webnovel

Apa Yang Menimpamu Saat Aku Tidak Ada?

"Kau menjualnya? Kau menjual mereka? Apa yang – apa – " Tedy tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Lelaki itu lebih memilih untuk memijit pelipisnya yang lembut. Bahkan kulit wajah Tedy tidak banyak ditumbuhi oleh rambut, kecuali berewok pada janggut dan area sekitar mulutnya. Itu pun Tedy dapatkan setelah dia mengolesi minyak penumpuh rambut di wajahnya.

"Yah, aku menjual mereka …. semua." Nada suara Luci semakin parah dan putus asa.

Terkadang suara Luci saat ini terdengar seperti sebuah lagu malam dari sosok makhluk bawah laut yang sudah terperangkap ribuan bahkan jutaan tahun lamanya. Makhluk itu tengah dirantai dan dilukai, dan saat ini makhluk itu tengah meminta pertolongan.

Tedy merasakan itu. Tedy bisa melihat betapa menyesal dan putus asanya Luci saat ini. Tapi kekecewaan tak bisa terhindarkan. Karena Luci sudah tau dari awal bahwa Tedy tidak menyukai barang-barang miliknya dijual.

"Kau tau kan orang seperti apa aku ini?" Tedy berkata seolah dia terluka dan terkhianati. Nada bicaranya tak kalah menyayat hati dari nada bicaranya Luci.

"Aku tau. Tapi aku memiliki alasan, jika kau ingin mendengarnya." Luci menunduk takut-takut. Raut wajahnya begitu pucat, walau itu tak bisa menghalau kecantikan alaminya yang selalu menguar bagai aroma bunga melati yang semerbak.

Spide terpaku di tempatnya, begitu membeku dan tak berdaya. Kekalutan juga Spider rasakan saat ini, ketika melihat betapa menyedihkan Luci sekarang ini.

Spider bahkan mulai membendung air mata di dalam pelupuk matanya yang dalam itu. Tapi Spider tidak akan bersikap cengeng, karena Luci membutuhkan seorang lelaki yang kuat.

"Apa alasanmu kalau begitu? Jika alasanmu tidak cukup untuk membuatku puas, kau tau konsekuensinya kan?" Tedy masih memandang Luci dengan tatapan mata yang nanar. Ini baru kali pertama Tedy dikhianti oleh orang kepercayaannya selama ini, dan kenapa orang yang mengkhianatinya itu harus Luci.

Sementara itu Spider menangakap sedikit kesalah pahaman di sini. Spider pikir Tedy akan meniduri Luci jika nanti Luci membuat sebuah alasan yang tidak masuk akal. Spider menggelengkan kepalanya dengan bengis.

'Tidak! Tidak akan kubiarkan kau menyentuh milkku,'geram Spider. Diam-diam lelaki kekar itu pun menyelipkan jemarinya ke dalam saku celananya yang licin dan rapi itu. Di dalam saku celana itu menyelip sebuah pisau yang sangat berbahaya.

Pisau itu bernama jagkommando. Pisau itu terkenal begitu berbahaya di seluruh dunia. Pisau tersebut memiliki tiga sisi pisau tajam di mana pisau ini bisa membentuk sebuah putaran hingga bagian ujung pisau.

Karena reputasinya yang begitu berbahaya pisau jagkommando diproduksi dengan jumlah yang terbatas. Tapi tentu saja Spider bisa mendapatkan pisau itu dengan cukup mudah, dengan mengandalakan relasi dunia gelap yang dia miliki.

Perlu diketahui jika pisau jagkommando berhasil menusuk seseorang, maka para dokter akan membutuhkan waktu dan usaha cukup lama untuk menutup lukanya. Karena pisau itu bisa mengoyak dengan parah dan membabi buta.

Spider siap menancapkan pisau itu pada tubuh Tedy jika lelaki itu berani macam-macam pada Luci, miliknya. Seorang lelaki yang sedang jatuh cinta pada cinta pertamanya bisa melakukan hal-hal gila.

"Aku tau konsekuensinya. Tapi aku akan berusaha dengan keras untuk membuatmu mengerti, karena aku tidak ingin berpisah denganmu." Luci menjawab dengan nada bergetar.

Suaranya dipenuhi oleh luka kembali, walau sekarang ini suaranya mulai diselipi oleh rasa takut. Rasa takut terjadi ketika Luci berpikiran bahwa dia nantinya akan mengecewakan Tedy.

Melihat betapa besar usaha Luci yang ingin membuat Tedy tidak marah kepada gadis itu, sampai-sampai Luci harus mengatakan bahwa gadis itu tidak mau berpisah dengan Tedy telah membuat hati Spider begitu sakit.

