Sudah seminggu Augma diluncurkan. Alat ini sangat populer dimana – mana akibat fiturnya yang sangat luar biasa. Banyak orang saat ini mulai menggunakannya. Bukan hanya alat itu yang terkenal, bahkan Zen saat ini ikut terkena dampak dari ini.
Karena puasnya beberapa orang yang datang saat peluncuran alat ini. Zen langsung didapuk menjadi model dari alat ini dan menyebabkan wajahnya saat ini ada dimana – mana guna mengiklankan alat ini.
"Jadi jika kalian mantan pemain Sword Art Online, kami membutuhkan bantuan kalian semua"
Kata Zen yang wajahnya saat ini muncul disebuah layar LED yang berada ditengah pusat kota, yang sedang mempromosikan sebuah fitur dari Augma, yaitu dapat menyalin ingatan dan membuat beberapa orang korban game sebelumnya bisa kembali seperti semula yang disebut donor ingatan.
Kampanye ini sangat besar, karena saat ini masih ada mantan player Sword Art Online yang terjebak game Alfheim Online mengalami kerusakan otak akibat percobaan tersebut. Dan penemu dari Augma, yaitu ayahnya Yuna, menciptakan alat ini untuk membantu menyalin ingatan untuk dapat memicu fungsi otak korban agar bisa kembali seperti semula.
Zen saat ini sudah keluar dari kantor Raft dimana mereka sudah selesai melakukan pertemuan guna membicarakan sebuah projek rahasia militer bernama projek Alicization.
Zen setelah selesai mengikuti pertemuan tersebut, langsung menuju kesebuah rumah sakit guna mengambil darahnya untuk keperluan tubuh Yui.
"Bagaimana pertemuannya Zen-kun" tanya seorang perawat cantik yang saat ini sedang menunggunya.
"Seperti biasa dalam sebuah pertemuan, sangat membosankan" kata Zen.
Mendengar itu perawat cantik itu hanya tertawa akan perkataan Zen tersebut. Lalu dia menyuruh Zen untuk berbaring dan mempersiapkan prosedur untuk mengambil darah Zen.
"Sebenarnya siapakah dirimu Zen?" kata perawat tersebut setelah memastikan peralatannya sekarang sedang bekerja.
"Kamu akan mengetahuinya kelak Aki-san" balas Zen.
"Baiklah, lagipula kita akan bekerja sama mulai minggu depan" kata Aki.
"Hah?" tanya Zen bingung.
"Aku ditugaskan untuk mendampingimu guna menjaga kondisi tubuhmu saat menjalani projek itu Zen-kun" kata Aki.
"Sangat beruntungnya diriku kalau begitu" kata Zen sambil tersenyum.
Lalu mereka mulai mengobrol ringan tentang beberapa hal hingga dua buah kantong darah sudah berhasil penuh. Zen saat ini mulai merasakan efeknya sama seperti minggu lalu dan akhirnya mulai beristirahat sejenak.
"Apakah kau akan ikut menyumbangkan ingatanmu Zen?" tanya Aki.
"Tentu, aku akan pergi kesana setelah ini. Lagipula salah satu dari korban merupakan temanku" kata Zen.
"Wanita?" tanya Aki dan dijawab anggukan oleh Zen.
"Pantas" kata Aki.
"Kenapa Aki-san, apakah kau mulai cemburu kepadaku?" goda Zen kepada perawat cantik tersebut.
Mendengar ini Aki hanya tersenyum dan menjetikan jarinya dikening Zen karena perkataan Zen sebelumnya.
"Dasar playboy" kata Aki.
Akhirnya setelah Zen sudah merasa baikan, dia bergegas untuk pergi dari tempat itu dan tidak lupa mencium pipi perawat cantik tersebut dan sekarang menuju kearah ruangan dimana menjadi tempat beberapa orang membantu korban game sebelumnya yang masih berada dirumah sakit yang sama.
Sesampainya disebuah ruangan, Zen akhirnya sudah bertemu beberapa kenalannya beserta wanita – wanitanya.
"Kau sangat lama Zen" kata Asuna.
"Maaf Asuna, aku ada urusan sebentar" jawab Zen.
