webnovel

Chapter 7

"Wah, indah sekali."

Kyungsoo menatap ke arah pemandangan kota Seoul di malam hari dari ketinggian, sejauh matanya bisa memandang. Lampu dari setiap gedung tinggi, kendaraan yang berlalu lalang di jalanan, lampu-lampu jalanan, dan bintang di langit yang cerah menambah gemerlapnya malam hari selepas hujan besar itu.

Lantai teratas Namsan Tower memang pilihan tepat untuk bisa melihat ke seluruh tempat. Sudah bukan hal aneh menyaksikan pemandangan malam seperti ini bagi Kyungsoo.

Los Angeles yang merupakan salah satu kota tak pernah tidur di dunia, sudah menjadi hal yang umum pada malam hari dengan pemandangan seperti saat ini, dimana kesibukan dan aktivitas warga masih menggeliat. Namun karena ini adalah kali pertamanya di ketinggian dan bisa melihat ke seluruh pelosok kota Seoul membuat Kyungsoo tak bisa menyembunyikan ekspresi takjub nya.

"Kau suka?" tanya Kai.

"Ini luar biasa. Sungguh," kata Kyungsoo antusias dengan mata berbinar-binar.

Disampingnya Kai tersenyum, tentu tanpa sepengetahuan Kyungsoo, menyaksikan laki-laki mungil bermata bulat yang beberapa saat lalu masih terisak menangis di pelukannya itu.

Kai sebenarnya bingung hendak menghibur Kyungsoo yang tak berhenti menangis. Dia bukan tipe orang yang bisa menghibur orang lain yang sedang bersedih. Meski begitu, Kai juga orang yang tidak suka melihat orang lain menangis, baik itu laki-laki atau perempuan, terlebih mereka menangis karena memang sesuatu yang sangat sensitif untuk perasaan mereka.

Untung saja tiba-tiba terbesit pikiran untuk membawa Kyungsoo ke Namsan Tower, walau kira-kira sejam lagi tempat ini akan tutup. Kyungsoo menolak ajakan Kai pada awalnya, tapi menyerah setelah laki-laki berkulit gelap itu memaksanya untuk ikut. Tapi setelah tahu ternyata Kai membawanya ke tempat seperti ini, dia tidak menyesal telah menuruti keinginan Kai.

"Bukankah Los Angeles lebih indah dari ini?" tanya Kai, yang juga menyapu seluruh tempat di kota dengan pandangannya.

"Yeah, tapi ini pertama kali aku melihat Seoul di malam hari dari ketinggian seperti ini. Dan ini benar-benar keren sekali," kata Kyungsoo, "terima kasih sudah mengajakku kemari," dia menoleh pada Kai sambil tersenyum senang.

Kai tidak menjawab tapi memberikan senyuman singkat. Dia bisa melihat ekspresi bahagia di mata bulat laki-laki di sampingnya itu, dan entah kenapa dia sendiri merasa bahagia dengan hal itu.

"Oh ya, kau belum pernah cerita padaku tentang dirimu," kata Kyungsoo.

"Memang aku harus cerita bagaimana?" tanya Kai, bersandar pada pagar pembatas.

"Ya ceritakan tentangmu. Kau pernah bilang kalau kau tinggal sendiri disini, dan sudah menganggap Chanyeol saudaramu. Memang kau asli dari mana?"

"Aku dari Bussan."

"Lalu?"

"Lalu apa lagi?"

"Kau ini bagaimana, kalau kuminta cerita, artinya apa yang kau ucapkan adalah sebuah cerita," cibir Kyungsoo, "kau pernah belajar tentang mengarang cerita?"

"Lalu aku harus mengarang sebuah cerita di depanmu sekarang?" tanya Kai mengangkat alisnya.

"Bukan mengarang, tapi ceritakan tentang dirimu."

"Tadi kau suruh aku mengarang, bagaimana kau ini."

"Sudahlah," kata Kyungsoo, mendengus kesal dan berpaling lagi ke pemandangan kota.

Disampingnya entah kenapa Kai tampak menahan tawa. Ia merasa lucu melihat Kyungsoo menggembungkan pipi sebal. Karena sedikit tak tega, Kai pun mulai bercerita.

"Aku asli dari Bussan. Aku memutuskan pindah dan kuliah disini ketika ayahku meninggal. Aku punya seorang adik perempuan yang sekarang sekolah disana, sekaligus menemani eomma."

"Kenapa kau meninggalkan ibu dan adikmu kalau begitu?" tanya Kyungsoo yang kembali menunjukkan minat mendengarkan.

"Eomma yang memintaku kuliah di Seoul. Menurutnya jika aku bisa berkuliah di kampus bagus dan belajar dengan pintar, maka kelak aku akan sukses. Awalnya aku tak ingin meninggalkan dia dan adikku, apalagi eomma harus kerja keras agar aku dan adikku bisa sekolah. Oleh karena itu untuk meringankan bebannya aku kuliah sambil bekerja."