Bahkan rasa sakit di hati Spider tidak bisa disamakan dengan satu luka pun yang sudah dia dapat di dalam pertarungan yang dialaminya selama ini. Yang mana pertarungan itu terjadi saat Spider melawan para mafia lain dalam perebutan kekuasaan.

Karena luka-luka yang didapat ketika pertarungan itu akan mudah disembuhkan dengan obat, tapi jika luka yang didapat karena patah hati, luka itu tidak akan bisa disembuhkan dengan mudah.

Spider hampir terhuyung dan ambruk. Di dalam saku celananya, tangannya gemetar saat memegang pisau jakgommando.

"Kalau begitu, katakan dan jelaskan, apa yang membuatmu menjual mereka?" tanya Tedy.

"Alan yang meminta, karena dia memberiku uang tips yang terlalu banyak." Luci menarik napas setiap kali gadis itu tengah menjelaskan kronologi kejadian. Gadis itu tidak ingin kehilangan satu kata atau satu proses pun untuk dijelaskan kepada Tedy secara runtut.

"Aku bilang aku tidak mau, tapi dia bersikukuh. Dia tidak membiarkanku pergi. Di matanya – di matanya – Tuah Philip." Luci tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Tubuh dan pundak gadis itu berguncang ketakutan walau dia belum menangis.

Tedy yang mengetahui apa yang terjadi – walau belum sepenuhnya – akhirnya mendekat kepada Luci. Tedy pun mendekap kedua punggung Luci dan menenangkan gadis itu.

Spider yang melihat kedua tangan lembut milik Tedy menyentuh pundak Luci, tak kuasa untuk menahan ledakan amarahnya. Apalagi ketika tubuh Tedy sudah merapat dan mendekat kepada tubuh milik Luci, tubuh milik gadis yang harusnya hanya boleh Spider miliki dan hanya boleh Spider sentuh.

Mata Spider sudah berubah menajdi begitu gelap. Lelaki itu hampir kalap dan benar-benar mengambil pisau miliknya yang berada di dalam saku celananya sendiri.

Mendung bahkan tak bisa mengalahkan kengerian mata Spider saat ini. Lelaki itu tengah dilahap oleh api cemburu yang membakar seluruh kesadarannya.

"Aku tidak bisa … aku takut, Ted. Di sana tidak ada orang." Luci pun sekarang menangis tanpa bisa ditahan lagi. Bahkan kesedihan tangisan itu bisa mengalahkan tangisan seorang putri duyung yang telah dikhianati oleh pangeran yang dicintainya.

Spider merasa lemah kembali. Emosi lelaki itu begitu labil ketika melihat Luci. Kemarahan milik Spider sudah surut dan kini digantikan oleh kesedihan yang serupa dengan Luci.

"Aku tau aku harusnya tidak menjual mereka. Aku – tapi aku – " Luci pun tak kuasa untuk menahan tangisannya kembali. Gadis itu bahkan semakin menggila ketika menangis, histeris dan memilukan.

'Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang telah Bee lalui selama tidak ada aku?' tanya Spider di dalam hati dengan kaki yang sudah lemah karena tidak bisa melihat Luci begitu bersedih.

Sementara itu Luci sudah berhambur untuk memeluk Tedy yang berada di sampingnya. Tedy pun membalas pelukan Luci dengan sebuah kasih sayang seorang kakak untuk adiknya sendiri.

Tedy membiarkan Luci menangis hingga puas, karena Tedy tau saat ini di dalam hati Luci, gadis itu tengah diserang oleh kemelut perasaan yang rumit dan campur aduk.

Perasaan campur aduk itu adalah ketakutan jika Luci nanti membuat Tedy marah, jika Luci membuat Tedy menjauhinya. Padahal selama ini Luci sudah tidak memiliki siapa-ssiapa lagi.

Sementara perasaan rumit lainnya adalah sebuah perasaan trauma karena mengingat Tuan Philip yang hampir saja memperkosa Luci di masa lalu.

Tedy memang tidak mengerti bagaimana takutnya mengalami perasaan rumit yang kedua. Tapi Tedy cukup tau bahwa saat ini dia hanya perlu memberi sedikit kelonggaran pada adik kecilnya yang berada di dalam pelukannya itu. Ini bukan hal yang berada di bawah kendali Luci sepenuhnya.

"Tenanglah, Lu. Aku tidak akan marah kali ini. Tenanglah!" hibur Tedy sembari menepuk pundak Luci yang masih terisak.

***

Next chapter