webnovel

Gara-gara Hong Er

============

KaiLe mengalihkan pandangannya tepat saat HongEr membalikkan tubuhnya melihat siapa yang datang.

KaiLe mengepalkan tangannya, ia tertangkap basah, dan ia harus siap menerima konsekuensi kalau FeiEr yang kini sudah berdiri di depan melihatnya lurus akan menerjangnya, dengan sifat FeiEr yang ia tahu sangat meledak-ledak dan emosi, ia pasti akan menghajar KaiLe yang ketahuan menintip adiknya mandi.

FeiEr mendekat, ia melirik tajam KaiLe dari atas kepala hingga bawah kaki, melihat lama apa bawaan yang ada di tangan pangeran muda itu, lalu melihat ke dalam kamar mandi di mana HongEr baru saja keluar dari bak dengan mengenakan jubah mandinya.

"Yang Mulia, apa, yang anda lakukan di sini?" Tanya FeiEr, KaiLe berpikir pemuda di depannya pasti bersiap akan menghajarnya, ia sudah melihatnya dengan tajam.

Sementara KaiLe masih gagap karena merasa bersalah, HongEr muncul di belakangnya.

"Kak tumben pagi-pagi sudah bangun" sapa HongEr,

HongEr melihat KaiLe yang seakan tak berani melihat ke arahnya, ia memberi hormat.

"Selamat pagi Yang Mulia, anda sudah datang, maaf hamba tidak menyadarinya, anda pasti sudah cukup lama menunggu yah"

KaiLe terlihat gugup, ia hanya menganggukkan kepalanya.

"I Iyah, tidak lama, aku juga baru datang"

FeiEr mengerutkan dahinya, entah kenapa menurut ia pangeran muda di depannya bersikap agak aneh, ia segera mendekati HongEr dan membenarkan jubah mandi HongEr yang tak beraturan hingga memperlihatkan dadanya yang bidang putih dan mulus, walau ia kurus tapi di balik jubah mandinya HongEr memiliki dada berbentuk bidang yang menarik, rambutnya yang masih basah menetes hingga ke atas lantai.

"Kau ini, berpakaian sopan sedikit ada tamu di sini" bisik FeiEr.

KaiLe tak berani menoleh, ia gugup hingga hanya berdiri mematung di tempatnya.

"Eh maaf Yang Mulia, kak, Hong akan berpakaian ditunggu sebentar yah"

Tak butuh waktu yang lama hingga HongEr selesai berpakaian dan mengeringkan rambutnya, pelayan yang setia selalu ada di sisinya sudah biasa dengan rutinitas tersebut, semua dengan senang hati melayani HongEr dari bawah kaki hingga atas kepala, sekitar dua orang menata rambutnya dan dua orang membantu ia berpakaian.

Pelayan menyisir rambut halus dan panjang berwarna merah bergelombang HongEr dengan lembut, mengepangnya kecil di belakang telinganya dan menyatukannya di tengah bersama cepol kecil di atas kepalanya, menghiasi cepol rambut dengan tusuk rambut emas yang diberikan putra mahkota dan menaruh sebuah mahkota kecil berbentuk bulu merak yang indah, rambut panjang ringan yang tergerai hingga bawah pinggangnya, wajah Hong benar-benar bersinar melebihi cerahnya matahari pagi saat itu.

"Sudah selesai tuan muda"

Hong membalikkan tubuhnya dan tersenyum, membuat empat pelayan muda itu terpana di tempat mereka.

"Terima kasih kak"

"ooh tuan muda Hong"

FeiEr dan KaiLe menunggu di ruang tengah, ada DaHuang yang berdiri tak jauh di dekat pintu, ia juga terkejut tuan muda pertamanya muncul di bungalow sepagi ini, ia kan biasanya masih tidur, pikir DaHuang, ini pasti karena hari ini banyak tamu di rumah besar tersebut.

KaiLe duduk dengan gelisah, ia tak tahu kenapa FeiEr tidak keberatan dengan apa yang ia lakukan tadi, apa ini peraturan di negeri Tang? Tidak terlalu tabu untuk menintip orang mandi, kalau ia di Hua, sudah pasti ia akan dihukum cambuk hingga berlari mengelilingi istana selama limapuluh kali, ia rasa ia hanya beruntung saat itu.

