webnovel

43. Perfect Trio

Tadi aku menanyakan keberadaanmu pada Jimin, syukurlah kita bisa bertemu disini."

Mendengar penuturan Sewon, Taehyung langsung secara reflek menilik kearah Jimin yang juga langsung menganggukan kepalanya beberapa kali, membenarkan apa yang Sewon katakan perihal gadis itu yang mencari keberadaannya. Muak sekali! Jadi kalau begini, yang mana Sewon yang asli? Dan yang mana Sewon yang lainnya? Taehyung jadi sedikit kesulitan membedakannya. Rasanya keduanya bukanlah berada di satu tubuh hingga perlu tenaga banyak untuk bisa mengenalinya.

Perihal apakah gadis manis dengan senyum yang menawan berponi, atau gadis dengan sepatu booth dengan riasan garang yang malah dengan bebas mengeksplor hampir seluruh ruang otaknya tadi malam itu. Taehyung sungguhan menjadi sedikit penasaran sekali. Untuk apa gadis yang sudah membuatnya kacau semalaman itu mencari keberadaannya. Apakah untuk kembali membuatnya kesal? Sungguhan jika sekali lagi gadis itu membuatnya naik darah, sumpah dia akan menghukum gadis itu. Mungkin kepemilikan semalam juga tidak terlalu sulit baginya.

"Iya. Ada apa mencariku?" ucap Taehyung dengan wajah kelewat datar yang malah terlihat seperti mengintimidasi. Walau sungguhan Taehyung tidak berniat seperti itu, tapi lumayan juga wajahnya bisa membuat sang rival bicara gemetar karena tatapannya yang kelewat tajam.

Mungkin jika itu gadis lain, sudah dipastikan jika gadis itu akan pingsan ditatap sedalam dan setajam itu oleh Taehyung. Namun berbeda perihal jika yang didepannya adalah Park Sewon dengan segala intriknya di kepala. Kelicikannya yang berkedok kecerdasan dengan isi kepala yang berpotensi juga menjadi detektif. Park Sewon tidak gentar malahan sengaja menyulam senyum termanis hingga dia akhirnya membuka kata.

"Ah untuk..."

Sewon mengambil langkah, dua langkah kecil hingga membuatnya begitu dekat dengan Taehyung. Mengikis jarak begitu cepat hingga tak sadar Taehyung kini sudah dikunci lewat tatapan oleh Sewon sedekat ini. Hanya sekat sejari yang membatasi kedua hidung mereka.

Tidak mencium apalagi menubruk bibir tebal Taehyung dengan bibirnya, hanya Sewon yang langsung beralih ke telinga Taehyung untuk mengatakan sesuatu. Sesuatu yang sempat dia tunda dan akhirnya bisikan itu mulai memasuki gendang telinga Taehyung dengan begitu seduktif.

"Kau masih marah padaku? Tentang malam itu, apa kau pikir sungguhan aku menolakmu? Aku bisa saja berubah pikiran kapan saja, jadi bawalah karet perisa strawberry itu setiap kali hendak menemuiku."

Sewon menarik diri menjauh dari Taehyung setelah selesai mengatakan hal segamblang itu. Sudah dibilang Sewon itu licik meskipun perangainya malaikat. Namun karena yang dihadapinya adalah seorang seperti Jimin dan Taehyung, tentu lah tidak perlu Sewon bermanis-manis seperti saat di perpustakaan. Karena Taehyung, Jimin dan juga dirinya sendiri adalah satu kubu di lain bahtera. Ketiganya adalah cermin yang saling berhadapan. Misi yang sama, dan target yang bisa dibilang berada dalam satu lingkaran, serta berada di satu prinsip hidup yang sama yaitu; simbiosis mutualisme, membuat ketiganya tidak lagi ragu menggenggam kesepakatan dengan jemari kelingking yang saling menaut sebagai simbol bahwa mereka bertiga telah menabuh genderang untuk memulai menguak satu persatu misterinya.

"Malam ini, kau bisa?" ujar Taehyung sekalian menantang. Namun belum juga dia sempat mengulas senyum, lagi-lagi Sewon membuat Taehyung hampir meledak saat itu juga. Ingin sekali lagi mengumpat, namun terlalu kentara menahan gairah sejak semalam. Jadi dia pikir bersikap tenang, itu akan lebih baik.

"Tapi maaf Taehyung-ssi. Malam ini aku ada janji bersama kekasihku."