Sekarang hubungannya dengan Asuna sudah direstui oleh orang tuanya. Bahkan Zen pernah makan malam bersama keluarga Asuna. Zen sendiri hanya salut kepada wanitanya tersebut karena berhasil meluluhkan hati ibunya tersebut.
"Tetapi bukankah kamu terlihat agak kurus Zen?" tanya Lisbeth kemudian.
"Benarkah?" kata Zen.
Memang wajah Zen terlihat sedikit lebih tirus karena efek dari mengeluarkan darahnya tadi. Namun itu akan kembali seperti semula setelah beristirahat kata Irene.
"Iya Zen, bahkan wajahmu terlihat sedikit pucat" kata Silica kemudian.
"Tenanglah, aku baik – baik saja" kata Zen.
Lalu mereka mulai menyapa beberapa teman mereka, seperti Agil, Kirito, Sachi dan lainnya. Namun anehnya mereka tidak melihat Klein saat ini, bahkan teman Klein yang satu kelompok bersamanya juga tidak bisa menghubunginya.
Saat sedang mengobrol, Zen dikejutkan oleh seseorang mendatanginya, yaitu Kikouka Sijirou dan mulai berbisik kepada dirinya.
"Temui aku setelah kau selesai menyumbangkan ingatanmu" kata pria tersebut dan hanya diiyakan oleh Zen.
"Ada apa Zen?" tanya Asuna yang melihat orang itu sudah pergi.
"Ah tidak, hanya masalah pekerjaan" kata Zen.
Akhirnya mereka mulai kembali mengobrol hingga mereka mulai dipanggil untuk masuk disuatu ruangan dimana terdapat beberapa alat Augma yang langsung terhubung kesebuah tabung besar.
Zen, Asuna, Lisbeth dan Silica merupakan orang selanjutnya untuk menggunakan peralatan tersebut. Setelah sudah memakainya dan beberapa ingatan mereka sudah disalin, akhirnya mereka dipersilahkan untuk keluar dari tempat tersebut.
"Benarkah tidak terjadi apa – apa Irene?" tanya Zen setelah melakukan hal tersebut.
[Tenang Kak, mereka hanya menyalin ingatan tentang Sword Art Online saja, bahkan tidak ada efek samping apapun] jawab Irene.
"Baiklah, sekarang kita kemana?" tanya Lisbeth.
"Bagaimana kesebuah kedai es yang baru buka yang saat ini sangat terkenal" kata Silica.
"Baiklah, bagaimana denganmu Zen?" tanya Asuna.
"Kalian pergilah duluan, aku akan menyusul sebentar setelah menemui seseorang" kata Zen dan diiyakan oleh para wanitanya tersebut.
Zen lalu menuju kesebuah ruangan yang diberitahu oleh pria sebelumnya dan memasuki tempat itu.
"Ada apa Seijirou-san?" tanya Zen.
Lalu pria itu memberikan sebuah tablet PC kepada Zen. Zen sendiri melihat apa yang dilihatnya tersebut sangat terkejut.
"Klein?" kata Zen yang melihat temannya tersebut saat ini sedang babak belur.
"Bukan hanya itu Zen, bahkan ingatannya mulai menghilang saat ini." Kata pria tersebut.
Zen yang mendengar ini hanya melebarkan matanya karena sangat terkejut.
"Bukan hanya dia Zen, bahkan 4 player mantan korban dari game Sword Art Online juga ditemukan dengan kondisi yang sama" kata pria itu kembali sambil mengeserkan layar tabletnya.
Zen lalu mencoba menenangkan dirinya dan mencoba berfikir penyebab kejadian ini.
"Bisakah aku menelfon seseorang sebentar Seijirou-san" kata Zen.
"Baiklah" jawab pria tersebut.
Zen sendiri langsung menghubungi seseorang yang menurutnya dapat memberikannya beberapa informasi kepadanya saat ini. Setelah menelfon dan memastikan informasi yang didapatnya, akhirnya Zen berterimakasih kepada orang tersebut dan menutup panggilan tersebut.
"Apa kau mendapatkan sesuatu Zen-kun?" tanya pria tersebut.
"Carikan aku seseorang bernama Nochizawa Eiji"