webnovel

Day 20

Brooklyn, United State of America

Jisoo membuka matanya dan ia kini sudah ada di apartemennya dan Rose. "Pagi sayang, masih sakit?" Rose langsung menghampiri kasurnya lalu dan membantu Jisoo untuk duduk dan ia menyandarkan punggungnya di headboard, "sakit banget" Rose mengangguk lalu ia mengambil mangkuk yang berisikan bubur, "maaf ya? Aku gak banagunin kamu, kita udah di Brooklyn, ibu kamu katanya yang ke sini" Jisoo mengangguk lalu ia melihat jari manis Rose. "Kita lupa beli cincin" Rose menyuapi Jisoo bubur dan ia menerima suapan Rose. "Enak? Aku baru coba masak bubur ini" Jisoo mengangguk lalu ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Lumayan, daripada yang waktu itu" Rose tertawa kecil lalu ia mengambil gelas yang berisikan air putih, Jisoo minum dari gelas tersebut lalu ia menghembuskan napasnya lega, "tadi malam, Tuan Handrickson Hansono di serang oleh seorang tak di kenal, ia..." Jisoo mematikan tvnya "kenapa di matiin, tumben?" Jisoo mengendikkan bahunya, "paling-paling penyerangan yang di sengaja saingan bisnis" Rose hanya mengangguk dengan pelan lalu ia mencoba mencari topik yang lain, "besok, kamu inget kan?" Jisoo mengangguk. "Sidang perdana Limario" Rose menyuapi Jisoo lalu ia menghembuskan napasnya.

"Kamu kenapa? Tumben diem" Rose mengendikkan bahunya, "kamu sakit?" Jisoo memegang kening Rose lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "kamu belom tidur ya?" Rose mengangguk pelan lalu Jisoo merebut mangkoknya, "tidur gih, aku bisa makan sendiri. Kamu nanti sakit" Rose hanya diam sambil menatap Jisoo, "Rose? Rose Clark?" Rose menggelengkan kepalanya lalu ia tersenyum, "i-iya, maaf ya? Aku ngantuk" Jisoo mengangguk. "Kalo misalnya aku buka kadonya sekarang gapapa?" Jisoo menggeleng. Rose duduk menyandar di sebelah Jisoo dan menggenggam tangannya. "Kamu baik banget" Rose bergumam lalu ia menatap Jisoo yang sedang menghabiskan buburnya. "Aku mau ke kamar mandi dulu ya?" Rose yang ingin berdiri lalu namun, Jisoo menahannya.

"Jangan, kamu istirahat aja. Aku cuman mandi sama buang air kok. Gak akan lama juga" Rose menatap mata Jisoo, "kepala kamu udah mulai pusing kan?" Rose mengangguk lalu ia merebahkan tubuhnya di kasur, "aku tidur dulu, kamu hati-hati di dalem sana. Aku tadi ngintip sedikit surprise yang kamu buat" Jisoo menatap Rose, "yang di buku?" Rose tertawa kecil lalu mengangguk. "Abisnya penasaran" Jisoo hanya menggaruk rambutnya kikuk. "Yaudah, aku mandi dulu" Jisoo mencium kening Rose lalu ia mengusapnya menggunakan jempol, "kamu anget" Rose mengangguk lalu ia memejamkan matanya.

.

.

.

.

.

.

Jisoo membuka pintu apartemennya lalu ia tersenyum saat ia melihat Mina dan ibunya, "silahkan masuk, maaf kalo berantakan Rose lagi sakit" Dalgom menghampiri Sandara dan Mina, "ada Dalgom" Mina menggendong Dalgom lalu mereka duduk di sofa, "apartemen lo bagus banget, Jis" Jisoo tersenyum lalu ia meletakkan koper di samping sofanya, "lo kira-kira jadi ke Havard?" Mina menggeleng. "Gue pilih Yale" Jisoo hanya mengangguk. "Besok lo sidang?" Jisoo menghembuskan napasnya kasar lalu ia mengangguk.

"Ibu, Mina?" Jisoo menghampiri Rose lalu ia mendudukkannya di sofa, "kamu kalo masih pusing mendingan rebahan dulu aja, aku takut kamu tambah parah" Rose memeluk lengan Jisoo manja "Bucin gak tau tempat" Jisoo hanya tertawa kecil sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Kalo boleh tau, kalian katanya udah nikah?" Jisoo menggaruk rambutnya, "belom, bu. Kemaren Rose sakit plus Jisoo di pukulin pas lagi jalan ke court house" Sandara menghembuskan napasnya kasar lalu ia melihat luka lebam yang ada di wajah Jisoo. "Kalau boleh tau, kalian kapan nikah" Jisoo duduk di sebelah Rose lalu ia menggenggam tangannya. "Ini... terlalu cepat karena mempelai wanita dan prianya lagi sakit, jadi tunggu kita sembuh" Jisoo menatap Rose lalu ia mengangguk. "Ditambah besok ada sidang, jadi kita mau gak mau harus nunda dulu. Maaf kalo nunda-nunda terus" Sandara hanya menghembuskan napasnya kasar lalu ia menganggukkan kepalanya.