FeiEr menegakkan duduknya saat melihat HongEr keluar dari kamarnya, ia sudah sangat rapih, pakaian indah yang membalut tubuhnya, warna merah dengan beberapa list emas, bordir burung di depan dada dan bagian bawah belakangnya, tangan yang lebar dengan kombinasi putih emas, tile yang berwarna merah di bagian bawah pinggang, itu pakaian yang sangat indah, semua yang sengaja dipilihkan Ibunda untuknya, rambut yang diikat ke atas tinggi dengan mahkota kecil berwarna emas kemerahan berbentuk Merak, tusuk rambut yang baru dihadiahkan oleh TangYi kemarin, pita emas panjang yang menjuntai hingga sepanjang rambutnya di belakang, ia benar-benar sangat bersinar.

KaiLe tak habis melihatnya, ia sampai tak sadar kalau mulutnya terbuka.

"Yang Mulia, anda, tidak apa-apa khan?" Tanya HongEr, seketika KaiLe sempat tersentak.

"I Iyah, eh tidak, aku tidak apa-apa"

FeiEr mengajak HongEr duduk di sampingnya, mereka duduk di meja bundar dan akan menikmati sarapan mereka yang akan segera tiba sebentar lagi.

"Suatu kehormatan sekali, Yang Mulia pagi begini sudah berkunjung ke kamar HongEr, pasti ada hal yang sangat penting yah" tanya FeiEr.

Teringat, KaiLe datang dengan membawa bungkusan makanan, bentuk kotak kecil berukir khas Hua, tak begitu besar ukurannya sekitar dua puluh kali dua puluh senti, perlahan KaiLe menyodorkan kotak itu ke depan HongEr dan membukanya, mata HongEr membesar melihat isinya.

"Waah kue kacang" isinya sama, tapi pengemasannya berbeda, memang benda yang keluar dari istana bukan benda sembarangan.

HongEr meminta ijin KaiLe sebelum mengambil makanan kesukaannya itu keluar, tentu saja, KaiLe sengaja membawakan untuk dirinya, ini tidak boleh ditolak.

"Terima kasih Yang Mulia, waah ini buatan istana yah, rasanya pasti enak sekali, emm, harum"

"HongEr jangan tidak sopan, makan pelan-pelan jangan membuat malu" ujar FeiEr tak tahan melihat wajah HongEr seperti anak kecil yang baru mendapatkan hadiah mainan.

KaiLe tersenyum, ia tak menyangka kue yang sangat biasa menurutnya itu bisa membuat seorang seperti HongEr terlihat bahagia, hal yang terpancar dari cahaya di matanya.

"Nikmati pelan-pelan adik, aku masih banyak kalau kau mau lagi"

Ting Ting Ting!

Suara denting pedang bertemu satu sama lain.

Kediaman besar JieTai divisi ekspedisi memiliki beberapa anak didik dari luar dan mengangkat mereka sebagai murid dan anak buah, setiap pagi LuWang akan mengadakan sesi latihan hingga menjelang siang.

Pria sebaya dengan rambut keabuan itu memiliki aura yang kuat, mata yang tajam, tangan yang kekar dengan urat yang muncul di sela ototnya, ia menjadi kaki tangan BaiHu bukan karena isapan jempol belakang, kesetiaan dan empatinya terhadap keluar Jie tidak diragukan lagi, ia akan selalu berada di bagian depan mana kala keluarga Jie terlibat masalah apapun, walau itu sudah sangat jarang terjadi, masa damai itu membuat semua orang terlena, dan LuWang kerap menjadi kepala divisi pengawal sementara BaiHu keluar menghadiri acara lainnya, beliau memang selalu sibuk, terbiasa hidup di JiangHu membuat telapak kakinya gatal dan selalu ingin bepergian kemana saja.

LuWang bersorak dengan tenggorokan bersih hingga suara yang lantang terdengar jauh hingga ke ujung lapangan. Dengan LuWang yang menjaga latihan tidak ada orang yang akan berani mangkir, anak buah yang tidak hadir pagi ini akan mendapat hukuman paling besar darinya, ia sedang bersemangat untuk menghukum, sudah lama tidak melatih tenggorokannya.

Dari arah pintu rumah besar muncul FeiEr, berjalan bersamanya pangeran dari Hua KaiLe dan beberapa anak buahnya di belakang, putra mahkota TangYi berjalan santai di belakang bersama HongEr dan DaHuang.

