Tanpa ada yang tahu, bahwa sekarang Jungkook sendiri sedang berada disalah satu bilik toilet, duduk diatas kloset yang tertutup dengan sirat gusar dan matanya yang berkaca-kaca acap kali mendengar suara gadis itu yang terdengar begitu pilu. Ada rasa bersalah yang begitu besar pada gadis itu, namun dia tidak berdaya hanya karena dia sangat mencintai kekasihnya, Park Sewon.
Jungkook masih sangat pintar membaca ekspresi dan mengenali tak tik yang sering sekali digunakan oleh Sewon sebagai sarana mendapatkan atensi penuhnya kembali. Bahkan tanpa sadar, Jungkook telah mengahafalnya hingga rasanya dia sangat muak. Namun sungguhan Jungkook menyayangkan kenapa harus kepada Jimin Sewon meminta bantuan. Kenapa harus kepada pria yang Jungkook tahu juga menginginkannya diatas ranjang. Sorot mata yang menyiratkan nafsu tentu saja Jungkook mengenalinya. Pun karena dia juga seorang pria, mungkin jika saja digambarkan, pasti sorot matanya akan sama saat dirinya melihat gadis secantik Park Sewon ada didalam areanya.
Jungkook tahu jika Jimin adalah penganut prinsip; simbiosis mutualisme. Tebakan yang terlalu tepat saat sekarang Jungkook hanya bisa menangis dibalik bilik. Membiarkan Yerin menjadi korban atas keputusannya yang tidak ia pikirkan panjang saat Jimin menghampirinya di bilik toilet dan terang-terangan meminta Yerin atas bayaran nanti mengalah demi Park Sewon didalam pertandingan.
"Tentu, Choi Jungkook. Aku tidak mau rugi dan kau untung. Ah maksudku kekasihmu itu mendapat keuntungan yang jauh lebih banyak dariku." ucap Jimin penuh penekanan. Jelas sekali meminta persetujuan atau ketidaksepakatan. Tapi Jimin jelas menginginkan persetujuan, meskipun dibubuhi sedikit ancaman, setidaknya dia akan benar-benar memiliki Yerin yang mengerang dibawah kendali dirinya diatas kasur yang mendecit penuh gemeruh erangan kenikmatan yang keluar dari bilah bibirnya yang mengalun begitu indah.
"Sial! Kau membuat Kim Yerin sebuah taruhan?" Sahut Jungkook tidak terima, sungguh apapun itu, Jungkook tidak menyangka bahwa kekasihnya sebodoh itu hingga meminta tolong pada pria licik seiblis ular itu. Harusnya gadisnya itu sadar dulu, bahwa Jimin bukanlah seorang yang bisa diabaikan dan diremehkan. Jimin punya seribu tak tik dan intrik yang bisa ia gunakan untuk kesenangannya dan jelas akan menguntungkan baginya. Pun yang sekarang Jungkook lakukan hanyalah mengepalkan tangan tidak terima dengan air muka menegang memerah sampai rahangnya mengeras.
"Baiklah. Ku terima tawaranmu. Tapi dengan satu syarat. Kau boleh membawa Yerin bersamamu, tapi jangan sekalipun menyentuhnya." ucap Jungkook memperingati. Dan mendengar hal itu, Jimin tentu saja menyeringai puas. Dia mengangguk namun dalam hatinya dia tidak berjanji bahwa tidak akan menyentuh Yerin. Apakah mungkin seorang Choi Jimin membiarkan tubuh seindah Kim Yerin hanya menjadi lukisan? Menjadi pajangan tanpa disentuh, begitu?
"Ingat Choi Jimin! Berani menyentuhnya, jangan berharap melihat hari esok!"
~~~
Lampu biru yang masih gencar memberikan sebuah lolongan akan terang yang tak mau padam. Bersimbah dengan keringat dan air mata, Kim Yerin tidak sekali pun berniat beranjak. Masih sama, memeluk lutut sendiri dan mengisak lirih takut seseorang akan kembali menghampiri dirinya yang sungguh memilukan. Gadis yang bahkan sama sekali tidak pernah mengambahkan kakinya di tempat yang ternyata selaknat itu. Bergerumul dengan dosa yang nikmat, dan sesekali matanya melihat beberapa orang melakukan oral atau penetrasi terang-terangan diatas sofa. Bar itu mengerikan! Setidaknya itulah yang Yerin ambil dari beberapa langkah dirinya menjajakan kakinya masuk kedalam tempat itu. Pun dirinya bukan untuk bergabung bersama mereka, hanya melewati untuk segera sampai di toilet. Tapi tetap saja, menggelikan!