Kai merogoh saku mantelnya dan mengeluarkan sebungkus rokok dan koreknya.

"Kau merokok?" tanyanya.

"Aku tidak merokok. Dan aku tak suka disekitar orang yang merokok," kata Kyungsoo, menatap galak pada rokok yang disodorkan Kai.

Kai terkekeh pelan, dan memasukan lagi rokok yang sudah ada di mulutnya kedalam bungkusnya lagi, "baiklah," bisiknya. Setelah menyimpan kembali rokok ke saku mantel, dia melanjutkan cerita.

"Lalu aku bertemu Park Chanyeol saat pertama masuk kuliah, dan kami pun langsung bersahabat. Sama seperti kau dan Baekhyun. Dia sudah seperti saudara kandung bagiku. Banyak hal yang sudah dia lakukan untuk membantuku, dan juga keluargaku."

"Di Seoul kau bekerja dimana?" Tanya Kyungsoo.

Kai tampak terlihat berpikir, kemudian berkata, "nanti kau akan ku ajak ke tempat kerjaku."

"Baiklah, aku akan menunggu," kata Kyungsoo mengangguk.

Dan keduanya larut dalam diam setelah itu, dengan Kyungsoo yang kembali menikmati pemandangan malam yang indah. Disampingnya Kai mencuri-curi pandang pada Kyungsoo, sambil sesekali tersenyum menyaksikan tingkahnya yang seperti anak kecil itu.

"Ternyata kau orang yang baik," celetuk Kyungsoo tiba-tiba, "sebelumnya kupikir kau orang yang dingin, menyebalkan dan tak peduli dengan orang lain."

Seketika saja senyum Kai langsung memudar, "apa kau bilang?" tanyanya dengan nada yang kembali dingin.

"Iya, kau itu dingin, cuek, terkadang judes sekali, aku sebenarnya takut kalau harus mengobrol denganmu," kata Kyungsoo sambil meniup-niup poni rambutnya.

Kai tersenyum kecut sambil berpikir apa laki-laki pendek bermata bulat disampingnya ini memang terlampau polos atau memang mengatakan sesuatu untuk membuatnya tersinggung.

"Kau..." kata Kai dengan wajah jengkel.

"Kenapa?" tanya Kyungsoo dengan wajah datar, seolah apa yang baru saja dikatakannya adalah sebuah sesi bincang-bincang coffee morning, "kenapa wajahmu?"

Tatapan mata Kai seakan ingin mencekik Kyungsoo, lalu melemparnya ke jurang, atau setidaknya mengunci laki-laki bermata dan berpipi bulat yang tidak tahu terima kasih ini di ruangan lantai atas Namsan Tower.

"Aku mau pulang," dengus Kai, mulai berjalan meninggalkan Kyungsoo, yang ikut berbalik dan setengah berlari mengejarnya.

"Hey kau mau kemana? Kita kan baru sebentar disini," kata Kyungsoo.

"Kalau kau mau disini silahkan, aku mau pulang," kata Kai berjalan tanpa melihat ke arah Kyungsoo yang mencoba menyeimbangkan langkahnya.

"Kau kenapa sih? Baru saja ku puji orang baik. Kau ini aneh," kata Kyungsoo kesal.

"Apa kau bilang?" Kai berhenti lalu berpaling pada Kyungsoo, "Aku aneh?"

"Iya kau aneh," kata Kyungsoo ngotot.

"Yang aneh itu kau. Aku sudah bersusah payah ingin menghiburmu, membuatmu tak sedih lagi dengan mengajakmu kemari, tapi kau malah bilang aku ini dingin, cuek, dan aneh," Kai menekan kalimat terakhir dengan pedas.

"Ya! Kau tak ikhlas mengajakku kemari? Kau ternyata memang orang aneh yang jahat," cela Kyungsoo dengan tatapan satan-soo.

Bibir Kai semakin berkedut menahan kesal, rasanya ingin sekali dia menelan bulat-bulat laki-laki bermata owl menyebalkan di depannya ini.

"Aku mau pulang. Kau tak usah mengantarku," gerutu Kyungsoo, berbalik dan kini giliran dia yang berjalan duluan meninggalkan Kai.

"Kau yakin bisa pulang sendiri?" tanya Kai dengan nada mengejek.

"Aku sudah besar. Aku bisa pulang sendiri, terima kasih," kata Kyungsoo jengkel.

"Malam hari begini orang mabuk banyak berkeliaran di tempat sepi, taksi juga sudah jarang."

Kyungsoo berhenti melangkah. Sambil menelan ludah, tiba-tiba saja dia merasa takut saat teringat kembali kejadian beberapa waktu lalu itu. Dengan langkah santai Kai menghampiri dan berhenti di sampingnya.

