"Ah!" Retno menjerit kaget hingga terdengar di seluruh ruangan.
Retno dengan cepat meraih selimut kemudian menutupi seluruh tubuhnya. Dia menatap Dias dengan curiga sekaligus takut, "Mengapa kamu di sini? Apa yang kamu lakukan padaku tadi malam?"
Mendengar itu, Dias hanya bisa bengong melihat Retno lalu dia mengerutkan kening sambil berkata, "Bu Retno, kemarin Anda tidak sadarkan diri karena minuman yang diberikan Andre. Saya menyelamatkan Anda, tapi saya tidak tahu di mana Anda tinggal, jadi saya membawa Anda ke hotel. Saya bersumpah demi Tuhan, saya tidak pernah melakukan apapun kecuali tidur di sini. "
Retno membeku sambil mengerutkan kening. Lengan putihnya yang terulur di luar selimut terlihat berguncang, kemudian dia berkata, "Lalu kenapa aku tidak memakai pakaian?"
"Itu lah yang ingin saya tanyakan. Mengapa Bu Retno hanya mengenakan pakaian dalam dan memamerkan tubuhmu pagi-pagi sekali? Kupikir ibu sedang menggodaku." Dias berbicara dengan tatapan tidak bersalah.
Meskipun Retno kehilangan akal sehatnya tadi malam, dia tidak kehilangan ingatannya. Saat itu juga Retno berusaha keras untuk mengingat apa yang terjadi, kemudian ingatan tentang kejadian semalam tiba-tiba muncul di benaknya.
Retno ingat bahwa dirinya sendiri yang merobek pakaiannya lalu berkata "Aku sangat panas" kepada Dias, kemudian dia melemparkan dirinya ke pelukan Dias. Mengingat apa yang telah dia perbuat semalam, telinga Retno langsung memerah dalam sekejap. Wajahnya malu, lalu dia diam-diam berkata lama hati, "Ini sangat memalukan. Bagaimana dia akan menghadapi mahasiswa di depannya ini nanti setelah tidakannya semalam?"
Retno menatap Dias diam-diam dengan wajah yang sangat malu. Retno dengan cepat menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya lalu dia bergumam di dalam hatinya.
Untungnya, Dias adalah pemuda yang baik dan jujur. Jika tidak, dia pasti sudah kehilangan harga dirinya tadi malam. Memikirkan tentang ini, Retno semakin mengagumi Dias.
Retno tahu bagaimana menariknya tubuhnya di mata semua pria, bahkan Retno selalu berpikir bahwa tidak ada pria yang bisa menolaknya. Apalagi semalam Retno sudah memeluk Dias, bisa saja Dias dengan leluasa memanfaatkan kesempatan itu.
Sejak lama, Retno menjaga jarak dan menolak menjalin hubungan dengan semua laki-laki, karena dia berpikir bahwa semua laki-laki hanya melihat dan menyukai tubuh seksi dan wajah cantiknya.
Tetapi sejak bertemu Dias dan melihat sendiri bagaimana sikap Dias terhadap dirinya berulang kali, Retno mulai mengubah pandangannya. Tiba-tiba detak jantungnya meningkat, Retno merasakan debaran dan ada sebuah perasaan aneh pada Dias.
"Bu Retno, karena Anda ingin memiliki saya, maka saya hanya bisa mengorbankan ego saya. Baiklah." Saat Retno sedang memikirkannya, suara Dias terdengar.
Retno menjulurkan kepalanya keluar selimut kemudian menatap Dias dengan wajah berani dan tegas. Dia mengerutkan kening lalu berkata, "Siapa yang bilang aku menginginkanmu, jangan bicara omong kosong."
Dias mengerutkan mulutnya lalu berkata dengan ragu, "Anda tidak menginginkan saya? Kalau begitu mengapa Anda hanya memakai pakaian dalam pagi-pagi sekali? Bukankah karena Anda ingin punya bayi bersama saya? "
" Aku… "Retno berhenti bicara. Tentu saja dia tidak akan memberi tahu Dias. Retno sudah ingat kalau dia punya kebiasaan tidur telanjang. Semua bajunya dilepas saat dia tertidur tadi malam.
Retno menggigit bibirnya lalu berteriak, "Lagipula aku tidak menggodamu, jangan bicara omong kosong."
"Yah, kalau begitu saya akan ke kamar mandi, Anda berpakaian dulu." Dias mengangkat bahu lalu berjalan menuju kamar mandi. Ada seringai di sudut mulutnya.
Retno tidak tahu bahwa Dias sengaja menggodanya. Ketika Dias menutup pintu kamar mandi, dia dengan cepat mengenakan pakaian dan celana. Retno menggelengkan kepala lagi berusaha melupakan kejadian semalam lalu merapikan diri.
Kemudian Retno duduk di tepi tempat tidur sambil berpikir lagi. "Bagaimana aku akan berbicara dengannya setelah melakukan hal semacam ini?"
"Seorang dosen yang biasanya sangat mempedulikan mahasiswanya tiba-tiba melakukan tindakan yang tidak bermoral. Tapi, tadi malam aku juga jatuh dalam rencana jahat Andre, sedangkan pagi ini aku hanya memakai pakaian dalam di depan mahasiswanya. Ini benar-benar tidak masuk akal... "
Tepat ketika Retno kesal dengan kejadian yang dia alami, Dias mengetuk pintu kamar mandi lalu berkata," Bu, apa Anda sudah berpakaian? "
" Tunggu ... tunggu ... " Retno berkata dengan panik dan merapikan bajunya tergesa-gesa.
