webnovel

15. Insiden Pesta Dansa

Naura hanya membisu setelah mendengar pertanyaan Delice perihal siapa yang akan menikah dengannya, sedangkan Naura, wanita yang Delice cintai menolaknya.

Delice hanya mengusap ujung kepala Naura tanpa menunjukkan adanya emosi dari dalam dirinya. Delice sadar diri dengan kekurangan yang di milikinya.

"Hanya wanita bodoh, idiot, yang akan menikah denganku setelah aku siksa hingga hampir mati!" gumam Delice dengan lirih.

"Delice, berhenti!" pinta Naura, ketika Delice hendak pergi dari kamarnya.

"Kau harus bersiap-siap. Aku akan panggilkan Olin untuk membantumu."

"Delice, apa kau tidak ingin mendengar jawabanku?" tanya Naura dengan serius.

"Sebuah penolakan, tidak perlu aku dengar!"

"Bagaimana kalau aku menerimamu?"

BRAKKKKKK

Delice keluar dari kamar Naura dan membanting pintu dengan keras sebelum mendengar apa yang akan di ucapkan Naura secara menyeluruh. Tidak selang lama, Olin datang dengan membawa pakaian di tangannya.

"Nyonya, saya bantu untuk membersihkan diri ya!" ucap Olin dengan begitu sopan.

Lebam di wajah Naura, sudah hampir hilang. Hanya terlihat samar-samar. Jika di tutupi dengan bedak tipis, tidak akan terlihat. Olin mengikat rambut Naura dan menampakkan leher jenjangnya. Olin memilihkan pakaian yang sedikit tertutup untuk menutupi kaki dan juga lengan yang masih terlihat jelas luka dan lebamnya akibat cambukan yang di hempaskan Delice ke tubuhnya.

"Nah, sekarang Nyonya sudah cantik!"

***

"Apa dia gila? Bodoh? Idiot? Aku sudah membuatnya hampir mati, tapi dia mau menerimaku? Dia mau menikah denganku?"gumam Delice.

Delice keluar dari kamar Naura dan membanting pintu cukup keras, bukan karena marah tapi hatinya sangat senang mendengar ucapan Naura yang belum selesai di dengarnya.

Delice merasakan dadanya hampir meledak karena jantungnya berdebar sangat hebat, sehingga tidak sanggup untuk mendengarnya hingga selesai.

Setelah perasaannya netral kembali, Delice menemui Naura yang sudah bersiap-siap untuk pergi melihat dunia luar bersamanya.

"Apa sudah siap?" tanya Delice. Ucapan Delice terdengar canggung di telinga Naura.

Delice mendorong kursi roda Naura. Setelah sampai di tangga, Delice menggendong Naura dan Olin yang membawa kursi roda ke lantai bawah. Meskipun ada lift di mansion, Delice jarang sekali menggunakannya.

"BRENGSEK! SIALAN!"

"LEPASKAN AKU!"

"IBLIS GILA!"

Delice menatap ke arah Ken untuk mengurus manusia-manusia yang berada di ruang khusus dalam mansion.

"Jangan dengarkan apapun!" Delice menutup telinga Naura dengan tangannya.

Delice menggendong Naura hingga masuk ke dalam mobil yang sudah ada Loid didalamnya. Naura merasakan tubuhnya merinding saat melihat Ken kembali sembari mengelap pisau kecil yang berkilau tapi berlumuran darah segar.

Delice berada di luar mobil dan tengah berbincang-bincang dengan Ken. Naura hanya berusaha berpura-pura tidak melihat apa yang sudah di ketahuinya.

"Nyonya, Anda harus terbiasa dengan ini semuanya. Kami tidak akan menghukum orang tanpa adanya kesalahan yang fatal," ucap Loid yang menyadari bahwa Naura merasa sedikit takut.

"Iya!" jawab Naura dengan singkat.

***

Sepanjang jalan, Naura tidak mengijinkan ada suara orang berbicara karena Naura ingin menikmati dunia luas yang sudah lama tidak dilihatnya.

"Aku hampir lupa rasanya bernafas di tengah-tengah dunia yang sangat luas," batin Naura.

Karena musim semi, jalanan begitu terlihat indah, dengan di hiasi bunga dan juga kupu-kupu yang berterbangan sangat bebas.

"Ayo! Kita sudah sampai!" Delice menggendong Naura kembali lalu menurunkannya di kursi roda.

