webnovel

Progress

"Hah.. baiklah berbaringlah di tempat tidur itu, aku akan mengambil semua peralatan yang dibutuhkan" kata perawat tersebut.

"Terima kasih Aki-san" kata Zen.

"Baiklah, tetapi pastikan kau mengungkapkan semua rahasiamu Zen" kata perawat tersebut.

"Tentu saja, kamu termasuk wanita yang kucintai, kupastikan aku akan memberitahukan semuanya padamu" kata Zen.

"Dasar playboy" kata perawat itu sambil tersenyum sambil keluar dari ruangan tersebut untuk mengambil semua peralatan yang dibutuhkan untuk mengambil darah Zen.

Tidak berselang lama perawat cantik itu kembali dan sudah menyiapkan semua peralatan dan mulai memasangkannya kepada Zen yang saat ini sudah terbaring ditempat tidur pada ruangan tersebut.

"Darahmu akan tersedot banyak Zen-kun, dan itu mungkin memiliki efek kepada tubuhmu" kata perawat tersebut.

"Aku akan baik – baik saja Aki-san." Kata Zen.

Jelang beberapa lama, akhirnya penuhlah dua buah kantong darah hasil dari darah Zen yang dikelurakan tadi. Zen saat ini mulai merasakan pusing sedikit akibat hal tersebut.

[Tenang Kak, efeknya hanya 30 menit] kata Irene.

"Terima kasih Irene" kata Zen didalam hatinya.

Lalu perawat cantik itu mulai melepaskan semua alat yang membantu dirinya mengeluarkan darah Zen dan memasukan darah Zen tersebut kedalam sebuah tempat khusus untuk menyimpan darah.

"Istirahatlah Zen-kun" kata perawat tersebut.

"Terima kasih Aki-san. Dan pastikan semua hal ini adalah rahasia" kata Zen.

"Baiklah. Kalau begitu katakanlah rahasiamu Zen-kun" kata perawat tersebut.

Mendengar ini Zen hanya tersenyum dan menatap perawat tersebut.

"Aku kemari dengan pacarku. Saat ini dia sedang berada dipusat Medicuboid, kamu bisa kesana dan menanyakan tentang tatomu kepadanya Aki-san" kata Zen.

Mendengar ini perawat itu kembali menyipitkan matanya atas informasi yang didengarnya tersebut. Dia masih memikirkan apa sebenarnya yang sedang disembunyikan oleh pria didepannya ini.

"Baiklah, aku akan menemuinya setelah mengembalikan peralatan ini" kata perawat tersebut yang sudah meninggalkan Zen yang membiarkannya beristirahat pada tempat tersebut.

Aki saat ini sudah mengembalikan semua peralatannya. Namun saat ini dia masih bimbang, apakah dia langsung menemui Asuna atau menjaga Zen yang saat ini telah banyak kehilangan darahnya.

Namun akhirnya dia menuju kesebuah bangsal khusus yang digunakan untuk terapi pengobatan dan bertemu dengan seorang dokter.

"Halo Aki-san. Ada yang bisa kubantu" kata seorang dokter yang menjaga bangsal tersebut.

"Aku sedang mencari seorang wanita yang datang kesini tadi, namanya Asuna" kata Aki.

Lalu dokter itu mengatakan bahwa Asuna saat ini sedang memakai Amusphere dan memasuki game Alfheim Online untuk menemui seseorang pasien ditempat ini. Mendengar ini Aki langsung menuju ruangan dimana Asuna berada dan saat ini dia melihat Asuna yang sedang bebaring.

Sebenarnya Aki akan menanyakan tentang tatonya, namun melihat Asuna yang terbaring menggunakan Amusphere, dia memutuskan untuk kembali. Namun langkahnya berhenti dan kembali menoleh kearah Asuna

Lalu Aki mencoba meraih bahu Asuna dan mulai melepaskan sedikit pakaian yang menempel pada pundaknya sedikit. Setelah berhasil membukanya, dia sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya. Tato yang persis sama dengan miliknya namun bentuknya yang berbeda.

"Apa yang sebenarnya terjadi" kata Aki sambil mengembalikan pakaian Asuna kekeadaan sebelumnya sambil meninggalkan tempat itu.

Zen sendiri saat ini masih mengistirahatkan dirinya yang saat ini keadaannya mulai membaik. Namun setelah beberapa waktu, munculah kembali seorang perawat cantik memasuki kembali ruangan ini.

"Bagaimana?" kata Zen

Mendengar ini Aki hanya menatap Zen dengan tatapan yang seperti membutuhkan jawaban darinya saat ini.

Zen sendiri akhirnya mulai menaikan tempat tidurnya pada bagian atasnya dan terlihat sedang duduk saat ini.

"Aku akan memberitahu jika waktunya tiba Aki-san" kata Zen.

