SinB langsung membuka matanya lalu ia merasakan punggung dan lehernya sangat kaku dan pegal, "lo udah bangun?" SinB mengangguk, "lo kapan bangun?" Author menggaruk rambutnya yang tidak gatal, "gue cuman butuh tidur sebentar" SinB duduk di sebelah Author yang sedang membaca buku jurnal tua tersebut. "Gue masih bingung... sama semuanya, kenapa gue harus jadi penerus selanjutnya?" Author memberikan SinB salep Countepain lalu ia menghembuskan napasnya.
"Ini tempat yang paling aman, lo bener..." SinB langsung merasakan getaran dan Robert langsung bangun dari tidurnya, "apakah..." Author mengangguk, "hanya waktu yang bisa buat dia bisa sampe ke sini" Author langsung mengelap wajahnya menggunakan kain yang basahi dengan air, "gue nemu ini" Author langsung memperlihatkan apa yang ia temukan.
"Gue gak tau ini apa, yang pasti... gue harus balikin" Author langsung memasukkan benda itu perlahan ke dalam tasnya, Author langsung melihat ke sekelilingnya lalu menggaruk hidungnya yang gatal. SinB mencoba menggeser night stand dan ia mengerutkan keningnya, "gak bisa gerak" Author menarik lampu dan night stand tersebut bergeser.
"Masuk cepet!" SinB langsung masuk di susul Robert dan Author lalu night stand tersebut menutup dengan sendirinya. "Gelap banget" SinB mengeluarkan hapenya lalu ia menyalakan senter hapenya, "Author, apa kau tidak apa-apa?" Author menggeleng, "gue..." Robert menyuruh Author untuk diam karena ia mendengar suara dari luar.
SinB menerangi jalan dan Robert memberi isyarat untuk mengikutinya dan merangkak.
Jakarta, Indonesia 2021 AD
Jessica menghembuskan napasnya kasar lalu menggebrak meja, "gue gak bisa diem aja" seluruh pasang mata menatap Jessica lalu mengerutkan keningnya, "denger, kalo lo diem gini... apa usaha lo sia-sia semuanya?" Jennie menghembuskan napasnya kasar "denger, kita bisa apa coba" Jennie merasakan ada yang mengeruk pintu rumah Author. "Kalian sembunyi, biarin gue yang tangani dari sini" Pacar Author langsung mengeluarkan pistol berwarna putih yang di berikan dari Author untuknya,
"Kak Jess, dan Yeji tolong" Pacar Author langsung membuka pintunya lalu ia melihat Krystal "apa... gue buat kalian takut?" Yeji, Jessica dan Pacar Author langsung menurunkan senjata mereka, "lo ngapain ke sini" Krystal langsung memberikan sebuah undangan lalu ia berjalan menghampiri Eunha yang menatapnya tajam, "yaudah kalo gitu gue permisi" Krystal langsung pergi dari perkarangan rumah Author lalu ia menutup pintunya dan seluruh pasang mata langsung menatap Eunha.
"Kenapa?" Eunha duduk di arm chair, "dia pasti gak nepatin janjinya" Jennie duduk di sofa. "Author ngirim video dan gue... gak yakin itu Limario" Jennie langsung memperlihatkan Limario yang sedang mengamuk, "Author, dia baik-baik aja cuman... dia perlu gue buat cari tentang sesuatu" Jennie langsung mengambil laptopnya lalu menghembuskan napasnya kasar. "Kalian keluarga Jung kenal keluarga Park?" Eunha menggeleng.
"Lo tante Jess?" Jessica mengusap dagunya, "kenal Rose Park, anak dari Sandara Park?" Jennie langsung menghembuskan napasnya kasar, "dia keturunan Anderson juga, cuman..." Jennie menunjukkan chat dengan Author.
"Author baik-baik aja, cuman.. dia bilang kita berempat harus ke sana" Jessica mengangguk, "kalian perlu baby sitter lagi?" Jennie menggeleng, "dia nyuruh Yeji" Yeji mengangguk, "apa yang di katakan raja di laksanakan" Jennie mengangguk.
.
.
.
.
.
.
"Lo yakin ini tempatnya?" Jennie mengangguk, "menurut yang ada di file ini, Rose kini ''tawanan' para dokter" Yeji dan Jennie langsung turun dari mobil lalu mereka melihat anak buah Limario yang berjaga di sekitarnya. "Jennie, tolong lo..." Jennie menggeleng, "kita ke sini buat nyelametin Rose dari para penjahat Interpol yang sebenernya" Yeji menghembuskan napasnya kasar lalu menggaruk rambutnya. "Iya juga sih... Antek-anteknya Limario gak akan pernah berhenti" Yeji langsung menarik Jennie untuk bersembunyi.
