Sambil mengemudikan mobil, Robin sesekali melirik Etria yang duduk di sampingnya. Etria terus saja memandang ke jendela di sampingnya, tak henti-hentinya menyeka air matanya yang tak kunjung berhenti turun. Meski begitu, mulutnya terus tertutup rapat. Ia mati-matian menahan diri agar tidak terisak.
"Menurutku, Lois itu emang kebangetan, sih," gumam Robin akhirnya, dengan nada hati-hati. "Aku tahu dia marah, tapi cara ngasih tahunya nggak begitu juga, dong."
Etria menggeleng pelan. "Aku tidak marah kepadanya. Barangkali, itu adalah bentuk perhatiannya kepadaku. Dia benar-benar ingin aku berubah."
Kedua alis Robin terangkat. Ia memilih untuk diam. Robin sekarang tahu, saat-saat seperti ini bukanlah waktu yang tepat untuk menasihati bidadarinya itu. Perasaan Etria sedang terguncang begitu dahsyat.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com