"Ini khan ukiran dari negara Hua, sangat detail yah" ujar TangYi melihat kotak di tangan HongEr, kotak perhiasan yang dihadiahkan KaiLe, terbuat dari kayu pilihan dengan beberapa ornamen lembaran daun emas, sangat detail, itu kotak perhiasan yang biasa digunakan para bangsawan untuk menyimpan perhiasan kecil mereka, HongEr begitu senang menerima hadiah itu hingga ia terus membawanya serta.

TangYi mengerutkan bibirnya, ia sedikit cemburu.

"Adik Hong, punya ku juga bagus khan? Ini cuma kotaknya aku khan memberikanmu perhiasannya, jangan sampai hilang yah"

"Kak Yi tenang saja, semua hadiah kakak HongEr simpan dengan rapih, bahkan ketapel yang kakak berikan dulu masih HongEr simpan"

TangYi mengelus dadanya, ia berpikir.

"Emm ulang tahunmu nanti, kau mau dibelikan apa? Kakak akan mencarikannya untukmu"

HongEr tertawa kecil, ia sudah terlalu banyak barang hingga apapun sudah tak terpikirkan olehnya.

"Emm apa yah"

FeiEr mengantar KaiLe hingga depan gerbang, kereta kebesaran dari negara Hua sudah siap menunggu.

Belakangan BaiHu dan TangYuan muncul setelah mengantar tamu lainnya pulang.

"Senior Jie, Yang mulia tuan putri" hormat KaiLe.

BaiHu tersenyum, pangeran muda di depannya memang sangat sopan.

"Hehehe Yang Mulia sungguh suatu kehormatan bisa menjamu Yang Mulia sebagai tamu kami, mohon kesediaannya untuk datang lagi ke gubuk kami ini lain waktu, pintu akan selalu terbuka lebar untuk anda"

KaiLe tersenyum.

"He anda sungguh rendah hati, lembah Jie terkenal akan keindahannya yang luar biasa , dan hamba merasa sangat beruntung bisa menikmatinya walau sesaat, sayang sekali perjalanan kali ini harus berakhir, mohon senior Jie dan Tuan putri jangan menolak kedatangan hamba lain waktu"

BaiHu dan TangYuan langsung menjawab.

"Oh tentu saja, Yang Mulia jangan sungkan untuk kembali hehe"

FeiEr mendekati HongEr dan TangYi, sejak tadi ia melihat KaiLe yang matanya masih sesekali melirik HongEr diam-diam.

"Hong, sepertinya pangeran muda itu tak rela meninggalkanmu, apa, kau melakukan sesuatu padanya hingga ia terus melihatmu seperti itu?" Bisik TangYi.

HongEr mengerutkan dahinya, ia tidak merasa melakukan sesuatu yang aneh, FeiEr mencondongkan kepalanya ikut berbisik.

"Ia sangat aneh, bagus ia pergi cepat-cepat kalau tidak entah apa yang akan ia lakukan di sini, wara-wiri tidak jelas"

TangYi menarik bibirnya mengejek FeiEr, ia mendengar nada sinis dari suara sepupunya itu, TangYi menyodok lengan HongEr.

"Adik Hong, mungkin kakakmu takut disaingi"

Sekejab ia dan HongEr tertawa kecil, FeiEr tahu dua orang itu tengah meledeknya, tapi tawa mereka berhenti saat melihat KaiLe yang tiba-tiba sudah ada di depan HongEr, tanpa mereka sadari.

"Eh Yang Mulia" HongEr menghormat,

Kaile membalas menghormat pada putra mahkota di depannya, lalu ia melihat HongEr lama.

"Emm, adik Hong, Kai Dung, pulang dulu yah, lain kali, kita akan berjumpa lagi"

TangYi berusaha mengalihkan kepalanya karena ia menahan tawa, memang benar kata FeiEr, pangeran muda itu memang agak aneh, ia berdiri berdempetan dengan FeiEr, melihat Hong dengan mata bersinar.

HongEr menggaruk kepalanya, ia mengangguk.

"Iyah, Yang Mulia hati-hati di jalan, emm, terima kasih atas kue dan hadiahnya"

"Emm, kalau adik Hong mau, lain kali KaiDung akan datang kembali membawa kue itu"

TangYi semakin tak kuasa menahan diri, ia berdiri di belakang FeiEr dan tertawa tanpa suara.

"Hahahaha"

+++++

Next chapter