Ken keluar dari kamar yang di pakainya untuk melecehkan Clara. Clara yang sudah sadar dengan apa yang terjadi padanya, sedang menangis di ujung kamar dengan tubuh yang berantakan.
"Ken, kau menyukai Nyonya?" tanya Loid.
"Apa urusannya denganmu? Asal aku tidak mengacau hubungan Delice dengan Naura, bukankah perasaanku tidak penting?" jawab Ken.
***
Delice segera berlari menuju kamar yang di pakainya untuk mengikat Naura. Olin dan juga Dokter Jean, menunggu Naura di luar pintu.
"Tuan!" ucap Olin.
"Jean, ini penawarnya."
"Tuan tunggu disini. Aku akan memberikannya pada Nyonya. Setelah itu, kita harus bicara," ucap Dokter Jean.
Delice yang gelisah membuat Olin khawatir. Tapi, mau bagaimanapun Olin tidak berhak menanyakan hal yang membuat Delice gelisah.
"Olin, selama aku pergi, apa ada masalah?" tanya Delice.
"Tidak ada, Tuan!" jawab Olin sembari menggeleng.
"Olin, apa aku melepaskan Nyonya saja? Bagaimana menurutmu?"
"Maaf, Tuan, kalau saya lancang. Bukankah Nyonya sudah bersedia menikah dengan Tuan? Kalau Tuan membebaskan Nyonya, bagaimana kalau Nyonya berfikir Tuan membuangnya setelah bosan?"
"Kau benar, Olin!"
Delice kembali diam. Delice terus memperhatikan detak jarum jam untuk memastikan penawar itu mujarab. Tidak selang lama, Dokter Jean keluar.
"Bagaimana?"
"Obatnya sudah mulai netral tapi belum sepenuhnya membuat Nyonya sadar. Masih ada sedikit efek yang tertinggal," jawab Dokter Jean.
"Kau boleh pergi!" ucap Delice.
"Ada yang ingin saya bicarakan, Tuan."
"Katakan!"
"Tuan, maaf kalau saya tidak sopan. Apa Tuan dan Nyonya pernah berciuman?"
"Untuk apa kau menanyakan hal itu?"
"Menurut hasil pemeriksaan, ada racun baru dalam tubuh Nyonya dan itu adalah obat yang selalu Tuan konsumsi."
"Katakan dengan jelas!" pinta Delice sembari meninggikan suaranya.
"Ada sisi baik dan ada sisi buruk. Tuan, sisi buruknya adalah, efeknya bisa mempengaruhi daya tahan tubuh Nyonya dan sisi baiknya adalah, luka Nyonya bisa pulih 3x lebih cepat dari perkiraan."
"Apa aku tidak boleh menyentuhnya? Kau mengatakan wanita yang sudah ku tiduri, tidak akan bisa hamil. Kenapa kasus ini berbeda?"
"Tuan, Anda harus berhenti mengkonsumsinya. Anda harus melakukan pengobatan 1 sampai 2 tahun untuk menghilangkan racun yang sudah menyatu dengan aliran darah."
"Pergilah!"
Dengan langkah lesu, wajah yang tidak bersemangat, Delice masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaan Naura.
"Naura. apa kau tahu? Aku sedih karena memintamu untuk membantuku bermain-main. Aku hanya ingin kau perlahan-lahan mengerti dengan duniaku. Tapi, juga senang karena aku tahu, aku tidak boleh menyentuhmu," gumam Delice.
Delice bersiap-siap untuk pergi mengurus organisasi naga hitam yang perlu di tertibkan lagi. Delice pergi dengan Loid dan Ken di tugaskan untuk menjaga Naura.
Naura yang sudah sadar, berjalan-jalan di sekitar taman mansion untuk melatih kakinya kembali.
"Nyonya, apa masih terasa sakit?" tanya Ken.
"Tidak!"
"Nyonya, nanti malam saya mengadakan makan malam di luar bersama beberapa teman. Apa Nyonya ingin ikut bersamaku?"
"Apa tidak masalah?" tanya Naura.
"Asal ada aku, tentu saja tidak."
Waktu cepat berlalu, berganti dengan malam yang begitu cerah. Ken membawa Naura untuk ikut makan malam bersamanya.
