Hari kelulusan Aldy telah tiba. Rea sibuk sedari pagi. Rea menghadiri acara kelulusan Aldy bersama kedua orangtua Aldy. Ada Angel, sahabat Aldy yang datang juga hari itu. Mereka merayakan kelulusan Aldy bersama-sama.
Saat itulah, Rea pertama kali mengenal Angel. Teman masa kecil Aldy yang juga merupakan cinta pertamanya. Rea berusaha berdamai dengan hatinya melihat Angel lebih akrab dengan keluarga Aldy daripada dirinya yang berstatus sebagai pacar Aldy.
Sepanjang acara Rea seolah-olah menjadi orang asing bagi Aldy dan keluarganya. Bagaimana tidak, di sana sudah ada Angel yang lebih banyak tahu dan mendominasi setiap pembicaraan yang sedang mereka bahas.
Aldy pun demikian, dia merasa lebih enjoy dan bahagia saat berada di dekat Angel. Rea bisa merasakan hal itu. Pancaran sinar mata Aldy juga lebih terasa hidup saat dia memandang Angel.
"Semoga ini hanya perasaanku saja," batin Rea.
Dia memilih tak ambil pusing dan percaya kepada perkataan Aldy diawal perkenalan mereka tadi. Angel hanya teman masa kecilnya. Tak lebih dan juga tak kurang.
Sampai saat Aldy mengantar Rea pulang, Aldy baru menceritakan pada Rea siapa sosok Angel yang sesungguhnya.
"Aldy, apa aku boleh menanyakan sesuatu?"
"Untuk apa kau meminta ijin dariku, katakanlah apa hal yang akan kau tanyakan padaku."
"Siapa Angel sesungguhnya?"
Aldy menoleh kearah Rea sedikit agak lama. Dia seperti ingin menyelami pikiran Rea. Dia ingin tahu, apa maksud Rea kembali menanyakan soal Angel lagi hari itu.
"Bukankah siang tadi sudah kukatakan padamu Rea, kalau Angel adalah teman masa kecilku. Kenapa kau masih menanyakan tentang hal itu lagi padaku?"
"Teman yang seperti apa Angel itu? Kenapa kedua orangtuamu sangat dekat dengannya. Bahkan dia juga banyak hapal kebiasaanmu. Dia sudah seperti bagian dari keluarga kalian. Sangat dekat, bahkan saking dekatnya aku sempat merasa menjadi orang asing siang tadi."
Aldy kembali menatap Rea dengan tulus. Dia menarik Rea dalam pelukannya dan menenggelamkan tubuh Rea ke dalam dadanya. Kemudian dia mengusap rambut milik Rea dengan sangat lembut.
"Maafkan aku Rea, maaf karena telah membuatmu tidak nyaman. Aku tahu pasti berat melewati hari yang melelahkan tadi. Aku bisa merasakan hal itu sekarang. Jika aku berada diposisimu tadi pasti akan terasa sulit."
Rea hanya diam tak menjawab, dia masih menikmati dada Aldy untuk bersandar. Rea juga menikmati bau tubuh Aldy yang selalu menemaninya beberapa tahun belakangan ini.
"Angel adalah cinta pertamaku. Aku mengenal cinta saat aku bertemu dengannya. Awalnya kami memang hanya bersahabat seperti layaknya anak kecil lainnya. Seiring berjalannya waktu, kami pun tumbuh bersama setiap hari dan setiap waktu. Lalu rasa itu mulai tumbuh subur dalam hatiku. Aku mengagumi Angel, menyukainya dan mulai mencintainya."
Saat Aldy mengatakan hal itu, Rea bergeser dari pelukannya. Rea menatap wajah Aldy kala bercerita tentang Angel. Lagi-lagi perasaan Rea mengatakan bahwa Aldy masih merasakan sesuatu pada diri Angel.
Namun setelah Aldy mengatakan hal itu kepada Rea, dia kembali menatap Rea dengan tatapan penuh cinta. Menggenggam tangan Rea dan mencium kening Rea, hangat dan lembut.
"Kau tenang saja Rea. Angel hanyalah masa laluku. Masa lalu yang sangat indah, yang mungkin sulit untuk kulupakan. Sedangkan kau, adalah masa depanku. Kau adalah tujuan hidupku kini, jadi kuharap kau tidak berpikir macam-macam tentang Angel."
Bak oase di tengah padang pasir yang gersang. Kata-kata Aldy juga perlakuannya kepada Rea membuat Rea menjauhkan pikiran buruknya tadi.
"Ya, aku percaya padamu Aldy."
"Bagus, kalau begitu sekarang mandi dan bersiaplah segera untuk acara pesta kita malam nanti. Aku akan pulang dulu untuk membantu ibu menyiapkan pesta di rumah."
"Baiklah, sampai jumpa nanti Al."
