Seorang wanita saat ini tidak tahu harus berbuat apa, setelah mengetahui apa yang terjadi pada semua muridnya yang hilang saat ini. Sudah semalaman dia tidak bisa tidur, dan saat ini dia hanya berdiam didalam kamarnya saat ini.
Namun seorang wanita dengan setelan kantornya, memasuki ruangan dimana dia berada saat ini. Air mata wanita tersebut akhirnya mulai tumpah dari kelompak matanya, dikarenakan dia tidak kuat menanggung beban yang dialaminya saat ini.
"Apakah kamu tidak apa – apa Aiko-san?" tanya seseorang yang merupakan Yuna saat ini yang langsung memeluknya.
Yuna memang berada ditortus saat ini, dikarenakan dia mengantarkan Lilliana ketempat ini dan akan dijadikan pemimpin perusahaan Elite pada dunia ini, yang menjual berbagai hal pada markas Elite dikerajaan ini.
Berkat arahan Yuna yang merupakan seorang pembisnis yang membuatnya menjadi orang terkaya didunianya, serta kecerdasan Lilliana dalam mempelajari semua hal yang diberitahukan kepadanya, akhirnya Lilliana bisa dianggap mampu mengelola perusahaan Elite didunia ini.
Namun saat Yuna mengantarkan Lilliana dan memberitahukan semua tugas yang harus dia lakukan ditempat ini, dia mendapatkan informasi bahwa Aiko tidak datang untuk mengajar Yui dan Myu hari ini.
Memang mereka semua tahu tentang kejadian dimana Aiko hampir diserang sebelumnya. Namun mereka tidak tahu, hal tersebut menyebabkan Aiko menjadi seperti ini.
"Aku tidak bisa menjaga mereka Yuna" kata Aiko sambil menangis pada pelukan Yuna saat ini.
"Tenanglah, aku sudah menghubungi Zen sebelumnya. Pasti dia akan menyelamatkan mereka semua" kata Yuna yang mencoba menenangkan Aiko saat ini.
Perasaan bersalah, itulah yang dirasakan Aiko saat ini. Tidak bisa dipungkiri saat dirinya mencoba menerima kehidupannya yang baru, beban yang ditanggungnya saat menjadi seorang guru kembali membuatnya terpuruk setelah melihat muridnya diculik saat ini.
"Kamu tahu, Yui dan Myu bahkan terus mencarimu" kata Yuna yang mulai melepaskan pelukan Aiko dan menunjukan isi ponselnya saat ini, yang menunjukan sebuah pesan dari Myu dan Yui kepadanya, yang menanyakan keberadaan Aiko.
Aiko yang sedari tadi merenung, memang belum sempat memegang ponselnya, yang saat ini dipenuhi pesan dan panggilan dari saudara perempuannya dan juga terutama dari Yui dan Myu yang terus menanyakan keberadaannya.
"Apakah Zen bisa menyelamatkan mereka semua?" tanya Aiko sekali lagi.
"Tentu saja Aiko-san. Apakah kamu sekarang meragukan calon suamimu sendiri?" kata Yuna saat ini.
Aiko akhirnya mulai mencoba menenangkan dirinya, dikarenakan benar kata wanita yang mencoba menguatkannya saat ini. Terutama dia merasa tidak berguna saat ini, karena seorang yang lebih muda darinya menasehatinya saat ini.
"Terimakasih Yuna" kata Aiko yang mulai terlihat perubahan raut wajahnya yang mulai lebih tenang saat ini.
Namun saat dia masih mencoba menguatkan dirinya, suara berisik mulai terdengar diluar pada area kawasan Elite saat ini. Dengan sigap Yuna dan Aiko yang sudah diikuti beberapa Apostle yang dikendalikan oleh Zen, mulai mengawal mereka berdua menuju kehalaman area ini.
"Yuka..." teriak Aiko setelah melihat muridnya saat ini, lalu beberapa orang kembali muncul saat ini yang ternyata semua muridnya sudah kembali saat ini.
"Syukurlah" teriak Aiko yang mulai mendekat kearah para muridnya saat ini.
Aiko akhirnya mulai tenang dan mulai menanyakan keberadaan mereka sebelumnya. Mereka sempat diculik oleh beberapa Apostle dan akan digunakan bahan sandera untuk menghasut Zen, namun sayangnya rencana mereka gagal setelah Zen membuat tempat itu porak poranda saat ini.
"Lalu dimana Zen berada saat ini?"
.
.
Sebuah pertempuran intens sudah terlihat ditempat ini, semenjak kedatangan sebuah kelompok ditempat ini. Awalnya rencana yang mereka susun dengan sangat rapi, ternyata membuat bencana ditempat ini.
