Beberapa hari kemudian, Zen saat ini berada diatap sekolah khusus untuk para korban Sword Art Online sambil membaca berbagai artikel tentang tubuh manusia. Namun tiba – tiba saja seorang wanita datang kearahnya dengan tampang lesunya.
Zen sendiri yang saat ini belajar dilaptopnya saat ini, langsung menutup laptopnya dan melihat kearah wanita itu yang saat ini berjalan kearahnya. Wanita itu langsung memeluk Zen setelah dia mendekatinya.
"Ada apa denganmu Asuna?" tanya Zen.
"Aku akan dijodohkan oleh ibuku Zen" kata Asuna.
"Lalu?" tanya Zen.
Mendengar ini Asuna melepaskan pelukannya dan menatap Zen dengan intens.
"Apakah kau tidak mencintaiku Zen?" tanya Asuna.
"Tentu saja aku mencintaimu" kata Zen.
"Lalu mengapa tanggapanmu hanya seperti itu?" tanya Asuna kembali.
"Karena aku tahu, pasti kamu akan menyelesaikan masalah ini bukan? Atau haruskah aku bertemu dengan ibumu?" tanya Zen.
Mendengar ini Asuna kembali memeluk Zen.
"Aku akan berusaha Zen" kata Asuna.
Lalu mereka berdua berpelukan cukup lama ditempat itu sambil mendukung satu sama lainnya.
.
.
Beberapa bulan kemudian, Zen saat ini berada didomainnya saat ini yaitu Alaska.
"Akhirnya Selesai!" kata Zen yang melihat sebuah tubuh anak kecil telanjang dan tidak mempunyai rambut didepannya.
"Walaupun berbentuk seperti android yang menyerupai manusia tetapi aku cukup puas" kata Zen.
[Tenanglah Kak, kita hanya perlu memberikan darahmu, maka dia akan berubah seutuhnya menjadi manusia] kata Irene.
"Baiklah Irene, bisakah kau memeriksa tubuh ini kembali secara menyeluruh" kata Zen.
[Baiklah] kata Irene.
Lalu Irene mulai memeriksa tubuh didepannya tersebut dan memastikan bahwa semua fungsi dari organ dan tubuhnya sudah sempurna walaupun masih dalam rupa android.
"Jadi berapa liter dia membutuhkan darah Irene?" tanya Zen.
[5 sampai 6 liter] jawab Irene.
"Hah.. bukankah itu sama dengan seluruh darahku Irene?" tanya Zen.
[Betul, makanya kita lakukan secara bertahap. Kakak akan memberikan darah Kakak 500ML pertahap dengan waktu seminggu sekali] kata Irene.
"Tunggu Irene, apakah kau ingin membunuhku, setahuku manusia hanya bisa mendonorkan darahnya 4 kali dalam setahun dan rata – rata 250 sampai 350ML sekali donor" jawab Zen.
[Apakah Kakak melupakan jati diri Kakak yang sebenarnya] tanya Irene.
Mendengar ini Zen hanya berdiam dan menyalahi kebodohannya tersebut.
"Maafkan aku Irene, tetapi bisakah kita menggunakan darah orang lain?" tanya Zen.
[Bisa, kalau Kakak menginginkan anak Kakak tetap menjadi robot andoid] kata Irene.
"Baiklah, ini tahap terkahir jadi aku harus bisa" gumam Zen yang sudah memutuskan untuk bertekad menjalani pojek ini hingga selesai.
"Lalu apakah aku harus membeli kantong darah dan selang infus sekarang Irene?" tanya Zen.
[Apakah Kakak yakin bisa melakukannya sendiri, sebaiknya sekarang kita butuh bantuan orang] kata Irene.
"Siapa? Para wanitaku?" tanya Zen.
[Bukan, seseorang yang mempunyai tandamu yang lain] kata Irene.
.
.
Zen akhirnya keluar dari domainnya dan saat ini sedang berada diapartemennya dan langsung menghubungi orang yang dimahsut. Saat Zen mendengar bahwa orang ini mempunyai tandanya, Zen sempat terkejut.
"Katanya dia sedang sibuk Irene, dia mengatakan kita bisa menemuinya beberapa hari kemudian" kata Zen.
[Baiklah, kalau begitu kita akan menunda sementara projek kita] kata Irene.
"Tapi apakah benar dia mempunyai tandaku Irene?" tanya Zen.
[Pernahkah Irene berbohong kepada Kakak. Dia mempunyai tanda Kakak walaupun bentuknya baru setengah lingkaran. Setahu Irene saat ini ada dua orang yang mempunyai tanda awal tersebut.] kata Irene.
"Benarkah, siapa satu lagi Irene?" tanya Zen bersemangat.