Sebuah butik ternama, begitu banyak pelanggan yang datang. Ketika Delice sudah sampai di pintu butik, semua penjaga berbaris dan memberi hormat. Loid dan Ken hanya menunggu di mobil sembari mengecek pergerakan saham yang baru saja di investasikan oleh Delice.

Naura melihat-lihat semua gaun yang sangat cantik. Tapi, Naura tidak bebas memilih karena luka dan memar di tubuhnya masih sangat terlihat.

"Ada apa?" Delice berjongkok di depan Naura karena melihat wajah Naura yang murung.

"Apa sudah menemukan gaunnya?" tanya Naura.

"Sedang di siapkan. Kau mau membeli gaun yang mana?"

"Tidak ada!"

Delice mengedipkan matanya pada penjaga. Penjaga langsung sigap membungkus semua gaun yang di lirik Naura begitu lama.

Delice tidak meminta Naura untuk mencoba gaun yang sudah di pesannya untuk acara pesta nanti malam. Delice sudah yakin dengan ukuran yang di catatnya.

"Mau jalan kemana lagi?" tanya Delice.

"Kemana?"

"Bagaimana kalau kita makan di luar?" ajak Delice. Naura hanya mengangguk karena tidak ingin membuat kesalahan jika terlalu banyak berbicara.

***

Jalan-jalan sudah usai. Naura merasa puas dengan acara yang di lakukannya hari ini. Satu hal yang membuat Naura merasa kurang nyaman. Hal itu karena tatapan mata Ken yang sedikit aneh padanya.

Sepanjang perjalanan, Delice memeluk Naura di dalam mobil tanpa memberikan Naura waktu untuk bernafas dengan lega. Naurapun akhirnya tertidur.

"Ken, Loid, kalian ingat rencana kita nanti malam, bukan?" tanya Delice.

"Semuanya sudah beres!"

***

Malam hari telah datang. Loid, Ken dan juga Delice, sudah bersiap. Mereka bagaikan pangeran di negeri dongeng, tampan dan berwibawa. Pesona mereka tidak bisa di tolak oleh mata.

Olin mendorong kursi roda Naura. Mata Delice tidak berkedip karena baru kali ini, Naura memakai make up pada wajahnya yang memang sudah begitu cantik. Di tambah lagi dengan balutan gaun berwarna cream berenda yang mampu menutupi lukanya.

"Cantik!" batin Ken.

"Ken! Kau harus menjaga matamu!" Delice menyenggol Ken yang juga ikut tidak berkedip menatap Naura.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Naura dengan terkejut karena Delice tiba-tiba membuka bawahan dress yang di pakai Naura hingga ke pahanya terlihat.

"Demi ke amananmu!" jawab Delice.

Delice memasangkan sebuah tali dan menyelipkan satu pistol di antara kedua pahanya. Naura sedikit bingung karena meskipun membawa pistol, Naura tidak bisa menggunakannya.

"Ini untuk apa?" tanya Naura.

"Menajagamu! Ingat, di sana nanti kau tidak boleh jauh dariku! Kalau aku sibuk, kau bisa bersama Ken dan Loid. Mereka akan mengawasimu."

"Acara dansa di acara apa ini? Kenapa kau mengatakan seakan-akan di sana itu begitu berbahaya?"

"Bukan tempatnya yang berbahaya. Kalau kau mau menjadi Istriku, kau harus tahu bahayanya berada di sampingkua!"

"Tidak masuk akal!"

"Kau akan tahu nanti!" bisik Delice.

Sebuah pesta dansa yang di laksanakan di kapal pesiar dan hanya di hadiri oleh orang-orang besar dan hebat dalam sebuah bisnis. Di dunia atas ataupun dunia bawah.

Delice sedang menyamar menggunakan identitasnya sebagai pemiliki GRUP FERT dan menyembunyikan identitasnya sebagai pimpinan dunia bawah. Delice sedang menyelidiki penyelundupan senjata rahasia yang seharusnya sudah sampai ke pemiliknya tapi hingga detik ini, barang itu masih melayang salah berlabuh.

"Jangan gugup!" pinta Delice.

"Asal bersamamu, aku tidak akan merasa gugup," jawab Naura.

"Kau adalah wanita tercantik malam ini dan di malam-malam berikutnya!" bisik Delice.

Seorang gadis kecil sekitar berumur 18 tahun, menghampiri Delice dengan senang dan tanpa ada rasa takut.

"Kakak Der!"

Next chapter