webnovel

Serangan Mendadak

---------------

Menjelang tengah malam.

BaiHu dan SangGuan masih sibuk mengadakan rapat kecil di sebuah ruangan tak jauh dari aula serba guna, kebanyakan orang sudah kembali ke kamar untuk beristirahat.

Sementara di ruang makan.

FeiEr menurunkan kepalanya melirik Hong yang tertidur lelap dengan kepala di atas meja, wajahnya merah, apa ia mabuk? Pikir Fei.

"Hong, Hong ayo bangun, kita kembali ke kamar yah" digoyang-goyang tubuh Hong tapi adiknya itu hanya bergumam.

"Emm"

Fei mengerutkan dahinya, sepertinya memang benar mabuk, tapi di mana ia menemukan minuman keras? Sejak tadi mereka duduk dan makan bersama.

Fei meraih gelas yang sudah kosong di atas meja, dari baunya sepertinya memang minuman keras, Fei ingat dari mana Hong mendapatkan minuman itu.

"DaHuang!"

Fei mengangkat tangan Hong dan melingkarkan ke lehernya menggendong adiknya dengan begitu mudah.

DaHuang mendekat.

"Yah tuan muda, tuan muda Hong kenapa?"

Fei melirik tajam ke arah meja yang sudah kosong,

"Entahlah sepertinya ia mabuk, aku akan bawa Hong ke kamar, tolong beritahu pelayan untuk membuatkan sup anti mabuk, anak ini benar-benar"

Hong masih meracau.

"Ayo kak, tarik layangannya..."

DaHuang mengangguk.

"Siap tuan muda"

..............................

Fei merebahkan tubuh Hong di atas ranjang, melepas dua sepatunya, membantu Hong melepas pakaian luarnya.

"Ayo Hong bukan pakaianmu kau berkeringat"

"Eulk kakak hehe"

Melepas beberapa hiasan rambut yang mungkin menganggu Hong tidur, hingga adiknya itu meraih bantalnya dan memeluknya erat.

"Hong, kau berkeringat ayo buka semua bajumu kalau tidak kau bisa masuk angin, kalau Ibunda tahu beliau bisa memarahimu"

Hong merubah posisi tidurnya menghadap FeiEr, Fei yang hendak melepaskan pakaian Hong yang sudah basah oleh keringatnya menghentikan gerakannya, wajah adiknya saat mabuk, wajah Hong yang kemerahan terlihat semakin menarik, bibirnya yang merah basah, Fei sangat menyukai setiap jengkal wajah adiknya itu hingga ia tidak akan pernah bosan melihatnya, sampai kapanpun.

Ia merapihkan rambut depan Hong yang turun tak beraturan, membelai pipinya, wajahnya sangat dekat dengan adiknya hingga bisa mendengar desah napas panas dari Hong.

"Hong, kau ini, kau tahu tidak boleh sembarang menerima minuman dari orang asing, lihat akibatnya, Ayahanda bisa memarahi kakak karena lalai menjagamu, heh tubuhmu panas begini, anak nakal"

"Kak ayo kita main lagi" HongEr masih mengigau.

Fei membantu Hong duduk dan membuka pakaian atasnya yang sudah basah oleh keringat, Fei menghentikan tangannya saat melihat pinggang belakang Hong, pinggang yang ramping itu, sebuah tato berwarna merah terang terlihat jelas, bentuk bulat lebih besar sedikit dari koin dengan gambar menyerupai burung merak agak timbul, Fei baru sadar tato itu begitu jelas, dulu waktu Hong masih kecil sepertinya tidak sebesar dan sejelas itu.

Fei meraih kain yang dibilas dengan air hangat dan membasuh wajah adiknya lembut.

"Kak kepala Hong sakit, eulk" Hong mendesak tubuhnya ke depan berusaha menahan muntahnya, Fei dengan cepat meraih baskom tak jauh di sampingnya dan membiarkan Hong mengeluarkan semua isi perutnya di sana.

"Eulkkk!"

Fei menepuk punggung Hong pelan.

"Makanya jangan minum sembarangan Hong lain kali harus hati-hati yah"

Fei membersihkan bibir Hong, pemuda itu langsung menurunkan kepala ke pundaknya.

"Hong tidak enak badan kak, rasanya tidak enak sekali"

Tak lama DaHuang muncul dengan membawa nampan berisi sup panas.

"Tuan muda, bagaimana tuan Hong" bisik DaHuang

Fei merapihkan rambut depan Hong yang tampak tertidur di pundaknya,

"Tubuhnya panas sekali"

DaHuang duduk di samping Fei.

