webnovel

Bab 19 - Maukah kau jadi pacarku?

Xiao Yi terus mengemudikan motor yang berwarna merah itu dengan kecepatan sedang. Rambutnya melambai-lambai diterpa angin malam karena memang tidak mengenakan helm. Jika sedang mengendarai motor seperti ini, Xiao Yi jadi teringat Yu Chen.

Dahulu mereka sering bepergian dengan menggunakan motor dengan alasan agar lebih romantis. Jika tidak karena Yu Chen, mungkin sampai sekarang Xiao Yi tidak pernah bisa menaiki motor. Seburuk apapun Yu Chen, tetap saja pria itu pernah menghiasi hari-harinya.

Lin Xiao Yi tersentak dari lamunannya ketika remaja pria yang diboncengnya, justru melingkarkan tangan di perutnya. Ini sungguh membuatnya sangat tidak nyaman. Kepala remaja itu bahkan kini telah bersandar di punggungnya.

"Apa kau pingsan?" ujar Xiao Yi dengan perasaan cemas. Takut jika tiba-tiba saja remaja pria itu jatuh dari motor.

"Tidak, kepalaku hanya terasa sedikit nyeri," sahutnya dengan suara yang tidak bersemangat.

"Bertahanlah hingga sampai di apartemenmu. Ngomong-ngomong siapa namamu?" Xiao Yi bahkan sampai lupa tidak menanyakan namanya sejak tadi.

"Namaku Zhaoxing," sahutnya dengan singkat.

"Jangan terlalu erat merangkulku karena aku tidak terbiasa," ujar Xiao Yi seraya menggerakkan pinggangnya agar Zhaoxing mengendurkan tangannya.

"Baiklah."

Xiao Yi mempercepat laju motor yang dikendarainya menuju Summer Flower Apartemen. Setahun berada di Hangzhou membuatnya tidak terlalu kesulitan untuk menemukan apartemen itu.

Setelah sampai Xiao Yi lantas memapah tubuh Zhaoxing ke dalam lift, menuju apartemennya yang berada di lantai sepuluh. 

"Apa kau memiliki kotak obat?" ujar Xiao Yi setelah membaringkan tubuh Zhaoxing di sofa. Ada perasaan iba melihat wajahnya yang babak belur terkena hantaman sekelompok anak muda tadi.

Zhaoxing menunjuk salah satu lemari yang berada di dekat televisi sehingga Xiao Yi segera menghampirinya untuk menemukan kotak obat. 

Sebelum mengobati luka di wajah Zhaoxing, pertama Xiao Yi sudah menyiapkan air hangat di baskom untuk membasuh lukanya dengan air hangat.

"Aduh," rintih Zhaoxing saat Xiao Yi menekan kelopak matanya terlalu kuat.

"Kau bilang tadi ingin mati tapi baru luka sedikit saja sudah mengaduh," cicit Xiao Yi sembari mengusap wajah Zhaoxing dengan pelan.

"Sebenarnya apa urusanmu dengan mereka sehingga kau dikeroyok?" tanya Xiao Yi untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

"Tidak ada," sahut Zhaoxing datar tanpa ada niat untuk mengatakannya lebih jauh lagi.

"Siapa namamu? Kenapa kau tadi menolongku?" lanjutnya sembari mengamati wajah Xiao Yi yang kelihatan lebih tua sedikit darinya tapi terlihat sangat manis.

"Panggil saja Xiao Yi. Aku tadi hanya kebetulan sedang berada di sana. Aku akan merasa berdosa jika tidak menolong seseorang yang mengalami kesulitan," sahut Xiao Yi.

"Berapa umurmu?" tanya Zhaoxing.

"23 tahun," sahut Xiao Yi dengan jujur.

"Maukah kau jadi pacarku?" Tiba-tiba saja bibir Zhaoxing bergerak sendiri hingga mengeluarkan kata-kata seperti itu.

Xiao Yi memandang remaja di depannya dengan dahi berkerut lalu menempelkan punggung tangannya di dahinya. Barangkali dia sedang demam sehingga meracau tidak jelas dibawah kesadarannya.