"Kenapa?" bisik Kai dengan senyum sinis penuh kemenangan, dan lirikan mata yang membuat Kyungsoo semakin jengkel, lalu sambil bersiul pelan mulai melangkah santai lagi, diikuti Kyungsoo berjalan di belakangnya yang menggeram menahan kesal sambil menghentakan kaki dengan sengit. Kini dia yang ingin sekali mendorong Kai ke jurang.

Akhirnya walau sedikit tak rela, Kyungsoo membiarkan Kai mengantarnya lagi pulang ke apartemen menggunakan motor sportnya. Tidak butuh waktu lama karena jalanan yang sudah tak begitu macet, akhirnya mereka berdua sampai. Di dalam lift menuju lantai tujuh, Kyungsoo masih memasang tampang menahan kesal sambil tak mau menatap wajah Kai, sementara Kai masih dengan senyum menyebalkannya. Dia geli sendiri melihat wajah masam Kyungsoo.

Bel lift berbunyi, mereka berdua melangkah beriringan setelah pintu lift terbuka sempurna. Pintu apartemen Kyungsoo tepat diujung lorong, dan saat baru berjalan tiga langkah, Kyungsoo melihat ada seseorang berdiri di depan pintu apartemennya dengan kepala tertunduk. Ketika sudah semakin dekat, dia sadar siapa orang itu dan sedikit terkejut mengetahuinya.

"Se... Sehun sunbae?" bisik Kyungsoo dengan mata membulat tak percaya. Langsung saja detak jantungnya kembali memalu kencang tak terkontrol, "kau sedang apa disini?"

Sehun menoleh memandang Kyungsoo, melirik pada Kai sekilas, lalu berpaling lagi.

"Aku menunggumu," kata Sehun pelan, "Kau habis darimana?" tanyanya.

"Aku...aku habis diajak Kai berkeliling," kata Kyungsoo, yang pertama kalinya sejak bertemu Sehun, ia merasa gugup.

Sudah tak perlu ditutup lagi, meski hanya Kai yang tahu, tapi Kyungsoo mengakui memang memiliki suatu perasaan pada cowok jangkung di hadapannya ini. Perasaan yang menurutnya sendiri aneh dan konyol. Disamping Kyungsoo, Kai menatap Sehun dengan dingin, walau Sehun sendiri tak menghiraukan tatapan Kai.

"Malam-malam seperti ini?" tanya Sehun lagi.

Kyungsoo mengangguk pelan, lalu dia pun mencoba bertanya, "ada apa sunbae? Apa kau ada perlu denganku?"

"Tadi di kampus saat akan pulang, aku bertemu dengan Chanyeol yang sedang mencari-carimu. Katanya kau mau diantarnya pulang, tapi tiba-tiba tanpa kabar menghilang begitu saja. Teleponmu juga tidak tersambung," jelas Sehun.

"Iya. Aku belum mengaktifkan lagi mode dering ponsel sejak dari kelas," kata Kyungsoo yang lebih memilih menunduk, tak ingin menatap manik mata Sehun.

Namun nampaknya Sehun menyadari ada sedikit yang aneh dengan laki-laki mungil itu. Tidak biasanya dia tak berani memandang langsung ke matanya.

"Aku ingin bicara saja berdua. Lima menit," katanya.

Kyungsoo sedikit mengangkat kepalanya walau masih belum berani menatap Sehun. Kemudian dia menoleh pada Kai.

"Terima kasih sudah mengajakku jalan-jalan malam ini. Sampai jumpa lagi," kata Kyungsoo dengan senyuman terpaksa. Sebenarnya dia juga merasa tak enak harus meminta Kai pergi begitu saja, terlebih lagi malam ini dia sudah berhasil membuatnya terhibur.

Mendengar Kyungsoo berkata padanya, Kai sama sekali tak bergeming. Dia masih memandang Sehun dengan dingin, yang dibalas juga dengan tatapan dingin. Kemudian Kai menoleh pada Kyungsoo.

"Pulanglah," kata Kyungsoo mengulangi, yang memberi tatapan 'aku baik-baik saja', karena bisa melihat ekspresi cemas Kai.

Tak lama setelah itu, meski masih dengan ekspresi kurang yakin, Kai mengangguk singkat, "kabari aku," bisiknya di telinga Kyungsoo, lalu tanpa permisi pada Sehun, dia berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Kyungsoo dan Sehun di depan pintu apartemen.

Kyungsoo mendekat pada pintu, menempelkan kartu masuk dari saku jaketnya, membuat bunyi klik pelan kemudian membuka pintu lalu masuk terlebih dulu ke dalam. Sehun menyusul di belakang dan menutup pintu.

Saat menuju ruang tengah, Kyungsoo mendengar Sehun berkata pelan.

"Kumohon."

Kyungsoo berhenti melangkah, dan perlahan berbalik menghadap Sehun, "apa sunbae?" tanyanya karena tidak mendengar jelas.

"Kumohon," Sehun mengulang kembali dalam bisikkan. Dia menunduk, dengan tangan mengepal dan dada naik turun.