"Kalo misalnya kalian nikah, kalian hubungin gue ya? Gue buka usaha catering" Rose hanya berdehem saat ia melihat Mina menggendong Dalgom, "kalian pasti capek karena jetlag jadi biar Jisoo yang anterin" Jisoo mengangkat koper milik Mina dan ibunya. "Jisoo, ada yang pengen ibu omongin sama kamu" Jisoo mengerutkan keningnya lalu ia menatap Mina, "mana koper gue?" Jisoo memberikannya kepada Mina. "Ini soal hubungan kita atau Rose?" Sandara hanya menghembuskan napasnya. "Kalian berdua" Jisoo membuka pintu kamarnya lalu ia meletakkan koper tersebut di atas kasur.

"Kalian beneran tunangan?" Jisoo mengangguk, "iya, kemaren kita lagi cari cincin" Jisoo menunjukkan cincin berwarna silver dan ada berlian kecil di tengahnya, "Jisoo mau ngelamar Rose, cuman dia lagi sakit. Jisoo..." Jisoo mengusap tengkuknya, "Jisoo pengen dia ngejawab dalam keadaan gak sakit makanya Jisoo tunggu dia sampe sembuh dulu" Sandara menghembuskan napasnya lega. "Baguslah, ibu pikir kamu gak serius sama dia" Jisoo hanya mengangguk dan memasukkan kembali cincinnya ke dalam kotaknya.

"Yasudah, kamu urus Rose dulu. Ibu mau istirahat" Jisoo mengangguk lalu ia keluar dari kamar yang di tepati oleh Sandara, "kamu..." Rose mengangguk, "yaudah kamu juga harus istirahat ayok" Mina melegakan tenggorokannya dan menatap Rose tajam. "Gue masih dendam sama kata-kata lo, Rose. Chaeng emang pendek, tapi dia ganteng, pinter, baik dan gak kek lo!" Jisoo menghampiri Mina yang sedang menggendong Dalgom lalu ia membiarkan Dalgom berlari di pojok ruangan.

"Mendingan lo istirahat dulu, ya Minari. Shannon yang lagi ngomong ini kan ya?" Mina mengangguk, "yaudah, gue mau istirahat" Rose mengerutkan keningnya, "split personality, Shannon dan Mina adalah orang yang berbeda. Shannon yang sadis Mina yang kalem" Rose hanya mengangguk. "Kalo aku?" Jisoo mendudukkan Rose di sofa lalu ia menatap Rose. "Kalo kamu itu, Rose tetep Rose" Rose memukul lengan Jisoo pelan, "ikan aku udah di kasih makan?" Jisoo mengangguk.

"Gak mau nambah satu ikannya?" Rose menggeleng, "cukup Joohwangie aja" Jisoo tertawa kecil lalu ia duduk di samping Rose dan menselonjorkan kakinya, "ada..." suara ketokan pintu dari luar membuat Jisoo menghembuskan napasnya kasar, "sebentar" Jisoo bangun lalu ia berjalan menuju pintu dan ia melihat Chaeryoung yang menatap Jisoo dingin.

"Gue mau bilang kalo gue bakalan penjarain lo, Jis. Lo bakalan sama nasibnya kaya Ryujin. Gue pastiin lo lebih buruk" Jisoo menghembuskan napasnya kasar. "Gue gak bersalah, Rose pun juga gak bersalah. Bukti juga mengarah ke Limario" Chaeryoung meremas kertas yang di genggamnya, "gue bakalan buktiin!" Jisoo hanya menatap Chaeryoung datar lalu ia menutup pintunya.

"Jisoo?" Jisoo menatap Rose lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "aku di pengaruhi lagi ini" Rose menghembuskan napasnya kasar, "kamu istirahat, kamu juga lagi sakit. Juri pasti ngerti, Rose. Kamu sakit, saksi di sini banyak" Rose mengangguk lalu ia menghembuskan napasnya dan menatap Jisoo. "Ada piso di bawah kursi mobil, bisa tolong ambilin?" Jisoo mengangguk.

Bonus Scene...

SinB menghembuskan napasnya lalu ia memasukkan tangannya ke dalam kantong, "hai, kita ketemu lagi" SinB berhenti berjalan lalu menengok ke samping, "denger gue sama lo bukan siapa-siapa. Jadi gue berharap berhenti ngikutin..." SinB langsung di bawa oleh dua orang berbadan kekar dan ia di masukan ke dalam sebuah van.

"LEPASIN GU..." SinB langsung pingsan karena ia menghirup bau klorofom yang di balurkan di kain berwarna putih, "inget kata bos jangan sampe lecet atau kalian kena akibatnya" kedua orang berbadan kekar tersebut hanya diam dan mengangguk patuh.

TBC