webnovel

Sebelum Pembantaian

Suara cambukan bisa terdengar memenuhi keheningan hutan disebuah area dipegunungan utara ini. Saat ini seorang pria terus mencambukan cambuknya kearah naga itu. Memang awalnya, naga itu hanya mengerang kesakitan, namun sekarang mereka mendengar suara erangan kenikmatan keluar dari naga tersebut.

"Zen hentikan, kami sudah tidak kuat mendengar erangannya itu" kata teman – teman kelasnya yang saat ini sudah mendekat kearah tempat Zen berada.

Saat ini, mereka mulai merinding mendengar erangan kenikmatan dari naga tersebut, karena itu merusak fantasi mereka saat ini. Namun jika mereka tahu wujud asli naga tersebut, mungkin mereka akan terus menyuruh Zen melanjutkannya.

"Apakah kamu sudah sadar?" kata Zen kembali.

"Hah.. Hah.. Hah.. aku belum pernah merasakan perasa-" kata naga itu, namun perkataannya terpotong setelah Zen kembali mencambuknya.

"Ahhhhhhhhh~" teriak naga tersebut.

"Jawablah pertanyaanku dengan benar" kata Zen kemudian.

Sebenarnya Naga itu akan menjawab Zen, namun dikarenakan dia ingin terus dicambuk oleh Zen, maka sedari tadi dia hanya mengalihkan pertanyaan Zen itu. Setelah menjawab pertanyaan Zen, namun dengan jawaban yang tidak diinginkan oleh Zen, naga itu saat ini bersiap menerima cambukannya, namun sayangnya cambukan itu tidak kunjung datang.

"Mengapa kamu tidak mencambukku?" teriak naga itu.

"Lebih baik kita mencari naga yang lain. Sedangkan naga ini, lebih baik kita awetkan dan pajang pada rumahku, bagaimana menurut kalian?" kata Zen.

"Aku setuju Zen, naga ini akan menjadi contoh yang buruk bagi Yui" kata Yue dan dibalas anggukan oleh Shea.

"Baiklah kalau begitu" kata Zen sambil meningkatkan area gravitasinya.

"ARGHHHHHHHHHHHH" teriak naga tersebut.

"B-Baiklah, aku minta maaf. Aku tidak akan mengulanginya. T-Tolong hentikan" kata Naga tersebut.

Zen yang mendengar itu hanya tersenyum dan menghentikan skill gravitasinya yang menekan naga tersebut. Setelah terlepas dari skill gravitasi Zen, tiba – tiba saja tubuh naga itu bercahaya dan cahaya itu mulai mengecil dan memunculkan sesosok manusia berperawakan dewasa dengan tubuh seksinya.

Tatapan para pria teman sekelas Zen yang mengikutinya ketempat ini, tidak pernah lepas dari sosok wanita tersebut, bahkan tatapan mereka sekarang berfokus pada dada dari wanita itu yang saat ini seperti akan mencuat dari kimono yang digunakannya.

"Ah.. aku tidak perna merasakan perasaan seperti tad-" kata wanita itu terpotong setelah Zen kembali menggunakan skill gravitasinya tersebut.

Melihat itu, teman sekelasnya mulai menatap Zen dengan tatapan membunuh, karena Zen sangat mudah untuk menyiksa wanita cantik dan seksi tersebut.

"Sudah kubilang, jika perilakumu tidak berubah, aku akan membunuhmu disini" kata Zen.

"Baiklah... Baiklah... maafkan aku!" teriak wanita itu meminta ampun kepada Zen.

"t-terima kasih" kata wanita itu yang akhirnya mulai berdiri sambil membersihkan pakaiannya dari kotoran debu yang menempel pada pakaiannya.

"Gohon~ Maafkan perilakuku tadi" kata wanita itu sambil menutup sebagian wajahnya dengan sebuah kipas.

"Perkenalkan namaku Tio Klarus, aku merupakan generasi terakhir dari Clan Naga Klarus" kata wanita itu.

"Hm... baiklah, bisakah kamu menjelaskan mengapa kamu membunuh semua temanku?" tanya seorang pria yang saat ini tidak bisa menahan emosinya saat ini.

Tio hanya bersikap santai seperti biasa, lalu dia mulai menceritakan bahwa seseorang sedang mengendalikannya saat dia hendak beristirahat dari perjalanannya untuk mencari tahu tentang manusia yang dipanggil didunia ini.

"Dan bukan itu saja, bahkan iblis yang berjumlah ribuan yang dikendalikan pria itu akan menyerang kota yang tidak jauh dari pegunungan ini" kata Tio.