Tidak ada lagi tujuan dirinya akan kemana setelah ini, Jungkook nya yang ditunggu-tunggu sedari tadi seperti sungguhan menghilang dari bumi, meninggalkannya dengan berbagai kegelisahan serta isakan panas yang bersarang di kerongkongannya. Sungguh menyiksa dengan taraf siksaan setara dengan pembobol uang negara, atau bahkan lebih dari itu. Apa memang dia sepantas itu Jungkook tinggalkan? Apa benar pria itu akan membuat dirinya menjadi bulan-bulanan pria bar seperti yang tadi?
Rasanya kejadian malam ini adalah kejadian terburuk yang tidak akan Yerin lupakan dalam waktu yang lama, atau mungkin bisa menjadi ikhwal keji yang akan dia ingat selamanya. Namun, layaknya sebuah tombak dengan dua mata sekaligus, Yerin memang akan mengingatnya sebagai sebuah kejadian mengerikan, tetapi dia juga akan mengingatnya sebagai yang paling manis. Kejadian yang tak pernah dia sangka, bahwa sekarang telah ada sepotong tangan yang mengusap punggung tangannya dengan lembut. Bahkan sangat lembut, hingga dia bisa mengenali siapa sang empunya.
Pun Yerin memberikan keberaniannya pada tindakannya, mengerahkan seluruh tenaganya untuk tetap berpikir bahwa tebakannya adalah benar. Seketika Yerin berhambur, memeluk sesosok manusia yang sudah berjongkok menyamaratakan tingginya dengan sang gadis. Sengaja menggunakan lutut sebagai tumpuan, mengelus punggung tangan sang gadis, dan sekarang gadis itu telah memeluknya begitu erat, seperti seorang yang menemukan hidupnya kembali. Perisainya dan tujuan hidupnya.
Tidak ada yang bisa Jungkook lakukan lebih banyak selain membalas pelukan Yerin dengan sama eratnya. Mengerat hingga menekan punggung Yerin agar dapat memeluk gadis itu lebih dalam. Sesekali bibirnya mengecup bahu sempit Yerin, menyatakan dengan sebuah tindakan bahwa dia sangat mencintai Yerin. Ralat, menyayangi Yerin. Sesekali juga dirinya hendak terisak, tapi ia tidak ingin menunjukannya didepan Yerin. Dia terlalu malu dengan keputusannya yang sangat gegabah. Memberikan Yerin kepada Jimin adalah tindakan terbodoh yang pernah ia lakukan.
Penyesalan terdalam. Serta penebusan yang ada didepan mata. Jungkook perlahan melonggarkan pelukan Yerin, membawa wajah sang gadis dengan tangkupan kedua tangan di dagu, menuntun sang gadis agar mau menatapnya. Sungguhan Jungkook sangat merasa bersalah, melihat gadis itu terus memejam seperti enggan menatapnya kembali. Tidak bohong, Jungkook merindukan manik hazel itu menyorot meminta perlindungannya, meminta untuk tetap bersamanya meskipun tidak sama sekali kalimat seperti itu keluar mengutarakan permintaan itu. Jungkook percaya bahwa Yerin tidak pernah sanggup berbohong, apalagi menyangkut traumatiknya, Yerin adalah gadis dengan segudang kepolosan meskipun gadis itu 2 tahun lebih tua dari Jungkook.
"Noona, berhentilah menangis. Ak-aku minta maaf." Suara Jungkook memberat, berselih isakan dengan mata yang berembun yang mampu dia samarkan dengan baik.
Yerin tahu tebakannya sedari dia merasakan usapan lembut itu, meskipun sama sekali dia belum membuka matanya, dia bisa merasakan hangat pelukan Jungkook terasa melindunginya. Rasanya seperti dia kembali memiliki perisai. Dirinya yang tidak lagi hampa karena cahaya hidupnya telah kembali. Merengkuhnya dengan kasih yang ia sendiri tidak mengerti bagaimana cara mendeskripsikannya.
Perlahan kelopaknya menaik, membuka sedikit demi sedikit hingga dia sungguhan melihat dengan jelas sosok Jungkook terbingkai netranya. Hidungnya memerah dan sudut matanya nampak basah. Yerin masih bisa melihat itu walau dibawah cahaya biru yang bisa menyamarkan semuanya. Tapi tidak dengan puppy eyes Jungkook yang berembun berkaca-kaca.