Kyungsoo tak mengerti, "mohon untuk apa?" bisiknya. Kali ini dia yang merasa sedikit aneh dengan sikap misterius Sehun.

Pelan-pelan Sehun melangkah hingga jaraknya dengan Kyungsoo hanya beberapa senti. Kyungsoo bisa mendengar nafas sedikit terengah Sehun.

Tanpa diduga, tiba-tiba lelaki jangkung itu merengkuh Kyungsoo ke dalam pelukannya, membuatnya terperangah kaget dan jantungnya memalu semakin kencang.

"Kumohon jangan membuat khawatir lagi," bisik Sehun mempererat pelukannya, "kau tak tahu betapa paniknya aku mencarimu tadi. Sudah cukup kepanikan yang kau buat di perkemahan tempo hari."

Tanpa diduga, Kyungsoo melepas paksa pelukan Sehun dengan mendorongnya pelan, yang membuat Sehun sangat terkejut dengan yang dilakukan Kyungsoo. Matanya menunjukan keheranan dengan perlakuan itu.

"Kau aneh," bisik Kyungsoo dengan suara bergetar.

"Aneh?" tanya Sehun dengan tatapan tak mengerti.

"Iya. Kau aneh. Aku tak berhak membuatmu panik. Seharusnya kau tak usah bersikap seperti itu," kata Kyungsoo pelan namun dalam. Entah kenapa setelah dia berkata seperti itu dia malah membenci dirinya sendiri, "aku bukan siapa-siapa." tambahnya dengan suara tercekat.

Mulut Sehun membuka seolah hendak berkata sesuatu, tapi tak ada sepatah katapun yang keluar. Dia hanya menatap pada laki-laki mungil di depannya, yang memilih menundukan kepala. Kyungsoo tak berani membalas tatapan mata tajam Sehun, karena dia harus bersusah payah menahan sakitnya detak jantung yang terus memalu di dalam rongga dadanya.

Tak lama, Sehun menghela nafas pendek, kemudian tanpa berkata apapun berbalik dan membuka pintu, lalu menutupnya kembali setelah keluar.

Air mata kembali meleleh ke pipi Kyungsoo dan membasahinya. Dalam isakan kecil Kyungsoo masih tertunduk sambil memegangi dadanya dengan tangan bergetar. Entah mengapa dia merasa ada sesuatu di dalam sana yang teriris menyakitkan. Kenapa terasa sangat perih sekali, batinnya sambil terisak.

Dia tak tahu, dibalik pintu depan Sehun sedang bersandar sambil menunduk, dan hanya ada satu bulir air mata mengalir.

*

Campus Solidarity tinggal tiga hari lagi. Seluruh mahasiswa panitia semakin sibuk mempersiapkan berbagai kebutuhan untuk kesuksesan acara yang digelar tahunan ini. Akan banyak sekali kegiatan seperti pertandingan olahraga, bazarr, pertunjukan musik, dan lainnya. Setiap sudut kampus sudah terhias banyak atribut untuk menambah kemeriahan acara, seperti banner, bendera, dan spanduk bertuliskan kampus-kampus yang ikut serta dalam acara tahunan SM Seoul University itu.

Semua anggota Yeonhab pun turut sibuk dengan persiapan acara, termasuk Kyungsoo. Dia hampir selalu pulang malam setiap harinya membuatnya harus sering minum vitamin untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya. Ditambah semua dosen yang terlihat kompak tidak peduli dengan kesibukan persiapan acara yang akan berlangsung, dan tugas kuliah pun menggunung. Untung saja Kyungsoo terbantu dengan adanya Baekhyun yang tidak keberatan mengerjakan sebagian tugas kuliah.

Baekhyun juga yang bersedia menemani Kyungsoo ketika harus pulang larut malam sekali setelah mengikuti rapat Yeonhab, meski menunggu hingga ia tertidur pulas di mobil.

Semua kesibukan itu sukses membuat Kyungsoo sedikit melupakan yang terjadi beberapa malam lalu. Itu adalah pertemuan terakhirnya baik dengan Sehun maupun Kai. Kai sempat mengirim pesan Line esoknya namun tidak dibalas Kyungsoo.

Dia belum bertemu lagi dengan keduanya hingga hari ini, bahkan ia tak melihat Sehun di setiap rapat Yeonhab, begitupun dengan Sulli. Namun Kyungsoo berusaha tak memedulikan ketidakhadiran mereka berdua, dan membuang jauh-jauh setiap bayangan dalam benaknya tentang keberadaan mereka. Bagi Kyungsoo, persiapan acara Campus Solidarity dan tugas-tugas kuliah yang menumpuk membutuhkan perhatiannya lebih.

"Hari ini kau ada rapat Yeonhab lagi?" tanya Baekhyun, yang sedang memasukkan buku-buku ke dalam tas ranselnya.

Kelas Algoritma baru saja selesai. Semua mahasiswa terlihat membereskan buku masing-masing di mejanya saat dosen berjalan keluar kelas.