[Rahasia] jawab Irene.
"Mengapa perasaanku tidak enak saat kau mengatakan kata tersebut Irene" kata Zen kemudian.
[Tenanglah Kak, Irene akan selalu bersama Kakak dalam situasi apapun] jawab Irene.
"Terima kasih Irene" kata Zen.
Akhirnya Zen mulai bersantai sejenak diapartemen dan memikirkan apa sebaiknya dia lakukan sekarang.
"Ah.. lebih baik aku memasuki Alfheim Online. sudah lama aku tidak memasukinya" kata Zen.
Walaupun Zen jarang memasuki game tersebut untuk menemani anaknya dan wanitanya memainkan game tersebut, tetapi Zen selalu meluangkan waktunya untuk berkencan dengan wanitanya dan mengunjungi Yui.
Dan disinilah Zen, dirumah yang menjadi kenangannya yang terindah saat ini, namun saat dia hendak masuk, dia melihat para wanitanya sudah memakai pakaian tempurnya bersiap untuk pergi berperang.
"Papa!" teriak Yui yang langsung berlari menuju Papanya.
Zen sendiri hanya menangkap anaknya tersebut dan mulai menggendongnya.
"Ada apa?" tanya Zen.
"Kita akan membantu Asuna" kata Lisbeth.
"Ada apa dengan Asuna" tanya Zen bingung.
Lalu Lisbeth menceritakan bahwa Asuna sedang mengikuti sebuah kelompok yang akan menaklukan sebuah boss lantai, namun sekarang dia sedang dihadang oleh beberapa player yang mencoba melawan boss lantai tersebut.
Mendengar itu, Zen sangat mengetahui alur ini. Zen langsung mempersiapkan perlengkapannya dan bersiap untuk membantu Asuna tersebut.
Akhirnya mereka semua sekarang berada disebuah portal, namun mereka bertemu dengan Kirito dan Sachi yang saat ini juga sudah bersiap membantu mereka.
"Lama tidak bertemu Zen" kata Kirito.
"Yo Kirito, aku sibuk belakangan ini. Dan terima kasih mau ikut menolongku" kata Zen.
"Tidak masalah" jawab Kirito.
Lalu akhirnya mereka menuju sebuah lantai dimana Asuna dan kelompoknya saat ini akan melawan boss lantai tersebut. Setibanya disana ternyata sudah sangat banyak player, dan saat ini mereka berkerumun mulai berjalan menuju kearah boss lantai tersebut.
Kelompok Zen saat ini langsung bergegas, namun sialnya ternyata setelah dekat dengan lokasi, semakin banyak player berkerumun disini.
"Aku akan menerobos duluan, kalian bantailah player disekitar sini dan akan kutunggu didepan sana" kata Zen.
"Baiklah" jawab mereka semua yang mengikuti Zen.
Zen lalu mengeluarkan sayapnya dan langsung melesat cepat kearah depan kelompok yang sedang berlari menuju kelompok Asuna. Zen lalu melemparkan pedangnya tepat didepan kelompok tersebut dan membuat mereka berhenti dan mencari tahu siapa yang melakukan hal tersebut.
Zen lalu mendarat tepat dipedangnya yang tertancap tersebut lalu menatap wanita yang saat ini sedang terkepung yaitu Asuna.
"Zen!" teriaknya.
Mendengar ini Zen hanya tersenyum dan akhirnya berbalik kearah belakangnya.
"Aku sudah lama tidak bermain, dan sekarang kalian ingin menyerang istriku?" tanya Zen.
"Tetapi Beast Prince, bukankah tempat itu bebas dimasuki siapapun" kata seorang yang memimpin kelompok tersebut.
"Benar, tetapi istriku tercinta ingin memasukinya bersama kelompoknya. Bukankah sebagai suami yang baik aku harus mewujudkan keinginannya?" tanya Zen.
"Tetapi apakah kau bisa melawan kami semua?" tanya orang itu lagi.
Mendengar ini Zen hanya tersenyum dan mulai mencabut pedangnya yang tertancap tadi, dan mengeluarkan sebuah pedang yang dihadiahkan kepadanya oleh orang yang dicintainya. Zen lalu mengaktifkan sword skillnya dan bersiap menyerang mereka, namun sebelum itu dia melirik Asuna sebentar.
"Aku akan menahan mereka, jadi masuklah" kata Zen.
"Terima kasih Zen" kata Asuna.
Zen lalu melesat kearah kelompok tersebut dan mulai membantainya. Ketua kelompok tersebut mencoba melawan, namun dari arah belakang semua healer dan penyihirnya sudah dibantai oleh kelompok yang bersama Zen tadi.