"Gue minta lo hack CCTV" Jennie melaksanakan perintah Yeji lalu ia menghembuskan napasnya kasar, "gue...." Pacar Author langsung menembak anak buah Limario menggunakan sniper milik Author, "maju kalian" Jennie dan Yeji hanya saling tatap dan menatapnya dari kap mobil.
"Lo kata gue bakalan biarin calon adek-adek ipar gue maju sendirian? Gak" Pacar Author memberikan Jennie dan Yeji earbud dan ia kembali ke posisi, "cepet" Yeji mengeluarkan pistolnya dan memasang silencer lalu menghembuskan napasnya kasar, "iya... iya... gue jalan" Yeji langsung berjalan menuju pintu masuk dengan Pacar Author menembaki seluruh anak buah Limario yang sedang menjaga tempat parkir.
"Kira-kira ada sandera?" Jennie mengangguk, "polisi dan Densus 88 belom ada yang tahu kalo terejadi penyanderaan" Yeji mengangguk. "Kalian gak ngajak-ngajak gue" Yeji dan Jennie menghembuskan napasnya kasar, "luka lo belom sembuh, Ryujin" Ryujin hanya tertawa. "Maksud lo goresan?" Yeji dan Jennie ingin rasanya memukul kepala Ryujin.
"Abisnya gue bosen, jadi gue jadi intel kalian" Jennie langsung mencari sosok Ryujin dan ia melihat Ryujin yang menyamar menjadi salah satu anak buah Limario. Kini ia sedang berpura-pura mengitari seluruh sel. "Jangan gegabah, Ryu. Dia" Ryujin hanya berdehem.
"Gue tau, Park adalah Anderson juga. Orang yang terakhir di keluarga Park adalah Rose Park, bener gak?" Jennie hanya berdehem, "gue dapet darah dari Author kenapa gue langsung genius gini ya?" Ryujin melihat sel milik Rose lalu tersenyum, "gue ketemu selnya, dan sekarang gue harus apa?" Yeji menatap Pacar Author.
"Gimana di dalem?" Pacar Author langsung menyalakan thermal cameranya, "gue bener-bener gak bisa liat, dari sini" Yeji mendengkus kesal, "Jennie?" Jennie menggeleng, "gue gak bisa, kamera CCTV lobby di blokir pake spray can" Yeji menggeram.
"Ryujin?" Ryujin hanya berdehem lalu ia membuka pintu sel Rose, "jangan sampe ketahuan" Ryujin tersenyum lalu mengangguk. "Oke... gue langsung ke sana" Ryujin tersenyum lalu ia menatap Rose, yang sedang ketakutan. "Pergi kau... pergi!" Ryujin memasukkan pistolnya lalu menghampiri Rose, "nama gue Ryujin Anderson, adek dari King Author Anderson. Gue ke sini mau jemput lo" Rose menatap Ryujin.
"A-Anderson? Kau benar-benar keluarga Anderson?" Ryujin mengangguk lalu ia memejamkan matanya, "sudah cukup!" Ryujin membuka matanya lalu ia menggenggam tangan Rose erat, "halo, sepupu..." Rose mengangguk. "Dimana King Author?" Ryujin langsung memberikan radio komunikasinya kepada Rose. "Lo bisa tanya ke orang yang lagi tunggu di luar" Ryujin langsung memasang silencer di senjata MP7 dan Glock 18 miliknya.
"Ryujin?" Ryujin menatap Rose, "ayok..." Ryujin menggendong Rose di punggungnya lalu ia menghembuskan napasnya gugup, "pegangan yang kuat ya?" Ryujin masuk ke dalam ruangan para dokter untuk bersembunyi karena ia melihat anak buah Limario yang sedang menyusuri koridor rumah sakit jiwa tersebut.
Author menendang batu dan ia membantu SinB dan Robert untuk keluar lalu ia menyeka keringat dinginnya, "kau tidak apa-apa?" Author mengangguk, "gue gapapa" Author melihat ke sekelilingnya lalu menghembuskan napasnya, "lo gapapa?" Author mengangguk, mereka mendengar geraman Limario lalu Author menyuruh untuk diam dan memperhatikan langkah mereka.
SinB menggaruk rambutnya lalu ia melihat sebuah pedang emas dan ia mengambil pedang tersebut. "Gue punya ide, tapi... ini idenya agak dan lebih gila pake banget" Author hanya mengangguk lalu ia menatap SinB, "ide lo sama kek gue, tapi gue lebih gila lagi" Robert langsung mengeluarkan hapenya lalu ia mengerutkan keningnya.
