"Kau bisa bertanya padaku, Bee. Percayalah!" Spider memohon dan berusaha untuk meyakinkan Luci bahwa Spider itu adalah kawan yang bisa dipercaya.
Ah, tidak, sebenarnya Spider ingin meyakinkan Luci bahwa Spider adalah pasangan yang bisa dipercaya.
"Mana bisa aku bertanya padamu? Atau jangan-jangan." Luci menghentikan bicaranya hanya untuk menutup mulutnya sendiri, karena terlalu shock dan gagal untuk percaya.
Lalu Luci menyisiri penampilan Spider yang kekar dan juga gagah itu.
Wajah Spider yang kotak dan tegas itu menyiratkan betapa banyak kemisteriusan yang tersimpan di sana.
Luci mulai mengendus kecurigaan, tapi gadis itu masih belum berani untuk menyimpulkan.
"Jangan-jangan apa? Kenapa aku menghentikan kata-katamu?" Spider melongok untuk mencari tau apa yang sedang Luci pikirkan saat ini.
Luci menggeleng dengan mulut masih berada di balik tangkupan tangannya. Lalu demi menutupi kegugupannya Luci berkata bahwa dia ingin menghampiri Hans.
"Aku ingin menengok Hans sebelum aku pulang." Luci berkata dengan tenang.
Lalu gadis itu mulai berjalan untuk menuju kamar Hans. Spider tidak mencegah sama sekali. Spider paham pasti Luci sangat khawatir saat ini.
Langkah kaki Luci begitu cepat, bahkan sangat cepat hingga membuat Spider gagal beberapa kali saat ingin mengimbangi langkah gadis itu.
Dalam waktu beberapa menit Spider memang belum banyak menarik kesimpulan.
Namun ketika Spider melihat bahwa Luci akan menambah kecepatan ketika Spider bisa mengimbanginya, lelaki itu akhirnya menyadari sesuatu. Luci sedang ingin menghindarinya. Tapi Spider tidak tau apa alasannya.
"Bee, tunggu! Bee!" Spider meraih tangan Luci lalu menarik gadis itu agar berhenti berjalan cepat yang nyaris terlihat seperti lari-lari itu.
Luci tidak bisa mengelak. Dengan napas tersengal Luci berhenti.
"Apa kau berusaha menghindariku?" tanya Spider dengan wajah agak tidak sabaran. Bagi Spider hari ini Luci selalu menguji emosinya.
Mulai dari Luci tidak mengingat janjinya sendiri, Luci yang tidak percaya dengan Spider, sampai Luci yang ingin menghindari Spider.
Tidak, Spider tidak akan membiarkan Luci melakukan itu semua. Luci harus tetap bersamanya, selamanya.
Sementara itu Luci berdiri takut-takut.
Gadis itu memiliki sebuah pemikiran menakutkan tentang Spider.
Luci berpikir bahwa Spider memiliki campur tangan dalam penculikan Hans. Dan jika memang itu benar maka gawatlah sudah. Hans sedang berada di dalam bahaya.
Tapi sebelum Luci menjawab atau menyanggah apa yang sedang dituduhkan oleh Spider, seseorang datang untuk menyela.
"Selamat pagi, Tuan Diamond. Saya tidak menyangka Anda berkunjung pagi-pagi tanpa pemberitahuan kepada kami."
Luci menoleh cepat-cepat kepada arah sumber suara. Di samping memang Luci penasaran siapa orang itu, Luci juga ingin mencari orang yang bisa membantunya untuk kabur dari Spider.
Dilihatnya seorang wanita bertubuh ramping. Tinggi badannya ideal dan lebih tinggi sedikit dari Luci. Rambutnya agak bergelombang yang dipotong sebahu. Tapi meski rambutnya bergelombang, wanita itu tetap terlihat sangat rapi dan berkharisma.
Wajahnya lembut tapi juga tegas. Matanya terbingkai oleh kacamata berframe oval dengan pengait dari besi kuningan yang berwarna pudar.
Ada sedikit uban di pangkal rambutnya. Giginya putih dan dikikir.
Wanita itu mengenakan sebuah blouse berwarna mint dengan rok selutut berwarna senada. Sepatunya pantofel berwarna hitam. Umurnya sekitar lima puluh tahunan kurang sedikit.
Sementara itu Spider yang tadinya sedang menarik tangan Luci dengan posisi tubuh agak membungkuk kini sudah menegakkan badannya yang tegap.
Wajahnya yang tadi menguarkan protes kesal dan manja telah berubah menjadi beku dan sangat dingin. Seolah wajah itu adalah pedang yang bisa menyayat apa pun hingga mati.