"Mengapa mereka akan menyerang kota itu?" tanya Aiko saat ini.

"Untuk membunuh kalian para pahlawan, terutama kamu dewi kesuburan" kata Tio yang membuat beberapa orang disana tertegun saat ini.

"Namun, bisa saja wanita ini berbohong, jadi jangan mencoba mempercayainya" kata Will yaitu pria yang saat ini sedang dibopong.

"Dia tidak berbohong, aku bisa merasakan enam puluh ribu iblis sudah berjalan menuju kota Ur" kata Zen.

"APA!" teriak mereka bersamaan kecuali Tio, Yue dan Shea.

"Lalu apa yang kita lakukan sekarang Zen?" tanya Aiko.

Zen yang mendengar itu mulai meregangkan ototnya saat ini, seakan dia sedang bersiap melakukan sesuatu setelah itu.

"Tentu saja, kita akan membantainya" kata Zen.

"APA!" kembali mereka berteriak, namun sekarang Tio juga ikut serta dalam teriakan itu.

"Kenapa, apakah kalian ingin kota Ur akan hancur?" tanya Zen kemudian.

"Tetapi Zen, jumlah mereka enam puluh ribu, apakah kamu bisa mengalahkan mereka semua?" tanya Aiko.

"Tentu saja, Zen bisa melakukannya" kata Shea dan dibalas anggukan oleh Yue.

"Baiklah, tim penyerang akan menjadi aku, Yue, Shea dan Tio" kata Zen.

"Mengapa kamu mengikutsertakanku?" tanya Tio.

"Kamu harus mempertanggungjawabkan tindakanmu sebelumnya" kata Zen.

"Lalu kami Zen?" tanya Yuuki saat ini.

"Kalian bertugas untuk mengawasi jalannya pertempuran, dan akan melaporkan semua kejadian yang kalian lihat kepada kami" kata Zen sambil mengeluarkan sebuah teropong beserta beberapa walkie talkie.

.

.

Saat ini Aiko beserta beberapa muridnya dan seorang pria bernama Will sedang berada diatas tebing sambil mengawasi pergerakan beberapa monster saat ini. Diatas ini, mereka bisa melihat pergerakan monster tersebut seperti sebuah semut yang menemukan gula yang akan mereka ambil saat ini.

"Apakah Zen bisa mengalahkan semua moster itu?" kata Yuuki.

"A-Aku tidak tahu" jawab Aiko.

Memang Aiko sudah melarang keras tindakan Zen ini, namun Zen meyakinkan akan mudah untuk mengalahkan semua monster tersebut.

"Aiko-sensei, bagaimana keadaan diatas sana?" kata Zen melalui radionya saat ini.

"Apakah kamu yakin Zen, dari sini mereka terlihat sangat banyak" kata Aiko membalas perkataan Zen tersebut.

"Sudahlah tenang saja, aku pasti akan mengalahkan mereka semua, pastikan mengawasi semua parimeter dari area para monster berada, agar tidak melarikan diri dari tempat ini" kata Zen.

"Hah.. baiklah. Dan berhati – hatilah Zen" kata Aiko.

Disisi lain, Zen saat ini menghubungi semua anggota yang ikut dalam penyerangan monster ditempat ini.

"Pastikan untuk tidak membunuh pria yang menjadi dalang untuk mengendalikan para monster ini, agar sihir pengendalinya tidak hilang pada monster - monster ini, dan tidak membuat para monster ditempat ini terpecah belah dan menyebar lalu melarikan diri" kata Zen.

"Baiklah!" jawab Tio, Yue dan Shea saat ini.

"Lalu aku akan menyerang mereka dari barisan paling depan, lalu Yue serang dari sayap kanan dan Shea dari Kiri pasukan tersebut. Dan Tio, kamu pastikan mengalahkan pasukan yang terbang dan mencoba menyerang kelompok Aiko dan juga yang hendak melarikan diri" kata Zen.

"Baiklah!" jawab mereka bertiga serempak.

Lalu Zen mengeluarkan sebuah kalung dengan sebuah giok ditengahnya saat ini. benda itu merupakan prototipe dari bank mana dari projeknya bersama Rinko dan Lisbeth di Alaska, namun Zen mencoba mengecilkannya.

"Gunakan itu Tio, apabila manamu telah habis" kata Zen dan memakaikan kalung tersebut kepada Tio dan membuat Tio saat ini bingung harus melakukan apa, karena perlakuan Zen tersebut.

"Baiklah, mari kita membantai"

ตอนถัดไป