Aldy mencubit hidung Rea dengan gemas. Kemudian dia mengacak-acak rambut Rea sampai Rea risih dan mencubit pinggangnya.
Mereka berjalan keluar rumah, sebelum keluar Aldy berpamitan dulu kepada Mama Rea. Setelahnya Rea mengantarnya sampai ke depan pintu rumahnya.
"Tante, aku pamit dulu."
"Kok cepet Al? Kamu ga makan malam di sini dulu?"
"Tidak Tante, Ibu membuat acara pesta kecil-kecilan untuk aku dan teman-temanku. Aku mau pulang agak cepat agar bisa membantu Ibu mempersiapkan acara untuk malam nanti."
"Wahh, iya selamat atas kelulusannya ya Al. Selamat datang di kehidupan nyata yang sesungguhnya. Kehidupanmu baru akan dimulai saat ini Al. Di sini kita akan tahu apa kamu akan bertahan atau kalah."
"Terimakasih Tante untuk ucapannya. Aku akan mengingat hal yang baru saja Tante ucapkan kepadaku sore ini. Akan kujadikan pecutan untuk hidupku kedepannya."
"Bagus Aldy, salam ya buat ibumu. Nanti Tante dandani Rea lebih cantik dari biasanya. Agar dia tidak mempermalukanmu di pesta perayaan kelulusanmu malam nanti."
"Hahaha...!! Tante bisa saja. Nanti salam dari Tante, Aldy sampaikan untuk ibu. Aldy pamit dulu Tante, selamat sore."
Aldy pergi meninggalkan rumah Rea sore itu. Rea melepas kepergian Aldy dengan senyuman yang sangat lebar. Rea bahagia bisa memiliki Aldy. Rea juga bahagia karena akhirnya hari yang dinanti oleh kekasihnya ini tiba juga.
Hari spesial, hari kelulusannya. Rea berjalan sambil berdendang kearah kamarnya. Dia langsung masuk ke dalam kamar mandi dan memutar shower yang ada di sana.
Rea bersiap untuk datang ke acara Aldy malam itu. Dia sibuk memilih gaun yang akan dia kenakan malam itu. Satu persatu gaun miliknya, ia jajal di depan cermin riasnya.
Tapi Rea belum juga menemukan gaun yang sesuai dengan keinginannya. Rea kembali membuka isi lemarinya. Matanya menggeledah isi dari lemarinya.
Hingga akhirnya, mata Rea jatuh tertumpu pada sebuah gaun selutut berwarna peach. Cantik dan sangat elegan. Rea bercermin sambil menjajal gaun yang ia temukan di lemarinya itu.
"Sangat cantik," batin Rea.
Dia menjatuhkan pilihan pada gaun peach itu. Kemudian dia merias wajahnya dengan riasan yang sesimpel mungkin. Nampak terlihat sangat natural seperti keinginannya.
Rambutnya ia kuncir kuda tinggi dan menyisakan sedikit rambut di kanan dan kirinya. Tak lupa Rea memakai sepatu sket berwarna sama dengan gaunnya juga tas bertali berwarna cream.
Rea tampil percaya diri malam itu. Dia melangkah keluar dari kamarnya lalu berpamitan pada Mamanya. Rea mengambil mobil miliknya di garasi, masuk ke dalam mobil kemudian memasang seat belt dan meluncur ke rumah Aldy.
Di dalam mobilnya, Rea melihat bucket bunga untuk Aldy yang dia beli siang tadi ternyata tertinggal di mobil. Rea lupa, kalau Aldy tadi memakai mobilnya untuk mengantar dia pulang. Rea berpikir untuk memberikan bucket bunga itu lagi kepada Aldy.
Sepanjang perjalanan Rea terus saja bercermin lewat kaca tengah yang ada di dalam mobil. Dia tak ingin penampilannya malam ini mengecewakan Aldy.
Setengah jam kemudian Rea tiba di rumah Aldy. Dia melihat sudah ada beberapa mobil di depan rumah Aldy. Rea masuk ke dalam rumah Aldy yang pintunya sudah terbuka.
Namun dia tak menemukan siapapun di sana. Rea melangkahkan kakinya ke taman belakang rumah Aldy. Di sana dia melihat Aldy. Rea tersenyum, dan sudah berniat untuk mendekat kearah Aldy.
Tapi ternyata, Aldy tidak sendirian di sana. Ada seseorang bersama Aldy di ruangan itu. Rea menghentikan langkahnya, dia melihat orang itu memeluk Aldy.
Aldy juga menerima pelukan darinya, orang yang memeluk Aldy ternyata adalah Angel. Rea mundur dan pergi dari rumah itu.
"Rea, kamu sudah datang?" tanya ibu Aldy.
Ibu Aldy melihat Rea berlari keluar rumah. Dia mencoba bertanya pada Rea, tapi Rea diam dan tetap berlari dari dalam rumah Aldy.