Lain hal dengan Taehyung yang masih setia sekali memajang raut datarnya meskipun dalam hatinya sedang ingin menerkam seseorang, terutama gadis yang sudah berkali-kali membuatnya hendak membunuh jika tidak berdosa. Jimin langsung bereaksi seketika mendengar Sewon mengatakan perihal 'kekasih'. Sontak saja isi kepala Jimin langsung tertuju begitu saja pada seorang pria dengan wajah inosen dan tubuh berotot yang telah menghajarnya tadi malam. Hingga sekarang pun Jimin masih sering merintih kesakitan menahan nyeri ketika tersenyum, karena sungguhan pukulan kekasih Sewon itu luar biasa, membuat sudut bibirnya robek dan memaksanya untuk menelan pil antibiotik yang dia dapat dari apotik pagi tadi. Sialan! Umpat Jimin dalam hati.

Bahkan disaat kelingkingnya yang paling kecil diantara ketiganya itu sudah saling menaut menggemakan kesepakatan besar ketiganya, Jimin masih sempat melirik Sewon dengan tatapan tak yakin. Sungguhan apakah Sewon sanggup menyakiti kekasihnya sendiri? Atau malah masih dengan tujuan yang sama, yaitu; melenyapkan Yerin dan mendapatkan Jungkook kembali?

"Kuharap kau tidak akan menyesal membuat kesepakatan denganku, Lee Taehyung." ucap Sewon terdengar sangat kentara bahwa gadis itu akan berperan sebagai titik pusat pendominasian.

Perihal iya atau tidaknya, semuanya akan akan tetap  berjalan nantinya. Mengingat ketiganya adalah orang-orang yang tidak pernah bisa dibawah tekanan atau pendominasian orang lain, maka mungkin kesepakatan itu hanyalah akan jadi kedok belaka. Sedangkan ketiganya akan tetap berjalan di tujuan masing-masing.

"Tentu." Ambigu. Terdengar ditelinga Jimin pun Sewon sama saja. Tidak jelas. Banyak kemungkinan bertebaran dari seutas kata yang Taehyung ucapkan dengan air muka yang sama sekali tidak terbaca.

Jimin sesekali ikut menerka dalam benak. Mungkin tentu iya, juga mungkin tidak. Jimin sudah berteman dengan Taehyung cukup lama, tapi tetap saja, Taehyung tidak bisa dikupas tuntas isi kepalanya. Tahu saja, hati manusia itu mudah sekali berbolak balik. Ah, Jangan bicara hati, karena di Abel Red, hati itu seperti sudah kadaluarsa. Perasaan seperti sudah sangat basi di kota itu. Semua orang disana mendewakan logika. Jangankan perasaan, logika masih memaafkan pun itu sudah harusnya bersyukur setengah mati. Karena hukum alam di Abel Red adalah; jika kau menikam, tentu kau akan ditikam dengan cara yang tak pernah kau sangka sebelumnya.

Pun juga Sewon yang sepertinya telah mengerti maksud Taehyung. Mudah saja menjebak seorang pria. Menyerang titik yang paling gampang diserang, maka semuanya akan mudah bagi Sewon. Dan tentunya sekarang Sewon sudah selangkah lebih maju dengan keberaniannya membuat kesepakatan dengan dua orang pria yang tidak bisa dibilang pria baik-baik. Mereka iblis dan Sewon paham akan hal itu.

Pun tentang Taehyung? Sewon sudah mengetahui apa yang ada didalam isi kepala pria itu. Tentu! Selangkangan! Brengsek!

Dan Sewon sudah menyiapkan segalanya. Biarlah sekarang dirinya hancur untuk melebur sekali lagi. Tenggelam sekalian pun tak masalah, karena tujuan hidupnya adalah Choi Jungkook. Tidak peduli akan seperti apa dirinya nanti di ujung pertempuran, hanya Choi Jungkook lah yang ada didalam isi kepalanya. Park Sewon menginginkan Jungkook menjadi miliknya seutuhnya, dan dia akan melakukan apapun untuk keinginannya.

Mengalah atau pun mengaku kalah sebelum bertempur adalah bukan dirinya. Maka Sewon harus melakukan ini. Bertempur pun akan dia lakukan, selama Jungkook masih berada diatas bumi. Jungkook harus menjadi miliknya, tak peduli apapun resiko yang menunggunya didepan. Sekali pun nantinya dia akan mati, entah mati rasa atau mati raga, setidaknya perjuangannya untuk Jungkook akan membuat arwahnya bangga sesekali.

Pun Sewon mendadak mengulas sedikit smirk yang mengundang dua orang pria itu saling berhadapan. Saling tanya dalam benak sendiri, diam meskipun mereka berdua tahu apa yang ada didalam isi kepala masing-masing. Satu persatu intrik mulai terlihat semakin jelas. Namun tetap saja semuanya semu. Mungkin memang benar ketiganya juga memiliki misi lain selain tujuan mereka masing-masing, yaitu; memahami isi dari tiga kepala yang selalu abu-abu dan tidak tertebak.

[]

ตอนถัดไป