webnovel

Selesai

Tepat setelah sebulan kejadian dimana Lisbeth dan Silica mengalami kehilangan ingatan. Zen saat ini sedang berada di Alaska sedang membantu memberikan dua kantong darah terakhirnya kepada tubuh seorang anak kecil didepannya.

"Akhirnya akan selesai" kata Zen sambil tersenyum.

Zen salama sebulan ini hanya menunggu, karena rencananya semuanya belum berjalan sama sekali. Hari – harinya hanya dilewati dengan menjenguk Lisbeth dan Silica yang saat ini sudah mulai dirawat walaupun ingatannya belum pulih sepenuhnya.

Selama sebulan ini, para pelaku pencuri ingatan tersebut belum melakukan aksi apapun, dikarenakan beberapa agen pemerintahan sudah menjaga seluruh player mantan pemain Sword Art Online dan mengawasi untuk mencari siapa pelakunya.

Namun karena pelaku tersebut mengetahui rencana pemerintah tersebut, akhirnya mereka sekarang tidak melakukan apapun dan sedang merencanakan sesuatu yang besar untuk saat ini. Karena inilah rencana Zen sampai saat ini belum berjalan.

Eiji sendiri yang sangat dicurigai Zen, saat ini sudah menghilang entah kemana. Bahkan beberapa agen yang ditugaskan mencarinya, saat ini tidak bisa menemukannya keberadaannya dimanapun saat ini.

Zen juga saat ini masih bekerja didalam perusahaan Raft dan terus memasuki dunia underworld, walaupun dia tidak mengingat apapun setelah dia memasuki dunia tersebut.

Zen sendiri saat ini mulai mengalihkan pikirannya sejenak sambil memperhatikan tetes demi setetes darah masuk kedalam tubuh putrinya.

"Aku tidak sabar melihat raut wajah kalian" kata Zen yang membayangkan raut wajah wanitanya kelak.

[Ingatlah Kak, bisa dianggap Yui nanti akan menjadi anak kandungmu, karena DNA mu dengan tubuh didepan ini sangatlah sama] kata Irene mengingatkan.

Mendengar itu Zen hanya tersenyum dan akhirnya semua prosespun selesai. Saat ini bisa dilihat sebuah tubuh anak kecil dengan rupa yang sangat mirip dengan Yui saat ini sedang berbaring ditempat itu.

"Akhirnya" kata Zen menatap hangat tubuh didepannya itu.

"Lalu apa yang kita lakukan sekarang Irene?" tanya Zen.

[Sabar Kak, Irene akan melakukan pemeriksaan terakhir pada tubuhnya] kata Irene.

Zen lalu menempelkan tangannya ditubuh itu dan membiarkan Irene memeriksanya kembali tubuh Yui itu.

[Baiklah, sekarang bawa tubuh itu kembali ke apartemen Kakak] kata Irene.

Lalu Zen mulai menggendong tubuh putrinya itu dan menteleportkan dirinya menuju apartemennya. Zen lalu membaringkan tubuh itu disebuah tempat tidur, disebuah ruangan yang Zen sudah persiapkan untuk Yui kelak.

[Apakah Kakak sudah membawa Amusphere dan Nerve gear Kakak yang lama?] tanya Irene.

Lalu Zen mulai mengeluarkan dua buah benda yang dikatakan oleh Irene dan menaruhnya tepat disebelah tempat dimana tubuh Yui berada.

[Baiklah pakaikan Nerve Gear itu ke tubuh Yui dan Kakak menggunakan Amusphere Kakak.] kata Irene.

Zen lalu melakukan semua perintah Irene dan mulai memasangkan perlatan tersebut.

"Sekarang bagaimana Irene?" kata Zen yang sudah menyelesaikan.

[Sekarang mari masuk kedalam game terlebih dahulu] kata Irene.

Lalu Zen mulai menyalakan Amuspherenya dan mulai memasuki game dimana Yui berada didalamnya saat ini.

Saat ini dia sudah berdiri disebuah ruangan rumahnya dan terdengar suara jejak kecil berlari menujunya.

"Papa!" teriak Yui langsung memeluk Papanya tersebut.

Saat ini hanya ada Zen dan Yui yang berada disini. Saat ini para wanitanya sedang berada dirumah sakit dimana Lisbeth dan Silica dirawat dan rencananya besok merupakan hari terakhir dari pengobatannya tersebut.

"Apakah kau sudah siap ikut bersama Papa kedunia nyata Yui?" kata Zen yang masih memeluk putrinya tersebut.

Mendengar ini Yui melebarkan matanya karena dia mengerti apa mahsut perkataan Papanya tersebut.