"Ya begitulah," kata Kyungsoo singkat. Raut lelah tampak jelas di wajahnya. Bagaimana tidak, semalam dia baru bisa tidur jam tiga pagi setelah mengerjakan tugas karena pulang dari kampus jam sebelas malam dimana ia harus membantu mempersiapkan berbagai kebutuhan administrasi bersama Hyeorin dan yang lain hingga selarut itu.

"Hari ini aku ada latihan dan kelihatannya juga akan sampai malam," kata Baekhyun menyampirkan ransel ke pundaknya. Ia dan grup dance nya akan menjadi pengisi acara Campus Solidarity membuatnya juga ikut sibuk latihan setiap malam.

"Baiklah, aku juga ada latihan vokal. Kau akan menginap lagi di apartemen?" tanya Kyungsoo, bangkit dari kursinya dan menyampirkan ransel juga.

"Entahlah lihat saja nanti. Apakah tugas kita masih banyak? Aku sudah lelah sekali," Baekhyun meregangkan otot lehernya. Semburat lelah juga terpancar di wajahnya.

"Karena kita selalu mengerjakan setiap malam sebenarnya tinggal beberapa mata kuliah. Tugas teori sudah beres, tinggal beberapa tugas praktek."

"Dan kenapa Mr Alan harus menambah tumpukan tugas Algoritma," dengus Baekhyun kesal ketika mereka berdua berjalan di lorong panjang menuju kantin.

"Seandainya aku tahu jawabannya," kata Kyungsoo mengangkat alisnya sambil tersenyum kecut.

Mereka berdua berajalan memasuki kantin, sebuah ruangan luas dengan banyak jendela besar sekelilingnya. Suasana kantin saat itu agak sedikit ramai karena memang saat itu adalah waktu istirahat makan siang. Hal pertama yang dirasakan ketika memasuki kantin yang merupakan salah satu tempat paling populer di SM Seoul University ini, adalah nuansa 'kubu-kubu' terlihat kental sekali di setiap sudut tempat di kantin ini.

Di sisi paling kanan adalah tempat berkumpulnya orang-orang kutu buku dengan tumpukan buku di sisi makanan mereka. Kubu ini adalah kubu yang paling cepat bubar di kantin karena setelah beres makan siang mereka akan langsung pergi ke perpustakaan dengan menggamit buku-buku tebal di pangkuan. Rata-rata ransel mereka hampir jebol karena selalu dijejali buku.

Sisi lain kantin adalah kubu mahasiswa grup olahraga, mulai dari tim basket, baseball, sepakbola, dan lainnya, dan bisa merupakan area kantin yang paling ribut. Di tempat lain ada kubu cewek genit dan 'pesolek', yang saling membandingkan riasan wajah dan rambut masing-masing, dan bisa dikatakan hampir setiap minggu warna rambut mereka berubah-ubah.

Kubu mahasiswa populer berada di tengah kantin, yang sebagian besar adalah anggota Yeonhab. Mahasiswa non Yeonhab pun bisa menjadi bagian tempat ini, asal memiliki tingkat kepopuleran lebih, seperti luar biasa tampan dan cantik, bintang olahraga, tubuh bak model dan artis ternama, berasal dari keluarga kaya dan berpengaruh di kota, dan banyak lainnya.

Sebagian pembawaan kalem dan bersahaja seperti Suho, sebagian lagi dengan ekspresi angkuh dan cuek. Bisa dikatakan yang kebanyakan nongkrong di wilayah ini adalah senior Yeonhab beserta pengikut mereka. Bahkan anggota junior seperti Kyungsoo merasa tidak cocok bila harus ikut duduk di wilayah itu.

Tidak semua anggota senior Yeonhab ramah seperti Suho, Sehun atau Hyeorin. Kyungsoo sudah beberapa kali diajak bergabung oleh Suho, namun memilih menolak dengan sopan.

Kebetulan kubu grup vokal dan grup dance biasanya berada di wilayah yang sama, sehingga Kyungsoo dan Baekhyun bisa ikut bergabung makan siang disana. Kyungsoo lebih nyaman duduk disana daripada ikut bergabung bersama mahasiswa populer kampus karena dia yakin dia hanya bisa larut dalam diam, sementara semua orang di meja orang-orang populer itu saling membandingkan kehebatan dan kekayaan masing-masing.

Kyungsoo dan Baekhyun memasuki kantin dan berjalan ke sisi kantin tempat teman-teman grup vokal dan dance berkumpul. Saat melewati tempat orang populer, Kyungsoo mencuri pandang, dan sama seperti kemarin dan kemarin lusa, tak ada sosok Sehun disana.

Hari pertama dan kedua dia tak terlalu memusingkan hal itu. Tapi ini hari ketiga Kyungsoo tak melihat Sehun di meja orang populer, begitupun dengan Sulli pacarnya, membuat Kyungsoo mulai bertanya-tanya keberadaan Sehun. Sejak pertemuan terakhir tiga hari lalu tak ada pesan atau telepon dari Sehun. Awalnya Kyungsoo tidak mau memikirkan itu. Tapi ia mulai penasaran kemana perginya Sehun.