Ingin sekali mengusap sudut mata yang basah itu, memberikan sebuah titah untuknya tidak perlu menangis. Seperti ingin menyampaikan bahwa kembalinya Jungkook padanya, dan memberikan pelukan dan kehangatan yang dia butuhkan, itu sudah cukup baginya. Yerin tidak ingin melihat Jungkook menangis, karena dia memiliki satu kelemahan baru dalam hidupnya. Yaitu; air mata Jungkook.
"A-aku tidak papa. K-kau kembali padaku itu sudah cukup bagiku." Yerin menahan isakan, ucapannya terbata-bata pilu, tangannya yang gemetar hebat sesekali terulur, menggapai wajah Jungkook dan sesekali memejam lagi. Meyakinkan dirinya sendiri bahwa memang dirinya sudah baik-baik saja.
"A-apa dia menyentuhmu?" ucap Jungkook takut-takut. Sungguhan rasanya gemetar mengingat dia sendiri lah yang menyerahkan Yerin pada pria yang--apa tadi sungguhan Jimin?
Yerin tidak menjawab, berusaha menghilangkan ingatan bahwa pria itu sempat menyentuh wajahnya dengan seduktif. Dia tidak ingin berbohong, tapi dia takut akan mengatakannya.
Jungkook menjadi sangsi sendiri, diamnya Yerin bukan hal yang baik baginya. Bukan juga jawaban atas pertanyaannya. Sungguhan? Apa pria brengsek itu sudah menyentuhnya?
"Tidak-tidak Noona... Maafkan aku..." ucap Jungkook lagi. Sudah tidak mau lagi membahas tentang pertanyaannya karena sepertinya dia sudah mendapatkan jawabannya bahkan tanpa gadis itu membuka bilah bibirnya.
Jungkook kembali membawa manik hazel indah itu untuk menatap manik sehitam jelaga miliknya. Saling bersitatap seperti ini, nyatanya telah memberikan sebuah jalan untuknya menebus kesalahannya. Jungkook berjanji pada dirinya sendiri, bahwa mulai hari ini, malam ini, bahkan detik ini, dia tidak akan membuat Kim Yerin merasa takut lagi. Dia akan melindunginya bahkan melebihi dirinya sendiri. Itu janji Jungkook. Perisai Kim Yerin yang sadar akan sebuah kesalahan karena telah mencintai kakaknya sendiri.
Detik berikutnya adalah Jungkook menunduk, meninggikan dagu sang gadis dengan jemarinya. Sorotnya bergantian menatap mata dan bibir sang gadis yang kemudian tanpa ragu Jungkook telah memagut dengan lembut. Labium ranum yang lembab sudah dia kuasai. Ciumannya tidak memanas, tidak ada tuntutan karena bukan ciuman gairah. Jungkook hanya ingin menyampaikan pesannya bahwa ia akan mendedikasikan hidupnya untuk melindungi Yerin. Apapun itu resikonya, dia tidak peduli.
Yerin memang tidak selihai Sewon dalam berciuman, bahkan Jungkook tidak mendapat balasan alias ciuamannya sepihak. Tapi cukup mengejutkan karena Yerin bahkan sudah meremas frustasi pada kaus depan Jungkook.
"Maaf membuatmu takut. Aku akan menyelesaikan semuanya hari ini." ucap Jungkook setelah mengakhiri pagutannya dengan mengusap bibir bawah Yerin yang basah karena peraduan salivanya. Atau malah itu bukan peraduan karena hanya Jungkook yang memimpin permainan. Tapi Jungkook yakin bahwa Yerin menikmatinya. Remasan di bajunya sudah cukup memberitahunya bahwa gadisnya juga merasakan hal yang sama dengannya. Tidak ingin kehilangan, hanya ingin selalu bersama.
Dan Yerin tidak memprotes apapun, selain dia kembali berhambur memeluk Jungkook dengan lebih erat. Dan sekarang yang dia takutkan bukan lagi perkara pria asing itu menyentuhnya. Namun yang dia takutkan adalah; dia mungkin akan benar-benar kehilangan Jungkook.
Tanpa disadari lagi, seorang pria telah mengamati keduanya diambang pintu hampir 5 menit. Berdiri bersandar di bingkai pintu dengan tatapan menahan emosi dan sekali menghantamkan kepalan pada tembok dengan frustasi. Garis senyum miris sungguhan terpampang dengan jelas di kedua sudut bibirnya. Ada sebuah pilu yang berhambur dengan amarah.
"Brengsek!"
[]