Meskipun awalnya sempat mengalami dilema hebat dan pertentangan di dalam batin, akhirnya aku memilih menerima uluran tangan Zero dan ikut masuk ke dalam rumah mereka.
Kini, kami sudah berada di dalam rumah. Canela dan Judith begitu antusias menyuruh Zero duduk, sedangkan padaku sikap mereka begitu dingin. Ya, bisa kumaklumi, mungkin mereka masih marah padaku.
"Zero, tunggu di sini sebentar, ya. Ibu dan Judith akan menyiapkan makanan dulu," ucap Canela.
Zero mengangguk disertai senyum. "Iya, Bu. Terima kasih."
Dalam situasi ini rasanya kurang ajar jika aku hanya duduk menunggu mereka yang memasakan makanan untuk kami, karena itu aku berencana membantu. Aku sudah bangkit berdiri dari duduk berniat mengikuti mereka yang hendak pergi ke dapur.
"Kau mau pergi ke mana, Putri?" tanya Canela dengan nada suara ketus, membuatku sempat terenyak mendengarnya.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com