----------
Hong membuka matanya lebar, melihat Song yang terlihat serius saat bicara seperti itu.
"Yang benar kak? Memangnya, mau menelan Hong? Maksudnya, makan begitu?" Tanya Hong polos, Song mengangguk, ia menyilangkan tangannya di depan dada memasang wajah sangat seriusnya.
"Iyah kakak yakin, makanya kak Fei dan kak Song langsung keluar khan, lain kali jangan berduaan saja dengannya yah, ingat itu"
Hong mengerutkan dahinya berpikir keras.
"Maksud kakak, kalau Yang Mulia itu, sejenis kanibal? Makan daging manusia"
Song mengangguk.
"Iyah"
"Tapi tidak mungkin kak, Hong baru dengar itu, walau Hong tidak begitu mengenal negara Hua tapi menurut Ibunda negara itu penuh dengan orang-orang berwajah rupawan, memiliki kekayaan dan literature yang tinggi, tidak mungkin kanibal kak"
"Memangnya kanibal itu seperti apa? Menurut adik orang rupawan, hebat dan kaya tidak bisa jadi kanibal begitu?"
Keduanya sibuk berbisik sementara FeiEr masih terlibat pembicaraan dengan KaiLe, walau Fei tidak begitu menikmati obrolan itu tapi ia ingin mengalihkan perhatian pemuda itu pada adiknya yang sejak tadi tidak berubah.
"Biasanya begitu kak" lanjut HongEr.
"Sudah deh adik Hong tidak akan mengerti, lebih baik dengar kata kakak yah jangan dekat-dekat orang itu lagi sendiri yah, ingat itu"
HongEr mengembungkan mulutnya, alisnya tajam, ia merasa kak Song mengerjainya.
"Kak Song"
Tapi ekpresi wajah Song tidak berubah, walau ia berusaha memalingkan kepalanya menahan diri untuk tidak tertawa.
HongEr menarik lengan baju SongEr.
"Kakak ich"
Malam datang.
Di salah satu kamar besar untuk tamu undangan.
Tao baru membuka pintu dan masuk menutup kembali rapat, ia berhenti di depan meja di mana tuannya duduk menikmati tehnya, ia menunduk hormat.
"Yang Mulia"
KaiLe tidak langsung menoleh, ia hanya menunjukkan wajah seriusnya lain dari pada wajah ia biasanya.
"Bagaimana? Apa kau mendapatkan informasi?"
Tao menggeleng.
"Belum Yang Mulia, hingga saat ini belum ada gerakan sedikitpun, hamba sudah menyebar anak buah di beberapa titik lain tapi tidak melihat penampakan mereka sama sekali, apa, kita mungkin salah mengejar?"
KaiLe meletakkan cangkir tehnya, menatap jauh ke depannya, ia berdiri, mengibaskan tangannya dan menaruhnya di pinggang belakangnya, berjalan mendekati jendela.
"He orang-orang itu, mereka membawa nama besar Hua dan berkeliling negara sesuka hati mereka, cepat atau lambat, akan terlihat batang hidungnya, tidak bisa dibiarkan begitu saja"
Tao mendekat.
"Yang Mulia, masalah kali ini, mungkin tidak sesederhana yang terlihat, pusaka yang menghilang bisa menjadi petaka, ini, hanya menunggu waktu saja, hamba khawatir, keselamatan Yang Mulia mungkin akan jadi taruhannya, maafkan hamba lancang, tapi, apa, kita kembali saja ke Hua, menghindar sejauh mungkin.."
KaiLe membalikkan tubuhnya menghadap Tao, Tao menurunkan kepalanya menghentikan ucapannya cepat.
"Hamba tidak bermaksud lancang"
KaiLe menatap Tao lama, pria muda dengan tubuh tinggi besar, berkulit agak gelap, otot yang mencuat dari pakaiannya, ia pria tangguh andalan negara Hua yang terpilih menjadi pengawalnya sejak ia masih muda, tentu sangat melindungi dirinya lebih dari nyawanya sendiri.