Di sebuah resto mewah, sudah ada segerombolan pria. Para pria itu ada juga yang membawa wanita sebagai teman kencannya.
"Nyonya, Anda ingin makan apa?" tanya Ken.
"Apa saja!"
Kyaaaaaaa...
Salah satu pria menarik Naura duduk di sebelahnya dengan pandangan hina.
"Lepas!" bentak Naura.
"Lepaskan!" ucap Ken sembari mencengkram tangan pria itu.
"Ken, ayolah! Kita lakukan seperti biasa. Berbagi kesenangan dan kehangatan. Wanita yang kau bawa kali ini, sangat menggugah gairahku!" ucapnya.
BUKKKKKKKK
Ken melayangkan satu pukulan di wajah pria yang sudah tidak sopan pada Naura. Naura syok, mendengar penuturan pria yang mengaku sebagai teman Ken.
Naura mengenal Ken seperti pria baik, rendah hati dan lembut. Sehingga, saat telinganya mendengar keburukan Ken, telinga Naura langsung berdengung.
"Tutup mulutmu kalau kau masih ingin hidup!" gertak Ken.
"KEN, CUKUP!" karena banyak orang, banyak yang melerai.
"Ayo kita pulang! Kita cari tempat makan yang lain," Ken menarik tangan Naura dengan marah dan rasa kesal.
Di bawah sinar rembulan, Ken menarik tangan Naura untuk masuk ke dalam mobil secara paksa.
"Apa Nyonya..."
"Apa seperti itu kalian memperlakukan seorang wanita?" tanya Naura dengan suara yang begitu lirih dan hampir tidak terdengar.
"Seperti itu bagaimana?" tanya Ken kesal.
"Apa seorang wanita itu harus di bagi?"
"Nyonya mempercayai bualannya dari pada bertanya padaku?"
"Jawab saja. Apa itu caramu bermain dengan wanita?"
"Apa Nyonya segitu penasaran dengan caraku bermain?" Ken mendekatkan wajahnya, sampai tidak ada jarak lagi di antara mereka.
"Aku tidak perduli. Itu urusanmu, bukan urusanku. Antarkan aku pulang!" pinta Naura.
"Jawab aku! Apa kau begitu penasaran dengan caraku bermain?" bentak Ken.
"Ken, jaga sikapmu!"
"Aku akan tunjukkan padamu bagaimana aku bermain dengan seorang wanita."
"Ken, cukup. Apa kau dan Delice tidak jauh berbeda? Apa aku salah menilaimu?" tanya Naura yang sudah gugup dengan pandangan mata Ken padanya.
"Kau benar. Aku dan Delice sama. Jadi, aku bisa melakukan apa yang Delice lakukan padamu."
"Apa maksudmu?"
Ken mencium bibir Naura dengan paksa. Naura meronta-ronta tapi Ken sama dengan Delice. Tubuhnya yang besar berotot, membuat tangan Naura sakit saat memukul Ken.
"Itu caraku bermain. Aku akan tunjukan padamu caraku yang lain!" tatapan mata Ken lebih mengerikan di banding Delice.
"Ken, kau... Aku kecewa padamu!" ucap Naura sembari menangis dan hendak keluar dari dalam mobil.
"Duduk diam!" bentak Ken.
Naura tidak diam seperti perintah Delice. Baginya, cukup Delice saja yang menindas, orang lain jangan menambahi. Luka batin yang di rasakan Naura, tidak ingin di timbali oleh orang lain.
"Lepaskan aku, Ken!" teriak Naura ketika Naura sudah berhasil keluar dari mobil tapi Ken berhasil menangkapnya lagi.
"Ayo kita pulang!" ucap Ken dengan lembut.
Naura akhirnya masuk kembali ke dalam mobil. Ken hanya diam seperti memikirkan sesuatu. Mobil melaju menuju mansion dengan cepat.
"Dasar bodoh! Apa yang kau lakukan padanya Ken?" batin Ken. "Apa ini yang di namakan cemburu? Aku sudah membunuh keluarga Max tanpa sisa, tapi ucapan Max membuatku hampir gila. Apa Naura dan Delice sudah melakukan hal yang begitu dalam?" batin Ken lagi.