"Apa kau menyalakan pengacau sinyal?" Author menggeleng, "emang gak ada sinyal" Robert memasukkan hapenya ke dalam kantong, "jika aku kembali ke masa ku, apa aku boleh membawa hape bekasmu?" Author menggeleng. "Gue gak ngijinin, ntar hape gue yang itu jadi hape vintage" Author langsung menyuruh SinB dan Robert untuk diam.
SinB langsung membuka pintunya lalu ia menatap Author dan Robert yang bersiap. Author langusng menghembuskan napasnya kasar dan memberi perintah agar SinB dan Robert untuk berpencar, Author mengeluarkan pedangnya dan Limario menghampiri tempat persembunyian Author dan ia mengitarinya.
SinB dan Robert langsung berpindah menuju sebrang sedangkan Author menahan napasnya, SinB melempar batu lalu ia menghembuskan napasnya kasar, Limario yang mendengar suaranya langsung mencari sumber suara, Author berjalan sangat pelan namun ia tidak sengaja menginjak ranting pohon dan mereka bertiga langsung berlari menuju ruangan selanjutnya.
"Maafin gue" SinB mengangguk lalu mereka di hadapkan dengan jalan buntu, sementara suara langkah kaki Limario terdengar di telinga mereka. "Aku tahu kalian dimana" Author langusng menyandar dan mereka bertiga langsung mendapati ruangan lain di dalam tembok tersebut.
"Keluarlaaah" Author melihat peti dan Limario langusng menembus tembok tersebut. "Kalian sudah tidak bisa berlari lagi" Author memejamkan matanya, "oh ya?" Author langsung mengeluarkan pedangnya dan diikuti dengan SinB, Robert dan Limario. "Gimana kalo gini" Author tersenyum, "lari, biar dia yang kejar kita" Author, Robert, dan SinB langsung berlari menuju ruangan selanjutnya. "Lim, lo bego" Author langsung berhenti dan menghidari serangan Limario lalu SinB dan Robert menengok ke belakang. "AUTHOR!" Author tersenyum lalu ia menghampiri SinB dan Robert. "Ini perintah Raja, kalian berdua lari ke atas, dan..." Author memberikan belati dan bukunya.
"Gak, gue gak akan biarin lo sendiri!" Author menghembuskan napasnya kasar, "gue janji bakal nyusul setelah urusan gue selesai, oke?" SinB menggeleng, "PINKY SWEAR" Author menghembuskan napasnya, "gue pengen nyambut Rose, gue pengen makan bareng satu meja sama kalian" Author memberikan jamnya, "jangan sampe ilang, gue bakal minta ini balik. Gue janji sama tuhan buat memperbaiki semuanya sama dia, please... kali ini aja lo nurut. Ini perintah Raja" Robert menepuk pundak SinB lalu mengangguk.
"Author benar SinB" Limario langsung berjalan menghampiri mereka. "Pergi, gue udah janji sama lo ya kan?" Author memberikan tasnya untuk SinB dan Robert, "kalian lebih membutuhkannya, gue cuman butuh medkit doang" SinB memberikan tas kecil yang di dalam tas Author, "sekarang pergi" Author langsung menangkis serangan Limario dan ia menendang perut Limario, "harus fair" Author langsung memejamkan matanya lalu ia membuka matanya "jangan buat gue marah, Lim" Author mengeluarkan pedangnya dan tangan kirinya langsung mengeluarkan api berwarna biru.
SinB dan Robert terus berjalan menuju dimana altar persembahan berada, "SinB, berhentilah!" SinB tidak mendengarkan Robert dan ia terus berjalan, "TUAN HWANG KU PERINTAHKAN KAU UNTUK BERHENTI!" SinB berhenti berjalan lalu Robert menepuk pundaknya, "apa kau mendengarkan perintah Raja untuk kita!? Apa kau pernah meragukan Author?" SinB mengangguk.
"Gue ragu sama dia.... dia..." Robert menatap wajah SinB. "Kau takut kejadian itu terulang lagi?" SinB hanya diam dan Robert mendorong bahunya pelan. Robert dan SinB melihat tubuh Author terbentur langit-langit lorong tersebut dan terjatuh, "kau lihat!? Raja kita panjang umur" SinB dan Robert langsung membantu Author untuk bangun lalu Robert mengusap dada kirinya, "Author, kau tidak apa-apa?" Author menyandar tembok lorong tersebut lalu ia merasakan sakit di punggungnya.