"Kau tidak panas tinggi tapi kenapa bicaramu ngelantur seperti itu," gumam Xiao Yi.

"Aku tidak demam dan aku masih sadar. Kau pasti menganggapku sudah tidak waras karena sudah mengatakan hal itu padahal kita baru bertemu," tukas Zhaoxing yang langsung memasang wajah masam. Mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Xiao Yi tentangnya.

"Tentu saja, siapa yang akan percaya dengan perkataan anak remaja seusiamu," ucap Xiao Yi seraya terkekeh geli karena baru pertama kalinya ada seorang remaja yang mengatakan cinta padanya.

"Memang apa salahnya jika aku mengatakannya lebih awal? Bukankah cinta itu datang kapan saja?" ujar Zhaoxing dengan rasa kesal.

"Tidak ada yang salah. Namun sebaiknya belajar lebih giat dulu baru memikirkan pacar." Xiao Yi menggelengkan kepalanya mengingat betapa lucunya pria yang ada di depannya.

"Mana ponselmu?" Zhaoxing menengadahkan tangannya untuk meminta ponsel pada Xiao Yi.

"Untuk apa?"

"Cepat berikan padaku."

Xiao Yi kemudian merogoh ponsel dari dalam tasnya dan memberikannya pada Zhaoxing.

Pria muda itu kemudian menekan-nekan pada layar ponsel Xiao Yi. Seperti sedang menuliskan sesuatu. Setelah selesai ia menyodorkan kembali ponselnya pada Xiao Yi.

"Itu nomor ponselku," ujarnya.

Dahi Xiao Yi berkerut membaca nama yang tertulis pada kontaknya dengan nama Zhaoxing. Namun Xiao Yi tidak peduli. Dia hanyalah anak ingusan yang mungkin mencoba mencari pacar untuk bahan koleksi.

"Jika aku menelepon kau harus menjawabnya," ujar Zhaoxing dengan nada perintah.

"Memang siapa dirimu? Sehingga memerintahku seenaknya sendiri," cibir Xiao Yi seraya memutar bola matanya. Berpikir sepertinya Zhaoxing benar-benar sakit.

"Bukankah sudah kubilang jika aku memintamu sebagai pacarku? Tentu saja aku ini calon pacarmu," ujar Zhaoxing dengan raut wajah cemberut.

"Aku ini lebih tua darimu sehingga tidak usah macam-macam. Bagaimana jika aku sudah memiliki pacar atau suami? Kau mau berurusan dengan mereka?" Xiao Yi tidak habis pikir harus bertemu dengan pria labil seperti Zhaoxing.

"Jika kau memang memiliki pacar, tidak mungkin kau berada tempat sepi sendirian malam-malam," ujar Zhaoxing.

"Sudahlah, aku akan pulang. Sebaiknya kau obati sendiri luka di bagian tubuh yang lain. Jika sampai besok kau belum sembuh, kau bisa menghubungiku," terang Xiao Yi sembari bangkit berdiri karena jika pulang terlalu malam takut tidak ada lagi taksi yang lewat.

"Tunggu, apakah kau tinggal sendirian di sini?" sejak tadi Xiao Yi hendak bertanya tapi lupa.

"Seperti yang kau lihat, tidak ada siapapun di rumahku," sahut Zhaoxing.

Lin Xiao Yi segera pergi keluar meninggalkan Zhaoxing yang masih bersandar di sofa, merasakan nyeri di sekujur tubuhnya.

Tidak tahu kenapa ketika pertama kali melihat Xiao Yi, jantung Zhaoxing langsung berdebar. Ia semakin merindukan seseorang yang begitu ia kasihi. Itu sebabnya ingin menjadikan Xiao Yi menjadi pacar. Berharap bisa mengobati rasa rindu padanya jika sedang berada di dekatnya.

Memang itu terdengar tidak masuk akal. Tapi ketika melihat wajah Xiao Yi Dari dekat, Zhaoxing seperti sedang berdekatan dengan orang yang dirindukannya.

Next chapter