webnovel

First kiss

Sekarang kami berdua kebingungan sendiri. Dan sepertinya seorang yang lain juga tak kalah bingungnya. Fiya dengan dres panjangnya berlari menerobos kerumunan dan mendekat ke arahku dan Erik.

"Fiya? Ada apa?. " Erik bertanya saat dia menabrak pundak kami berdua.

"Rai, mana band nya? Kenapa belum dateng juga. Ini udah waktunya loh. " katanya terengah engah

"Euh, aku juga nggak tau Fi, telponnya nggak diangkat."

"Mereka nggak nipu kita kan?. " Erik menambah kekhawatiranku

"Aduh, plis deh jangan berpikir negatif dulu. Aku bakal coba telpon terus. Nah selagi itu, gimana kalo kita nungguin mereka digerbang. Kamu, Fi. Ulur waktu selama mungkin, oke?. "

"Oke, oke. " mereka mengangguk bersamaan.

Aku dan Erik berlari menuju pintu gerbang yang hari ini dibiarkan terbuka lebar. Sementara aku masih terus berusaha menelpon kak Ariel.

"Ih, sialan. Kenapa nggak diangkat angkat?. " aku mulai jengkel.

"Rai, kalo mereka nggak dateng, bisa abis kita nanti. "

Si Erik bukannya ngebantu malah tambah membuatku cemas.

"Udah, deh. Jangan nakutin mulu. " sahutku kesal

"Eh, hallo kak Ariel. " Akhirnya diangkat juga.

"Sekitar sepuluh menit lagi kita nyampe, maaf agak telat ya. "

"Huhh, syukur. Aku sempet kira kalo kakak nggak bakal dateng.

"Dateng kok. Tunggu ya. " ucapnya lalu menutup panggilan.

Hahhh akhirnya napasku kembali lega.

Tak lama sebuah mobil van berbelok kearah kami dan berhenti tepat disamping pos satpam.

"Yaampun, kak. Akhirnya sampe juga. "

Aku menyambut mereka yang sedang turun dari mobil satu persatu.

"Maaf, tadi agak macet." ucapnya.

"Iya,  nggak apa apa kok. Kalo gitu ayo kita pergi kepanggung sekarang. Udah hampir telat. "

*****

Dan semua berjalan lancar kembali.

Aku berjalan diantara para penonton yang semakin mendesak maju ke panggung. Untuk bisa melihat grup band The Angel yang sedang tampil didepan. Lagu yang kini dimainkan sangatlah lembut, membuat sebagian penonton yang menghayati lagu, mengayunkan kedua tangannya keudara seirama dengan musik yang dimainkan.

*You're my sunrise

You're the daylight

Hiding the shadows of my mind*.. .

Aku mematung diantara para menonton yang terbawa suasana lagu. Seseorang tampak sama diamnya sepertiku diujung sana. Dia hanya melihat dan tersenyum semu pada seseorang yang tampil diatas panggung, hingga akhirnya menyadari keberadaanku yang sedari tadi memperhatikannya.

*You're my sundown

You giving the moon life

Not even stars can shine so bright*.. .

Preinan.

Dia sangat berbeda malam ini. Entah karena suasananya, atau pakaian bagus yang dia kenakan sehingga dia terlihat bertambah tampan. Yang jelas saat dia menoleh kearahku dengan sedikit senyuman dingin dibibirnya, membuat sesuatu di dadaku terhentak tiba tiba.

Deg!

*So why does is rain

It feel just the same*

Apa ini? Kenapa dengan jantungku?

Deg!

Semakin keras, dan makin nggak terkendali.

*As if I'd be on my own

Without you*..

Aku berhenti memandanginya dan menoleh ke arah lain demi kebaikan jantungku. Perasaan apa yang tiba tiba begitu memenuhi dadaku ini?

Karena berpaling dari melihatnya tidak berpengaruh apapun. Aku memutuskan pergi dari sisi panggung yang ramai ke tempat paling sepi di sekolah. Ke sebuah kolidor gelap, yang menjadi jalan menuju kantin. Aku yakin tak akan ada yang lewat ke sini sekarang. Jadi aku bisa menenangkan sesuatu yang salah di dadaku ini terlebih dahulu.