"Tao, aku mengerti maksudmu, tapi ini menyangkut nama baik Hua, paman Raja memberi tugas ini diam-diam tanpa ada orang lain yang tahu, ini artinya masalah ini sangat penting, kau juga harus bisa menjadi rahasia ini dengan baik, jangan sampai misi kita gagal, bagaimanapun, harus membawa pulang pusaka itu ke Hua, secepatnya"
Tao menundukkan kepalanya hormat.
"Siap Yang Mulia, hamba, akan ikuti kata Yang Mulia"
Menikmati pagi yang cerah.
Paviliun Plum, suara denting pedang sudah terdengar sejak subuh saat matahari belum menempati posisinya.
LuYan dengan tubuhnya yang atletis memimpin latihan rutin pagi, walau group ekpedisi terpaksa harus menunda keberangkatan ke cabang Chang karena penyerangan kemarin tapi group itu sudah memiliki agenda sendiri yang akan dilaksanakan tepat waktu, dan LuYan sebagai penanggung jawab tidak bisa membiarkan anak-anak muda tangguh itu kehilangan gairahnya, mereka terus berlatih setiap hari dengan giat.
"Hop! Hop!!!" Seru LuYan dengan suara lantang, persis seperti ayahnya LuWang.
Agak jauh di sisi lain bungalow, hampir berjalan keluar, HongEr dengan wajah cemberut berjalan di antara rumput tinggi dan bunga yang tumbuh di sekitarnya, rambutnya yang panjang tertiup angin dengan lembut, ia sangat manis pagi itu, rambut ikalnya diikat dua di bagian kanan dan kiri kepalanya, lalu diikat pita berwarna kuning terang yang ikut terbang hingga ke depan wajahnya saat angin bertiup, ia sendirian saat itu, tentu saja itu karena HongEr melarikan diri dari bungalow, karena kak TangYi yang tangannya jahil dan tidak berhenti mengganggunya.
Hong kesal, ia bahkan tidak boleh melepaskan ikatan rambutnya, harus bertahan seharian, karena ia takut pada kak TangYinya mau tidak mau ia harus menurut, bahkan kak TangYi memberikan alasan yang sangat tidak masuk akal sama sekali.
Tak berapa lama lalu di depan teras bungalow.
"Sudah jangan banyak bergerak" TangYi dan HongEr duduk berdua di teras, pagi itu tangan TangYi sudah jahil memainkan rambut HongEr hingga mengikatnya menjadi dua.
"Kak Yi ini ikat apa? Hong terlihat aneh nanti" protes HongEr.
TangYi meluruskan pundak Hong.
"Sudah diam dulu, sebentar lagi selesai, ini akan membuat adik Hong terlihat lebih menggemaskan hehe" tawanya puas.
Tapi wajah Hong tidak habis cemberut sejak tadi.
"Kak Yi ini seperti ikatan rambut anak gadis kakak ini"
"Yah lalu kenapa? Adik Hong tidak lihat bagaimana pangeran KaiLe melihat adik, dia itu masih menganggap adik Hong anak gadis yang manis"
Hong hendak membalikkan tubuhnya tapi TangYi menahannya.
"Lalu kak, harus seterusnya begitu? Hong jadi tidak enak kak, kasihan pangeran Kai"
Kembali ke Padang rumput, Hong duduk di sebuah baru dekat pohon, wajahnya semakin kesal.
"Ich kak TangYi itu"
Suara angin pagi itu terdengar cukup keras, lembah di belakang kediaman SangGuan kurang lebih seperti lembah Jie, Hong jadi merindukan rumahnya, ia tersenyum dan menarik napas menghirup sebanyak-banyaknya udara segar di sana.
"Hemmh segarnya"
Tapi, ada sesuatu yang agak mengganggunya, suara yang ada di balik pohon, apa ada orang lain di sana selain dirinya?
Perlahan Hong menoleh, rambutnya seketika terhembus jauh karena angin bertiup kencang dari belakangnya, hingga menutupi mata Hong, ia mengangkat tangannya merapihkan rambutnya, apa yang ada tepat di depannya kini sangat mengejutkan hingga membuatnya tersentak, seekor binatang menyerupai kuda tapi lebih kecil sudah ada di tepat di depan wajahnya.
"Akh!"Hong mundur cepat,
---------------