Setelah berjalan ke sana ternyata Lusi maupun Firdaus enggak berdua saja, cuma aku masih curiga bahwa sahabatku tidak terlalu jujur kepadaku. Malah ada berpikiran, "Nih, Firdaus sudah berapa lama di rumah Lusi? Walaupun aku belum jadian. Tapi setidaknya kasih tahu."
Beberapa melangkah ke depan, perasaanku mulai mengganjal mengenai hubungan mereka. Tapi aku harus tetap berpikiran positive thinking saja, biar suasana hatiku tetap kondusif tak mengalami namanya bertengkar di rumahnya.
Setidaknya aku harus tahu dulu tujuan apa? Kecemburuan dalam benakku tidak terus-terusan. Bagaimana pun perasaanku tetap harus ada dalam hatiku? Kalau sekiranya ingin menghapusnya yah berarti perjuangan akan terhenti sampai di sini.
Tidak akan berlanjut ke jenjang lebih serius. Namun, setelah mendekati kalian berdua. Sepertinya asyik obrolan membuatku ingin segera mungkin sampai, untuk berbincang dengannya. Kadang sulit kalau memang aku belum memahami pembicaraan seperti apa.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com