"Kapan? Dan mengapa dia mempunyai tato yang sama sepertiku walau bentuknya berbeda?" kata Aki

"Tunggulah" jawab Zen dengan senyum yang terukir pada wajah tampannya.

Perkataan Zen tersebut membuat perawat itu tidak puas akan jawaban Zen tersebut. Namun dia memutuskan untuk membiarkannya untuk saat ini.

Akhirnya mereka mulai mengobrol ringan sambil menunggu kondisi Zen untuk kembali seperti semula. Dan setelah beberapa lama, dia mendapatkan pesan dari Asuna bahwa dia sudah menyelesaikan urusannya saat ini.

"Baiklah Aki-san, sepertinya aku akan berpamitan untuk hari ini, sampai bertemu minggu depan" kata Zen.

Melihat kondisi Zen, Aki sangat terkejut karena pemulihan Zen sangat cepat walaupun setengah liter darahnya telah diambil dari tubuhnya. Dia terus memikirkan ini sampai sebuah bibir menempel pada pipinya.

"Sampai jumpa minggu depan Aki-san" kata Zen sambil membawa kotak yang berisi darahnya tersebut.

"Baiklah sampai jumpa" balas Aki dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya tersebut.

.

.

Asuna saat ini mulai terlihat ceria dari sebelumnya. Dia mulai menceritakan segala sesuatu yang dialaminya kepada Zen yang saat ini memboncengnya dan akan mengantarkannya kerumahnya.

Dan tibalah mereka dirumah Asuna. Asuna lalu melepaskan helmnya diikuti oleh Zen dan Asuna mulai meengembalikan helm yang dipakainya kepada Zen.

"Terima kasih untuk hari ini Zen" kata Asuna sambil maju dan mencium singkat pada bibir Zen.

"Sama – sama." Jawab Zen.

"Kalau begitu sampai besok Zen" kata Asuna.

"Baiklah. Apakah aku perlu masuk dan membujuk Ibumu untuk memperbolehkanku memacarimu Asuna?" kata Zen hendak memakai helmnya.

"Tidak perlu Zen, aku punya cara untuk meyakinkannya" kata Asuna.

"Baiklah" kata Zen.

Lalu Zen mulai memakai helmnya dan menyalakan mesin motornya dan meninggalkan tempat itu sambil melihat kearah Asuna yang melambaikan tangan kepadanya. Zen sendiri akhirnya berjalan pulang pada malam yang indah ini sampai dia merasakan bahwa seseorang sedang mengikutinya.

Zen akhirnya menepikan motornya pada sebuah taman dan berpura – pura turun dan duduk ditaman tersebut sambil menunggu mahsut dari orang yang mengejarnya tersebut.

"Permisi, apakah kau bisa menolongku?" kata seorang yang masih terlihat siluetnya.

"Menolong? Menolong agar aku melanjutkan perjalananku dan kamu bisa mengikutiku?" tanya Zen.

"Hahahaha, sepertinya sulit untuk memperdayaimu." Kata orang tersebut sambil memunculkan sosoknya yang saat ini terlihat karena sorotan lampu taman yang berada ditaman ini.

"Irene, bukankah plot ini terlalu cepat?" kata Zen yang terlihat sangat kaget dengan penampakan orang tersebut.

[Mungkin karena Kakak mengubah beberapa plot, akhirnya plot ini hadir lebih cepat] jawab Irene.

"Aku tahu, namun bukannya plot dari Yuna yang sebenarnya duluan dari pada plot ini?" tanya Zen.

[Menurut cerita Asli memang seperti itu, tetapi mungkin ada beberapa yang berubah] jawab Irene.

"Lalu apa yang kau butuhkan Johnny Black?" tanya Zen yang sebenarnya sudah mengetahui jawabannya.

"Hahahahaha... memang seorang yang dijuluki Beast, bisa mencium bau apapun" kata pria tersebut langsung berlari kearah Zen mencoba untuk menyerangnya.

Zen sendiri masih tetap tenang dan melihat sebuah alat sudah berada ditangan pria tersebut dan akan menusuk Zen. Zen lalu menghindari tusukan tersebut dengan cara memutar dan langsung menyiku wajah pria tersebut.

"Ahhh.." teriaknya.

Zen lalu meraih tangan pria tersebut yang memegang alat itu dan mulai mematahkan lengannya, lalu dia meraih kepalanya dan membenturkan ke sebuah tiang lampu dari taman tersebut.

"Plank, plank, plank" suara benturan kepala dengan tiang tersebut dan mengakibatkan beberapa penyokan pada tiang tersebut.

Sudah merasa puas menyiksa orang yang menyerangnya, Zen mengambil smartphonenya dan menghubungi seseorang dari pemerintah yang menyuruh menyelidiki kasus sebelumnya.

"Seijirou-san, aku menemukan seorang komplotan pelaku pembunuhan Gun Gale Online"

ตอนถัดไป