"Apa perlu hamba panggilkan tabib tuan muda, sepertinya kondisi tuan muda Hong memang tidak baik"

Fei menarik napas panjang, ia mengutuk dirinya sendiri karena tidak mengawasi Hong tadi, anak itu terlalu polos hingga kadang menyakiti dirinya sendiri dan harusnya ia lebih waspada.

"Heh"

.......................

SangGuan mengantar BaiHu hingga keluar kediaman, waktu sudah larut malam dan semua masih sibuk dengan urusan sayembara.

"Kita akan lanjutkan besok dik kita harus istirahat untuk persiapan besok"

BaiHu melirik sekitarnya, sudah hampir tidak ada orang lain di sekitarnya, Fei dan Hong pasti sudah kembali ke kamar mereka.

SangTao berjalan di sampingnya.

"Tuan"

Keduanya berjalan bersama kembali ke Paviliun Plum, tak jauh di depan jalan tiba-tiba kepala BaiHu dan SangTao menemukan sesuatu berkelibat di atas atap.

Bayangan hitam yang melesat cepat.

"Sheet!"

BaiHu segera bersiaga, bukan hanya satu tapi beberapa bayangan hitam.

"SangTao kejar!"

SangTao bersiap dan tak butuh waktu lama dengan tenaga dalamnya melesat mengejar salah satu bayangan yang menuju ke sisi hutan, sementara BaiHu mengejar yang lainnya yang menuju ke arah rumah.

"Sheett!"

BaiHu menghentakkan kakinya mengejar bayangan berpakaian hitam itu dengan cepat.

"Berhenti!"

Tak lama BaiHu sudah menghadang sosok berpakaian hitam dengan penutup wajah yang siap menghunuskan pedang panjang di tangannya.

BaiHu menghempas tangannya.

Angin yang berhembus kencang di atas atap tak menggoyahkan kedua orang yang saling menatap hingga akhirnya pria berpakaian hitam menyerang lebih dulu.

"Hia!"

Perlawanan tidak terelakkan, BaiHu dengan tubuhnya yang ringan bahkan belum menggunakan tangannya menahan serangan sosok berpakaian hitam hingga dengan cepat sudah menghempasnya jatuh ke atas atap.

"Brukk!"

BaiHu akhirnya menyerang dengan pedang masih di dalam sarungnya membuat posisi lawannya terpojok, tangannya begitu ringan menangkap pedang yang diarahkan padanya dengan tangan kosong penuh tenaga dalam dan memutar pedang itu bersama dengan tangan orang bertopeng itu.

"Akhh!" tangannya ikut berputar seperti lepas dari porosnya, tentunya teriakan yang sangat memilukan terdengar hingga pelosok pavilion.

Bukan lawan untuk BaiHu, ia tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga dalam, orang itu menarik tangannya yang sudah dipelintir hebat dan jatuh dengan keras ke bawah dari tepi atap, berguling beberapa kali di atas tanah hingga jatuh tersungkur.

"Bukk!"

Saat orang itu masih berusaha bangun BaiHu sudah berdiri di depannya, mengarahkan pedangnya yang masih di dalam sarung ke wajah orang yang kini merintih sambil memegang tangannya.

"Akhh!"

"Siapa kalian? Apa yang kalian lakukan malam begini mengendap di atap rumah? Katakan atau aku akan memotong tangan dan kakimu!"

Orang itu berusaha menarik tubuhnya, tangan kanannya sudah terluka parah dan ia tidak bisa lagi menggerakkannya lagi, belum mau menjawab walau BaiHu makin mendekat dengan wajah sangat menakutkan, mata tajam BaiHu bagai elang yang siap mematuk buruan yang sudah dicengkeram di cakarnya.

"Katakan atau aku akan mulai memotong tanganmu terlebih dahulu" suara BaiHu dalam.

Orang itu terlihat gentar, ia terus menarik tubuhnya dan belum mau menjawab BaiHu, tapi kesabaran BaiHu ada batasnya walau ia tidak sekejam ancamannya tapi orang itu memang memiliki niat tak baik, ia mengangkat pedangnya bersiap mengeluarkan dari dalam sarungnya saat sesuatu melesat ke arahnya.

"Sheett!"

BaiHu menghindar cepat, seseorang mengarahkan senjata rahasia ke arahnya, ia kembali ke posisinya cepat tapi orang yang terluka tadi sudah tidak ada di tempatnya.

"Kurang ajar!"

Siapapun orang-orang itu sepertinya mereka bukan orang biasa, teringat sesuatu, BaiHu melupakan hal paling penting.

"Tidak Fei, HongEr!"

Tanpa pikir panjang BaiHu berlari ke arah Paviliun.

----------------

ตอนถัดไป