"Ken, ini bukan jalan ke arah mansion! Sebenarnya kau akan membawaku kemana?" bentak Naura ketika Ken memutar jalur.
"Membawamu untuk bersenang-senang. Kalau Delice bisa tidur denganmu, kenapa aku tidak bisa?" jawab Ken.
"Ken, cukup! Aku sungguh tidak mengerti apa yang kau katakan. Ayo༼, kita bicara baik-baik," Naura berusaha menenangkan Ken.
Naura berusaha membuka pintu mobil dan lombat tapi Ken memegang tangan Naura walaupun sedang fokus menyetir.
Tibalah mereka di sebuah rumah mewah. Penyambutannya sangat sopan ketika Ken menarik tangan Naura masuk ke dalam. Para pelayan berjejeran menundukkan kepalanya.
"Berengsek! Lepaskan aku! Apa kau tuli?" teriak Naura.
Kaki Naura belum sepenuhnya sembuh, merasakan nyeri ketika Ken memaksanya berjalan dengan sangat cepat mengikuti langkahnya.
BRUKKKKKK
Ken melempar tubuh Naura ke atas ranjang, lalu mengunci pintunya. Naura mulai ketakutan, teringat bagaimana Delice pernah ingin melecehkannya dan berakhir pada penyiksaan yang tragis.
"Kenapa? Kau takut? Bukankah kau begitu penasaran dengan caraku bermain-main dengan para wanita? Aku sedang berbaik hati, menunjukannya padamu!" seru Ken.
Naura menjauhi langkah kaki Ken yang semakin mendekat ke arahnya. Tubuhnya gemetaran, karena tatapan Ken, tidak jauh beda dengan mata Delice saat berubah menjadi seorang iblis.
"Ken, sadar! Aku calon Istri Delice."
"Jadi, kau berfikir supaya aku memperlakukanku istimewa? Dengan hanya aku seorang yang tidur denganmu, itu sudah sangat istimewa, sayang!" Ken membelai pipi Naura.
"Ken, kau tidak boleh melakukan ini padaku!" teriak Naura.
"Di luar banyak orang, bagaimana mungkin tidak ada yang menolongku setelah aku berteriak-teriak hingga urat di leherku hampir putus?" batin Naura.
Ken mendorong Naura hingga tubuhnya terhimpit oleh dinding sehingga tidak ada celah untuknya kabur.
"Ken, kau tidak boleh melakukan hal ini padaku!"
Ken mencium bibir Naura untuk yang kedua kalinya. Pipi Naura sudah basah akibat di banjiri airmata. Tangan yang bisa menjadi tumpuan untuk membrontak, di cengkram oleh satu tangan Ken. sedang, tangan kiri Ken memegang dagu Naura supaya mempermudahnya dalam melahap habis bibir Naura yang mungil.
"Hah... Hah... Hah... Ken aku... aku masih virgin! Kau tidak boleh melakukannya," teriak Naura dengan terengah-engah saat Ken melepaskan pagutan bibirnya.
"Virgin? Mana mungkin?" Ken yang tidak percaya, lalu mengeceknya dengan jarinya.
"Uuuuuhhhhhhhhhh,"
Setelah merasakan adanya selaput darah, Ken melepaskan Naura dan memeluknya. Kesadarannya kembali pulih seperti orang normal lainnya.
"Naura, maafkan aku! Aku minta maaf padamu!" ucap Ken berkali-kali.
"Kalau Delice tahu kau melakukan ini padaku, aku pasti akan di siksanya sampai mati," ucap Naura dengan tangisan yang tak kunjung usai.
"Ini salahku. Aku akan merahasiakannya. Aku minta maaf!"
"Ternyata aku terlalu gegabah. Lagipula, mereka akan menikah. Aku tidak memiliki hak untuk cemburu. Kenapa aku sampai hilang kendali?" batin Ken.
"Sudah sangat larut kalau kita pulang ke mansion. Malam ini tidurlah di sini."
Ken menyelimuti Naura setelah Naura tenang dan berbaring. Ken kemudian keluar dari kamar dengan sebuah penyesalan yang mendalam.
BUKKKKKKK
"SIALAN!" pekik Ken sembari memukul dinding hingga retak.