan baju yang sudah basah kuyup terkena air hujan.

"Sial, kenapa harus mati lampu di saat yang tidak tepat seperti ini," gerutu Li Zheng Yu lalu meletakkan barang belanjaannya di depan pintu.

Pria itu lalu merogoh ponselnya dari saku celananya yang bisa digunakan untuk penerangan.

Xiao Yi meraba-raba dinding untuk menemukan sofa karena tubuh Mei-Yin gemetar karena ketakutan.

"Tenanglah, sudah tidak ada petir lagi," uajr Xioa Yi seraya mengusap punggung Mei-Yin setelah duduk di sofa dengan Mei-Yin berada dalam pangkuannya.

"Apa di rumah ini tidak ada lampu cadangan ketika mati lampu?" gerutu Li Zheng Yu seraya melangkah masuk.

"Tentu saja tidak. Karena jarang sekali mati lampu seperti ini," sahut Xiao Yi dengan ketus.

"Uhuk … uhuk …." Li Zheng Yu terbatuk-batuk disertai dengan bersin. Ternyata air hujan mulai meresap di tubuhnya.

"Bisakah aku meminjam handuk untuk mengeringkan tubuhku? Jika ada, sekalian saja pakaian kering," ujar Li Zheng Yu yang sudah mulai kedinginan.

"Mana mungkin di sini ada pakaian pria karena disini kami hanya tinggal berdua saja. Tapi jika kau mau tidak masalah aku akan meminjamkan pakaianku," sahut Xiao Yi seraya mengulum senyum penuh arti.

"Baiklah, ambilkan sekarang juga," perintah Li Zheng Yu.

"Kenapa kau tidak pulang saja? Rumahmu bahkan sangat dekat dari sini," ujar Xiao Yi yang secara tidak langsung mencoba mengusir Li Zheng Yu.

"Tidak, cepatlah karena aku sudah mulai kedinginan," ujar Li Zheng Yu.

Xiao Yi menurunkan Mei-Yin ke sofa karena setelah kedatangan ayahnya sepertinya sudah mulai tenang.

"Menyusahkan saja. Lagi pula kenapa tidak pulang padahal rumahnya juga nampak," gerutu Xiao Yi seraya berjalan menaiki tangga dengan ponsel sebagai penerangannya.

Xiao Yi segera mencari kaos dan celana pendek yang jarang dikenakannya. Ukurannya juga lumayan besar meskipun di tubuh Li Zheng Yu tetap kelihatan pas.

"Aku hanya memiliki pakaian ini yang bisa kau kenakan. Jika suka dipakai, jika tidak maka silahkan pulang saja," ujar Xioa Yi dengan datar setelah kembali ke ruang tamu.

"Tidak terlalu buruk," ujar Li Zheng Yu kemudian hendak membuka bajunya.

"Aaaaaa!" teriak Xiao Yi sambari menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

"Bisakah kau tidak memakainya di sini? Kenapa kau tidak pergi ke kamar mandi saja?" ujar Xiao Yi.

"Tidak usah berlebihan seperti itu. Siapa juga yangg akan mengenakannya di sini? Kau pikir aku sudah gila," ujar Li Zheng Yu.

"Pergilah ke kamar mandi yang ada di sebelah sana," ujar Xiao Yi seraya menunjuk ke arah kamar mandi di dekat dapur yang terlihat gelap.

Li Zheng Yu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi yang ditunjukkan Xiao Yi.

"Mei-Yin, apa kau masih merasa takut?" tanya Xiao Yi sembari duduk kembali di sebelah gadis kecil itu.

Mei-Yin menggelengkan kepalanya pelan. Bola matanya yang jernih bergerak di bawah cahaya uang tidak terlalu terang.

"Bibi, aku lapar," ucapnya dengan jujur.

Xiao Yi mendesah berat. Seandainya saja sendirian pasti memilih tidur di saat hujan lebat seperti ini.

Next chapter