Aku menarik napas lalu menghembuskannya perlahan. Begitu terus sampai aku yakin detak jantungku kembali normal.

.....

Baru saja aku lega dari semua hal ini. Suara langkah kaki yang menggaum disepanjang kolidor gelap terdengar semakin mendekatiku.

Ah, siapa sih yang menggangguku?

Lorong ini gelap, hanya ada satu sumber cahaya yang menerobos ujungnya. Yaitu lampu sorot yang di pasang didekat panggung di lapangan depan.

Sosok yang berjalan ke arahku terlihat semakin mendekat. tapi, aku tak yakin dia siapa. karena yang terlihat hanyalah siluitnya.

*You're the future

And even the flowers

All turning your way

To reach higher*

Lagu yang di bawakan masih belum berakhir. Orang yang kini berhasil sampai tepat dihadapan mataku, menatapku dengan tatapan tak biasa.

Mata abu abu yang berkilau tersorot cahaya yang sedikit redup. Bibir merah muda yang selalu terlihat basah serta wangi parfum yang begitu mahal. Membuat jantungku bekerja keras sekali lagi. Sialan, kenapa dia tidak mau tenang didalam sana?

*But when I stand in this pooring rain

It feel just the same*

Meski part terakhir dari lagu yang dinyanyikan hampir selesai dibawakan. Tapi, alunan musiknya dan suasana dingin malam ini membuat pikiranku seketika tak bekerja saat dia terus menatap mataku.

"Kenapa kamu ke sini?. " tanyanya halus seolah berbisik.

"Bukan urusan kamu. " jawabku sedikit gugup

Dia menempelkan tangannya pada tembok tepat disamping wajahku seakan tak memberiku jalan untuk keluar. Degupan dada semakin cepat siiring semakin dekatnya wajah kami berdua. Dia sedikit mendongkak dan aku juga ikut mendekat.

*As if I'd be on my own

Without you*.. .

"Kamu deg degan, ya?. "

Sial sial

Hawa panas dari napasnya bahkan terasa diwajahku.

"Ya jelas, lah. aku kan makhluk hidup." jawabku menutupi kegugupan.

*So I'm thinkin about

The memories through this song*

Senada dengan alunan gitar yang dipetik merdu, lampu sorot yang menjadi penerang kami tiba tiba hilang dari ujung koridor.

*It's helps me forget

Bout everything that went wrong*

"Kenapa gugup, gitu?. " dia menggodaku dan tambah mendekatkan wajahnya.

Although I know that we're not for sure

Huh... Ini hanya beberapa inci. Dan geliatnya kian membuat aku tak bisa menahan diri.

Deep down in my heart

Aku menarik tubuhnya dan membalikkan posisi kami seketika. Tubuhnya terhentak ke dinding dan aku mengunci jalan untuknya keluar dengan kedua tanganku.

The pain I can't ignore*

Kami berdua hening untuk beberapa saat.

Hoo...  And so I sing my song

"Siapa yang gugup? Aku atau kamu?." aku mendekatkan wajahku padanya.

How.. I need

Dia hanya terdiam sembari terus memandangiku dengan tatapan sialan itu.

How.. I need

Tuhan!  Harus ku apakan makhluk menyebalkan yang satu ini?

How I need..

"Aku.. ." suara gugupnya yang imut semakin membuatku tak tahan.

How I feel that I need

Aku mendekatkan wajahku pada pelipisnya seraya berbisik lembut.

To be ...

"Biarkan aku mencobanya sekali. Dan kita bakalan tau,  siapa yang sebenarnya gugup Disini. " aku berbicara dengan lembut sembari tersenyum padanya.

Tapi wajahnya terlihat kebingungan "Hah!."

Need to be stronger...

Lirik terakhir dari lagu menjadi penutup heningnya kegelapan diantara kami. Dengan dingin dan lembut, aku mendekatkan wajahku pada wajahnya hingga bibir kami akhirnya saling menyentuh untuk pertama kalinya.

Seperti ruh yang kembali pada tubuh. Aku kembali pada kenyataan yang masih terasa tidak masuk akal ini. Entah dibilang mimpi atau tidak. Yang jelas aku merasa bahwa mulai malam itu, aku... Jatuh cinta padanya.

ตอนถัดไป