Dias melanjutkan berbicara, "Bu Retno, sebenarnya semua yang terjadi di antara kita adalah kesalahpahaman, kamu tidak perlu mengingatnya. Ini juga salahku, aku seharusnya tidak boleh tinggal di ruangan yang sama denganmu. Jangan khawatir, aku tidak akan mengatakannya pada siapapun, hanya kita berdua yang tahu. "
Mendengar perkataan Dias ini, hati Retno meleleh. Dia merasa bahwa Dias sangat perhatian dan sikapnya lebih dewasa dari statusnya yang sebagai seorang mahasiswa.
"Dias, keluarlah."
Retno sudah menenangkan pikirannya lagi. Ketika Dias keluar dari kamar mandi, giliran Retno yang masuk untuk mandi.
Sebelum meninggalkan kamar hotel, Retno mengambil jasnya karena dia menyadari bahwa kancing kemejanya robek tadi malam. Tidak ada cara untuk mengancingkannya lagi. Jadi dengan putus asa, Retno hanya bisa memakai kemejanya dengan terbuka, memperlihatkan kamisol renda hitam yang terlihat seksi di dalamnya.
Mereka berdua keluar dari hotel lalu sarapan di sebuah toko kecil di dekatnya, Retno tidak banyak bicara.
Saat makan, Retno tiba-tiba melihat ke arah Dias sambil berkata dengan serius, "Dias, terima kasih tadi malam."
"Bu Retno, Anda adalah dosen saya sendiri, tidak perlu merasa sungkan." Dias tersenyum sambil meletakkan piring kecil di bawah mangkuk Retno.
"Retno ?!"
Saat itu juga, sebuah suara yang mencurigakan datang dari arah pintu toko. Retno mendongak untuk melihat sumber suara itu, alisnya tiba-tiba berkerut dan ekspresi tidak suka muncul di matanya.
"Oh, ini benar-benar dirimu. Kupikir aku telah salah orang."
Suara lain datang dari arah yang sama, dengan nada sedikit mengejek dan rasa kebencian daripada suara sebelumnya.
Dias saat itu sedang mengambil roti dan menggigitnya, kemudian Dias melihat ke belakang. Sumber suara itu berasal dari seorang pemuda tampan memakai jas, dia berjalan ke arah tempat Retno duduk dengan pandangan mencibir. Di belakangnya ada seseorang wanita yang berjalan genit mengikuti pria berjas itu.
"Retno, pria ini adalah kekasihmu? Dari penampilannya yang biasa tampaknya pria ini dari keluarga miskin, sekarang aku benar-benar tahu bagaimana seleramu. Kamu menolak pria kaya yang punya kuasa dan mendapatkan pria seperti ini.
Pria itu berbicara dengan senyum mengejek. Pria itu memandang Retno dengan merendahkan, matanya penuh penghinaan, tetapi dia tidak bisa menyembunyikan keserakahan di balik sorot matanya yang dalam.
"Yuda, tolong pergi. Aku tidak ingin melihatmu." Ekspresi Retno sangat tenang. Dia menundukkan kepalanya untuk makan setelah berbicara kemudian mengabaikan pemuda bernama Yuda.
Yuda adalah pria yang mengejar Retno dalam waktu yang lama, tetapi dia tidak pernah diterima sehingga Yuda masih menyimpan dendam terhadap Retno.
Diabaikan lagi pada saat ini, Yuda merasa lebih kesal. Dia menampar meja lalu berteriak, "Wanita jalang, kamu tidak tahu malu ya? Melihatmu seperti ini, kamu pasti telah melakukan hal yang tidak tadi malam? "
Seperti yang dia katakan, Yuda tiba-tiba membelalakkan matanya sambil menunjuk ke pakaian Retno yang tidak dikancingkan. Yuda tersenyum, " Haha, bahkan kancing bajumu robek, betapa gilanya kamu bermain semalam. Tampang pacarmu Itu terlalu jelek. Apakah dia tidak pernah bercinta dengan seorang wanita sama sekali? " Retno dengan cepat merapakatkan pakaiannya. Tubuhnya bergetar karena marah, Retno hanya menatap Yuda, dia terlalu malas untuk berdebat dengan sampah semacam ini. Retno memegang tangan Dias lalu mengajaknya pergi dari ruangan itu, " Pergi. Tidak perlu meladeni sampah semacam ini yang hanya akan bergantung pada keluarganya. "
Yuda tidak terima ada orang yang mengatakan bahwa dia bergantung pada keluarganya. Yuda sangat marah ketika mendengar kata-kata Retno. Dia mengulurkan tangan dan meraih kepala Retno sambil menegur, "Wanita jalang, menurutmu siapa yang sampah? "
Namun, sebelum Yuda meluruskan tangannya, roti yang telah digigit setengah tiba-tiba terbang di sampingnya. Roti itu kemudian hanya menyelinap ke dalam mulut Yuda, mencekiknya begitu keras sehingga dia bahkan tidak bisa berbicara. Kulit Yuda langsung memerah.