"A-Apakah Yui sekarang bisa hidup bersama Papa dan Mama?" kata Yui yang saat ini sudah terlihat setetes air mata haru berada diujung matanya.

"Tentu, Papa akhirnya sudah menyelesaikannya" kata Zen.

"Yui siap Papa!" kata Yui langsung mengeratkan pelukannya kepada Papanya itu.

Yui sebenarnya sudah diberitahukan oleh Zen tentang rencana Zen untuk membuat Yui bisa hidup didunia nyata bersamanya. Yui sebenarnya sangat bingung dan tidak paham bagaimana Papanya bisa melakukan hal tersebut.

Namun Yui sangat percaya bahwa Papanya itu akan menepati janjinya, karena perkataan Papanya selama ini kepadanya selalu terwujud.

"Oke bagaimana sekarang Irene?" tanya Zen.

[Tetap seperti ini Kak, Irene akan melakukan sisanya] kata Irene.

Lalu tiba – tiba saja tubuh Yui yang berada dipelukan Zen mulai menerang bercahaya dan mulai transparan. Tiba – tiba saja tubuh Yui yang bercahaya mulai menghilang sedikit demi sedikit.

"Papa!" teriak Yui panik melihat keadaannya itu.

"Tenanglah Yui." Kata Zen menenangkan putrinya tersebut.

"Tunggulah didunia luar oke" kata Zen pelan dan akhirnya Cahaya terakhir Yui mulai menghilang.

[Sudah selesai Kak, sekarang Kakak bisa meninggalkan tempat ini] kata Irene.

Zen tanpa pikir panjang saat ini, langsung mengeluarkan menu sistemnya dan akhirnya mulai menghilang dari tempat itu.

.

.

Yui saat ini mencoba membuka matanya yang saat ini sangat berat karena dia masih susah menggerakan kelopak matanya saat ini. Dengan berbagai usaha, akhirnya dia bisa membuka kelopak matanya dengan perlahan dan melihat dia sedang menggunakan sesuatu dikepalanya saat ini.

Lalu sebuah tangan memegang benda yang berada dikepalanya dan melepaskan benda itu dari kepalanya pelan. Yui perlahan – lahan bisa melihat orang yang melakukan hal tersebut. Dia bisa melihat seseorang dengan wajah yang sangat tampan saat ini, sedang tersenyum hangat kepada dirinya setelah melepaskan alat tersebut dari kepalanya.

"Yui" kata Zen setelah melepaskan nerve gear dari kepala Yui dan melihat matanya mulai terbuka dan bisa terlihat setetes air mata haru berada diujung mata putrinya itu.

"Fhafha" katanya yang saat ini masih mencoba beradaptasi dengan tubuhnya.

[Sabar Kak, dia butuh penyesuaian terhadap tubuhnya] kata Irene.

Lalu Zen dengan telaten membantu Yui yang saat ini mencoba untuk membiasakan diri terhadap tubuhnya saat ini, dengan mengikuti intruksi yang diberikan oleh Irene. Yui sendiri terus melakukan apa yang Papanya katakan dan saat ini tubuhnya sudah bisa dia kendalikan walaupun belum sempurna.

"P-Papa" kata Yui.

"Anak pintar, lanjutkan oke." Kata Zen sambil membantu putrinya itu beradaptasi sepenuhnya dengan tubuhnya.

Mendengar ini Yui hanya mengangguk dan bisa terlihat sebuah air mata sudah mengalir dipipinya karena terharu akan kejadian ini, karena akhirnya dia bisa hidup bersama Papa Mamanya. Melihat putrinya tersebut, Zen mulai menghapus air matanya dan terus membantu Yui untuk beradaptasi.

.

.

"Sangat indah Papa!" kata Yui.

Beberapa waktu kemudian, akhirnya Yui bisa sepenuhnya menggunakan tubuh tersebut. Dan setelah dipastikan oleh Irene bahwa tidak terjadi kesalahan apapun terhadap tubuh Yui, akhirnya Zen sangat merasa bahagia saat ini.

"Benarkah?" kata Zen yang saat ini sedang duduk sambil memangku dan memeluk Yui yang saat ini sedang memperhatikan pemandangan kota dari balik jendela apartemennya ini.

Yui saat ini sedang asik melihat pemandangan yang sangat berbeda yang dia lihat sebelumnya.

"Jadi ini dunia dimana Papa dan Mama tinggal" kata Yui.

Zen sendiri mendengar ini mulai menjelaskan sedikit demi sedikit tentang dunia nyata kepada Yui dan menjawab beberapa pertanyaan Yui.

"Lalu kapankah Yui bisa bertemu dengan Mama?"

ตอนถัดไป