Setelah mengambil makan siang, Kyungsoo dan Baekhyun duduk di kursi bergabung dengan yang lain. Kyungsoo duduk disamping Chanyeol yang memberi isyarat untuk duduk di sebelahnya, sementara Baekhyun duduk di hadapan mereka.

"Kau sibuk hari ini?" tanya Chanyeol.

"Begitulah hyung, melelahkan," jawab Kyungsoo, mulai melahap makanannya, "hari ini latihan?"

"Iya. Kita tinggal menyempurnakan beberapa aransemen musik. Oh ya, jangan lupa besok malam."

"Tentu saja," kata Kyungsoo tersenyum. Besok malam dia akan manggung lagi dengan Chanyeol di sebuah acara ulang tahun temannya Chanyeol,

"Kai juga akan ikut bersama kita."

"Ngomong-ngomong, dimana dia? Aku sudah lama tak melihatnya," kata Kyungsoo yang sadar dia belum membalas pesan Line dari Kai dua hari lalu. Setelah itu tak ada pesan lagi darinya, dan Kai pun belum terlihat, sama seperti ketidak hadiran Sehun.

"Dua hari lalu dia harus pulang ke Bussan karena adik perempuannya sakit dan harus dirawat di rumah sakit."

"Adik perempuan Kai sakit apa?" Tanya Kyungsoo dengan mata membulat.

"Aku belum mendapatkan kabar pasti dari Kai. Dia hanya mengatakan adiknya sakit dan dia harus segera pulang ke Bussan. Aku menawarkan diri untuk mengantar tapi dia lebih memilih pulang sendiri," jelas Chanyeol, yang mengusapkan bibirnya dengan tisu.

"Jadi dia sudah dua hari ini tak masuk kuliah?"

"Ne. Tapi jika besok dia belum kembali ke Seoul, berarti besok dia tak ikut bersama kita."

Ketiadaan Kai sudah terjawab. Kini Kyungsoo hanya penasaran keberadaan Sehun. Ketika Chanyeol bangkit dari kursi dan mengajak ngobrol dengan temannya yang baru datang, Baekhyun berkata sambil melahap makanannya.

"Kau terlihat tertarik sekali dengan Kai."

"Tertarik bagaimana?" tanya Kyungsoo tak mengerti.

"Bukankah kau dulu pernah mengatakan kalau Kai itu orang menyebalkan. Tapi tadi kau bertanya tentangnya."

"Memang ada yang aneh jika aku bertanya tentang dia? Wajar rasanya karena setiap hari dia kan selalu bersama-nya," kata Kyungsoo, yang saat menyebut '-nya' mengerling sekilas pada Chanyeol.

"Barangkali bukan tertarik. Tapi perhatian," kata Baekhyun.

Kyungsoo terdiam. Dia merasa wajar-wajar saja bertanya tentang Kai, walau dia tidak menyangkal pernah menggerutu tentang laki-laki berkulit tan itu pada Baekhyun. Tapi sekarang dia tahu Kai sebenarnya orang yang baik.

"Ternyata dia orang baik," Ungkap Kyungsoo setelah menyeruput jus nya.

"Kita tidak sepakat dia orang jahat, betul? Dan darimana kau menyimpulkan dia orang baik? Dia terlihat hanya baik pada Chanyeol dan segelintir orang saja disini kurasa."

"Tidak. Aku tahu dia orang yang baik," kata Kyungsoo dengan nada menutup pembicaraan. Dia tidak bercerita, atau mungkin belum, tentang apa yang terjadi tiga malam lalu pada Baekhyun. Lebih tepatnya Kyungsoo tak berani bercerita bahkan pada Baekhyun sekalipun, karena ia pasti akan menganggapnya gila.

Terdengar sedikit keriuhan di meja gerombolan anak perempuan genit saat melihat ada yang masuk ke dalam kantin. Dengan langkah santai dan gaya kalem seperti biasa, Sehun berjalan menghampiri meja mahasiswa populer. Melihat itu, Kyungsoo sedikit terkejut dengan kemunculan Sehun setelah hampir tiga hari tak muncul, meski ada sedikit rasa penasaran juga kemana dia menghilang.

Kyungsoo memerhatikan Sehun yang mengambil posisi di kursi di sebelah Suho. Kelihatannya Sehun tidak menyadari jika sedang diperhatikan oleh Kyungsoo, ataupun tatapan genit para perempuan disekitar mejanya.

"Eh, kau mau kemana?" tanya Baekhyun mendongak, saat Kyungsoo tiba-tiba berdiri dari kursinya.

"Aku mau ke toilet dulu," kata Kyungsoo yang entah kenapa mendadak kehilangan nafsu makan. Tanpa menunggu respon Baekhyun, ia lalu berjalan cepat keluar dari kantin. Sebenarnya dia tak bersungguh-sungguh ingin ke toilet. Bahkan ketika sudah berada diluar kantin Kyungsoo sendiri bingung mau kemana.