"Apa yang terjadi kepada kalian!" teriak seseorang saat ini. Karena melihat ciptaan orang yang diikutinya saat ini sudah berpindah pihak.
"Lihatlah Yue, dia sudah menunjukan wujud aslinya." Kata seorang pria yang merupakan Zen yang menjadi dalang penyerangan ini.
"Maafkan aku karena tidak mempercayaimu Zen" kata Yue kemudian.
Sebelumnya, Zen memutuskan semua kelompoknya untuk bermalam diistana Es ini dan akan keluar keesokan harinya, karena beberapa dari mereka sudah mulai kelelahan saat ini, terutama mental mereka yang sudah terkuras.
Hingga keesokan harinya, sebuah naga yang seluruh tubuhnya merupakan Es, akhirnya mengantarkan mereka keluar dari Labirin ini. Hal ini tidak disia – siakan oleh Zen dan mulai mengendalikan naga tersebut yang akhirnya diberinama Froze.
"Bagaimana dengan tubuh barumu Froze?" tanya Zen setelah mengubah wujud naga didepannya menjadi Manusia.
"Aku baik – baik saja Master" jawabnya.
Ryutaoru dan Kouki sempat bahagia memandangi tubuh polos wanita yang sebelumnya berwujud naga. Namun tatapan mematikan dari Zen, membuat mereka menghentikan aktivitasnya. Lalu Zen mengeluarkan beberapa pakaian dan memberikannya kepada Froze.
Namun dari atas mereka, sebuah portal mulai terbentuk dan memunculkan pasukan Apostle pada tempat mereka. Suzu mulai menatap pasukan tersebut, terutama seorang wanita yang tubuhnya sudah sepenuhnya berubah.
"Raja kami ingin mengundang kalian menuju kekediamannya" kata seseorang yang memimpin mereka saat ini yaitu Freid, yang sepenuhnya sudah berubah menjadi Apostle.
"Bersiaplah berperang" Kata Zen yang terdengar melalui benak semua kelompok yang bersamanya saat ini.
"Bagaimana jika aku tidak ingin mengikuti kalian?" tanya Zen yang bersikap acuh saat ini.
"Apakah kamu yakin?" kata Freid yang menunjukan beberapa teman sekelasnya yang sudah ditawan saat ini.
Suzu, Kouki, Ryutarou, Shizuku dan Koari sangat terkejut melihat teman sekelas mereka sudah ditawan saat ini. Suzu semakin menatap Eri dan mempertanyakan tindakannya saat ini, karena dia sudah melakukan semua ini.
"Apa yang harus kita lakukan Zen?" tanya Kaori saat ini yang mulai mengkhawatirkan keadaan temannya.
"Baiklah, kami akan mengikuti kalian" kata Zen.
Freid mulai tersenyum jahat saat ini, dikarenakan dia mengira Zen takut dengan kekuatannya saat ini, dan memutuskan untuk mengikuti intruksinya. Zen beserta kelompoknya mulai memamsuki sebuah portal yang membawa mereka pada sebuah aula kerajaan dan seseorang sedang duduk pada singgasana saat ini.
"P-Paman?" kata Yue yang melihat seseorang yang dikenalnya.
Orang yang dipanggil Yue dengan sebuatan Paman tersebut, mencoba membuat trik untuk membaca pikiran dari Yue dan beberapa orang datang pada kerajaannya saat ini. Namun semua itu sia – sia karena skill yang dia gunakan sebelumnya tidak berhasil.
"Mengapa wajahmu terlihat seperti itu? Apakah tindakanmu sebelumnya tidak berhasil?" tanya Zen.
Memang tujuan orang yang dipanggil Paman oleh Yue, mencoba membaca ingatan dari Yue untuk menghasutnya karena tubuh yang dia rasuki saat ini tidak memiliki kenangan tentang dirinya saat ini.
"Yue... Maafkan tindakan Paman sebelumnya" namun Pria didepan mereka tidak peduli dengan perkataan Zen.
Yue yang saat ini mulai mengenang kembali kebersamaannya dengan Pamannya mulai terhasut saat ini, terlebih lagi saat orang didepan mereka mulai melontarkan berbagai omong kosong saat ini.
"Apakah kamu tidak ingin memeluk Pamanmu?" tanya orang tersebut sekali lagi.
Yue hendak beranjak dari sana dan memeluk Pamannya tersebut, terutama setelah mendengar perkataannya sebelumnya. Namun tindakannya ditahan oleh Zen saat ini.
"Aku baru tahu Pamanmu memanggilmu Yue"