Spider menoleh kepada wanita yang menyapanya itu. Lipatan matanya telah turun, sekarang pandangannya tidak cerah dan berbinar lagi.
Spider menarik tubuh Luci untuk berada dekat-dekat dengannya sementara wajahnya kini dia hadapakan kepada wanita itu.
"Aku ada urusan." Spider menjawab dengan sangat dingin.
Seolah-olah suara dingin itu bisa membekukan seorang manusia hingga ke inti sel paling kecil miliknya.
Seolah-olah tulang bisa membeku dan tubuh merinding kala mendengar jawaban Spider.
Luci yang mendengar perbedaan kontras dari suara dan sikap Spider akhirnya mendongak keheranan.
Luci sangat terkejut bagaimana bisa Spider bisa berubah sedrastis ini, dari seorang lelaki yang lembut dan baik hati untuk menjadi lelaki yang begitu kejam dan sangat tidak sopan.
Luci melihat dari atas ke bawah, pada penampilan Spider. Bajunya masih sama, wajahnya masih sama, dan matanya juga tidak berbeda.
Maksudnya, Spider yang berada di samping Luci masih Spider yang sama dari yang pertama kali Luci temui. Tapi kenapa auranya begitu berbeda?
Sebenarnya Spider sudah berubah menjadi dingin ketika berbcara dengan lelaki yang ditugaskan untuk menjaga Luci di daerah Kubu Evil.
Namun karena Luci tidak fokus, gadis itu tidak menyadarinya. Sekarang Luci benar-benar sadar dan menyaksikan sendiri perubahan tidak masuk akal ini, bagaimana manusia bisa berubah begitu cepat?
"Ah, begitu rupanya. Baik, saya ke sini hanya untuk menyapa Anda. Jika Anda membutuhkan sesuatu Anda bisa menghubungi saya. Selamat pagi, Tuan."
Wanita itu undur diri dengan sopan dan tubuh membungkuk. Padahal usianya lebih tua dari Spider tapi kenapa wanita itu begitu menghargai Spider? Dan tadi wanita itu memanggil Spider dengan sebutan Diamond?
Mata Luci membelalak dan mengingat perkataan lelaki yang menjaganya di Kubu Evil.
Lelaki itu sempat menanyakan apakah Luci mengenal Diamond. Jadi ternyata Spider itu Diamond? Lalu sehebat apa Diamond itu?
"Ider. Siapa kau sebenarnya?" Luci bertanya dengan pandangangan curiga sekaligus takut.
Spider yang tadinya bersikap begitu dingin dan beku saat berbicara kepada wanita tua tadi akhirnya mulai berubah lunak kembali, apalagi ketika mendengar Luci bertanya padanya.
Senyum Spider pun mengembang dengan tinggi dan memukau. Matanya berbinar-binar saat melihat Luci.
"Aku? Aku Spider, Bee." ('Milikmu,' tambah Spider dalam hati.)
"Bukan, bukan itu. Kau tau betul maksudku. Orang itu memanggilmu Diamond. Apa kau tau sesuatu tentang The Crown?"
Sebenarnya Luci juga tidak tau tentang The Crown. Luci menanyakan itu karena lelaki yang menjaganya tadi berkata bahwa mantel milik Spider adalah milik dari The Crown.
Apakah The Crown itu suatu daerah, nama perusahaan, atau yang lainnya Luci tidak tau.
"Dari mana kau tau tentang The Crown?" Wajah Spider berubah menjadi kelabu dan juga pucat.
Matanya yang dalam itu membelalak seolah dia baru saja menemukan sebuah pisau yang bisa menusuknya.
"Katakan dari mana kau tau tentang itu?" Spider menarik pergelangan tangan Luci untuk membuat gadis itu segera menjawabnya.
Tubuh Spider mulai bergetar, jantungnya berdegup kencang.
Spider memang ingin segera membongkar identitasnya kepada Luci namun tidak dalam waktu dekat. Karena Spider tidak mau Luci menjauhinya.
Spider ingin membuat Luci bertekuk lutut padanya terlebih dahulu.
Spider ingin memastikan bahwa Luci harus bergantung padanya dulu.
Spider ingin Luci begitu menggilainya.
Spider ingin Luci begitu kecanduan kepada Spider.
Lalu jika sampai itu sudah terjadi, barulah Spider akan membongkar indentitasnya, karena dengan begitu Luci tidak akan memiliki kekuatan untuk meninggalkannya, selamanya.
***