Dia membiarkan kakinya melangkah sendiri membawanya pergi menjauh dari kantin. Perutnya masih lapar sesungguhnya karena baru memakan beberapa suap saja, tapi entah apa yang membuatnya ingin pergi dari tempat itu.

Kyungsoo baru sadar kemana kakinya membawa ketika menjejakkan kaki di anak tangga teratas lantai dua gedung Picasso.

Gedung ini adalah gedung yang berada paling belakang area kampus, yang artinya dia sudah berjalan cukup jauh dari kantin. Kyungsoo tak pernah masuk ke gedung ini, karena yang berkuliah ataupun ada kegiatan grup mahasiswa yang menggunakan gedung ini adalah kelas atau grup yang berhubungan dengan seni.

Diujung lorong Kyungsoo melihat papan petunjuk toilet dan segera berjalan ke arahnya. Tak banyak mahasiswa disana, hanya ada beberapa orang yang sibuk dengan kegiatan masing-masing di dalam kelas yang kosong, ataupun duduk di lantai dengan headphone menutupi telinga.

Ketika sampai di depan toilet dan baru akan masuk, Kyungsoo mendengar sayup-sayup suara aneh dari dalam lalu ia menghentikan langkahnya. Sambil menajamkan pendengaran, Kyungsoo berjalan perlahan masuk ke dalam.

Ada tiga bilik toilet didalam dan letaknya berada di sudut kiri berjajar. Dua pintu bilik terbuka, sementara bilik terakhir yang persis paling ujung pintunya tertutup menandakan ada orang di dalam.

Karena tak ada yang aneh, Kyungsoo berjalan ke wastafel dan saat akan membuka kran air, kembali ia mendengar ada suara dari balik pintu bilik yang tertutup. Suara ganjil aneh menurutnya dan sayup-sayup terdengar suara orang menghela nafas putus-putus, dan tiba-tiba saja Kyungsoo terkejut ketika suara itu berubah menjadi seperti suara desahan.

Kyungsoo menatap ke arah bilik yang tertutup dengan pandangan terkejut bercampur dengan penasaran dan sedikit aneh. Tahu ada yang ganjil dan tak beres, Kyungsoo memutuskan untuk pergi dari tempat itu, dan ketika baru melangkah dua kali, tanpa diduga pintu bilik terbuka.

Seorang laki-laki kurus dengan rambut cepak keluar dari dalam bilik. Wajahnya langsung merah padam dan memancarkan ekspresi kaget setengah mati ketika melihat Kyungsoo tepat di depannya. Dengan cepat-cepat laki-laki itu membetulkan ikat pinggang celananya dan memasukkan kemeja, lalu dengan terburu-buru pergi meninggalkan toilet.

Tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi di depan matanya, Kyungsoo hanya bisa melongo kaget, ditambah saat orang kedua muncul keluar dari dalam bilik, membuat ia semakin terperangah luar biasa.

Orang kedua itu, yang juga seorang laki-laki dengan tubuh jangkung menjulang, tampak terkejut melihat keberadaan Kyungsoo disana saat ia membetulkan relsleting celana jeansnya. Namun ekspresinya berubah tenang seolah apa yang terjadi tadi adalah hal yang wajar.

"Oh kau," katanya santai. Kyungsoo kenal dengan orang itu karena pernah bertemu sekitar seminggu lalu. Dia adalah Byun Yifan alias Kris, kakak laki-laki sahabatnya.

Meski Kris nampak tenang seolah tak ada yang aneh, tapi Kyungsoo tak bisa menyembunyikan ekspresi aneh dan sedikit jijiknya.

"Apa yang baru saja kau lakukan, hyung?" tanya Kyungsoo.

"Menurutmu?" Kris balik bertanya dengan memasang ekspresi nakal. Dia berjalan mendekat pada Kyungsoo, yang mundur selangkah.

"Kau takut?" tanya Kris lagi. Dia sedikit terkekeh melihat ekspresi Kyungsoo, "tak usah aneh dengan apa yang baru saja kau lihat tadi. Bahkan Baekhyun pun tahu."

"Tahu bagaimana maksudmu?"

"Iya, Baekhyun pun sudah tahu, kalau aku seperti ini," kata Kris mengayunkan tangannya membuat gerakan menunjuk dari atas sampai bawah tubuhnya.

Kyungsoo mengernyitkan keningnya dan memasang tampang seperti habis memakan buah jeruk yang sangat asam. Dia tak memungkiri kalau adegan yang baru saja dia lihat tadi adalah sebuah hal yang menjijikan. Tiba-tiba saja dia menyadari mengapa Baekhyun selalu tampak tidak suka jika bertemu kakaknya atau mengobrolkan sesuatu tentangnya.

"Baekhyun tahu kau..." Kyungsoo mau berkata namun dipotong Kris.

"Ya, dia tahu kalau aku seperti ini. Dan dia biasa saja."

Mulut Kyungsoo menganga sementara Kris hanya tertawa kecil melihat ekspresi Kyungsoo yang matanya kembali membulat sempurna. Dia lalu melangkah mendekat lagi pada Kyungsoo dengan seringai sulit diartikan.

"Kau tahu, kupikir kau cukup menggemaskan," dia menjepit dagu Kyungsoo dengan ibu jari dan jari telunjuknya, "mungkin kita bisa lebih dekat lagi." katanya dengan suara menggoda.

Kyungsoo mengibaskan tangan Kris dengan pelan membuat tangan itu menjauh. Dia ingin segera menjauh dari Kris, lalu tanpa berkata apa-apa lagi, Kyungsoo segera pergi keluar dari toilet, meninggalkan Kris yang memandangnya menghilang di belokan dengan mata penuh ketertarikan.

Ketika berjalan cepat-cepat menyusuri lorong lantai dua gedung Picasso, Kyungsoo masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat dan yang Kris bicarakan tadi. Dia samasekali tak menyangka Kris, yang merupakan kakak kandung dari sahabatnya Baekhyun, ternyata memiliki perilaku menyimpang, dan anehnya Baekhyun pun tahu.

Tapi Kyungsoo tak mau begitu saja memercayai ucapan Kris yang mengatakan kalau Baekhyun tahu jika dirinya menyimpang. Baekhyun tak mungkin menerima kenyataan itu, meski sebenarnya Kyungsoo sendiri tak tahu bagaimana pendapat Baekhyun sesungguhnya mengenai perilaku Kris. Bagaimana bisa Kris melakukan hal menjijikan seperti itu di kampus, pikir Kyungsoo. Tetapi dia pun menyadari sesuatu ketika baru berjalan selangkah menuruni tangga.

Jika benar dia ada perasaan pada Sehun, lantas apa bedanya dia dengan Kris? Bukankah artinya dia pun sama menyimpang juga? Langsung saja jantung Kyungsoo kembali berdegup kencang tak karuan. Dia lalu menggeleng kepala dengan keras seolah mengusir apapun pikiran aneh di dalam kepalanya, dan setengah berlari menuruni tangga. Tanpa diduga, ia merasa menabrak seseorang ketika sampai di dasar tangga saat akan berbelok.

"Kau memang hobi sekali menabrak ku, ya?"

Kyungsoo mengerjap. Sehun kini tepat di depannya.

"Mianhae," kata Kyungsoo, yang bisa merasakan wajahnya memerah tiba-tiba. Bisa dibilang ia masih sedikit shock dengan kejadian beberapa saat lalu, dan pertemuan tiba-tiba dengan Sehun memperparah degupan jantungnya semakin tidak normal.

Sehun mengamati wajah Kyungsoo, "kau kenapa? Seperti habis melihat hantu," katanya.

"Aniyo...aku tak apa-apa," kata Kyungsoo, yang tak berani menatap mata Sehun.

Dengan gerakan ringan, tiba-tiba tangan Sehun meraih wajah Kyungsoo dan menghadapkannya langsung ke wajahnya. Kyungsoo yang sedikit terkejut, lalu menatap langsung mata Sehun yang hitam gelap.

"Kenapa kau tak berani menatapku saat bicara? Tidak seperti biasanya," tanya Sehun. Nada bicaranya sedikit dingin dan dalam.

Kyungsoo hanya terpaku dengan mulut menganga. Dia tak bisa berkata apapun. Mata Sehun seolah membuatnya membeku. Dadanya naik turun mengimbangi jantungnya yang berdegup diluar kewajaran, nafasnya terengah seakan sudah berlari jauh sekali.

"Do Kyungsoo, aku..."

Jantung Kyungsoo semakin berdetak cepat. Nafasnya semakin memburu. Namun ia hanya mematung tak bisa bergerak dengan tangan Sehun yang menahan kepalanya untuk terus menatap langsung padanya.

"Aku..."

"Oh Sehun."

Baik Kyungsoo, yang merasa bisa bergerak lagi, ataupun Sehun, menoleh ke tempat suara tadi memanggil. Dengan langkah santai, Kai berjalan menghampiri dengan tatapan dingin khasnya, mendekat pada Sehun membuat jaraknya hanya sekitar satu meter. Dengan ekspresi dingin, Sehun membalas tatapan mata Kai.

"Kumohon, jauhi anak ini," bisik Kai.

Sehun menurunkan tangannya dari wajah Kyungsoo. Melihat ekspresinya, sesaat Kyungsoo mengira Sehun akan meninju Kai tiba-tiba, tapi dia salah. Sehun hanya bertanya pelan.

"Wae? Kenapa aku harus menjauhinya?" tanya Sehun.

Kai menghela nafas pelan, "Karena aku menyukainya."

[TBC]

*

ตอนถัดไป