"Gue..." SinB langsung merangkul Author dan mengembalikan belati dan jam tangan milik Robert. "Gue pengen rebahan" mereka bertiga berjalan dan mereka merasakan goncangan dari belakangnya, "kalian lari, tinggalin..." Robert dan SinB mengeluarkan pedangnya dan berjalan mundur dan mereka bertiga tersandung ke belakang.
Dengan sisa tenaga yang tersisa, Author menahan tubuh Robert dan Robert menahan tubuh SinB. "Manjat" SinB menatap Author, "KALO LO GAK MANJAT ROBERT, KITA BERTIGA MATI! GUE BISA JAMIN GUE. LO, SAMA ROBERT SEKARANG DAH JADI JASAD" SinB langsung memanjat tubuh Robert lalu ia memanjat tubuh Author. "Jangan injek idung gue" SinB menginjak kepala Author dan membantu Robert,
"JANGAN LIHAT KE BAWAH, JIKA KAU INGIN HIDUP" Author merasakan tangannya tak bisa menahan lagi lalu Robert dan SinB meraih tangannya dan membantunya naik "anjir lo berat banget asli" Author langsung merebahkan tubuhnya dan ia berusaha menetralkan detak jantungnya.
Mereka bertiga melihat tangan Limario yang memegang batu besar di kedua tangannya, Author memberi isyarat kepada Robert dan SinB untuk diam. Author merangkak menuju samping Limario dan ia langsung menaiki punggung Limario lalu ia mentancapkan pedang miliknya. Limario berteriak, SinB dan Robert langsung menghindari dan Author mencabut pedangnya dan turun. Limario terjun bebas ke bawah.
"Kita...." Author mengangguk, "dah yok... lanjut..." Author merasakan jantungnya sakit dan ia menggeram, "minumlah... kita istirahat sebentar, aku jiga merasa lelah" Author menggeleng, "istirahatlah, kau harus menepati janjimu, yang mulia" Author menghembuskan napasnya kasar lalu mengangguk dan ia merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya.
Ryujin mengeluarkan hapenya lalu Jennie mengambil hape yang di letakkan di meja oleh Ryujin. "Lo istirahat" Ryujin menggelengkan kepalanya. "Gue gak akan istirahat sebelum Author kasih kabar" Jennie langsung menunjukkan chatnya dengan Author, "lo istirahat, dia baik-baik aja" Ryujin duduk lalu ia meluruskan kakinya di meja dan menynadarkan punggungnya.
"Lo khawatir kan sama dia?" Jennie hanya diam, "gue juga khawatir kok" Yeji duduk sambil membawa popcorn di tangannya, "jadi... keluarga kita nambah satu orang?" Jennie ngangguk, "Rose... di masukkin ke RSJ karena dia dianggep gila sama Clemont. Dia di masukin 5 tahun yang lalu pas umur 19 tahun... dan, pihak rumah sakit nerima 5 juta perbulannya dari...." Jennie mengerutkan keningnya.
"Aneh..." Yeji dan Ryujin menukar pandangan mereka dan menatap Jennie, "kenapa Jessica..." Jessica langsung menodongkan pistolnya ke kepala Ryujin dan Yeji langsung berdiri dan melempar popcornnya, "gue terpaksa ngelakuin ini, ini semua gak ada hubungannya sama Author..." Jennie menatap Jessica. "Jadi lo nolongin Author karena..." Jessica mengangguk. "Gue udah bilang hal ini sama Author, sebelum dia pacaran sama adek gue. Buat ngejaga Rose" Jessica menurunkan senjatanya lalu ia keluar dari rumah Author.
"Kak Jes.. kenapa?" Jessica menghembuskan napasnya kasar lalu menengok, "gue punya utang budi sama dia" Jennie menghampiri Jessica lalu menggeretnya ke ruang tamu, "duduk, lo gak boleh keluar" Jessica duduk di sofa lalu ia menatap Jennie. "Kalo lo punya utang budi bakal susah" Pacar Author hanya diam lalu menatap Jessica.
"Dan gue di suruh Author pura-pura gila" Rose duduk di sebelah Jessica dan ia menggunakan short dress berwarna putih dan rambut yang sudah tidak lagi kusut. "Gue Rose Park, aktris terkenal" Ryujin hanya diam, "t-tunggu..." Rose menghembuskan napasnya kasar lalu menatap Jennie. "Gue gak paham di sini, karena gue sama Yeji misah" Rose menghembuskan napasnya. "Keluarga gue dibantai sama Limario, dan... dia untungnya gak tau gue masih idup, dan..." Rose menatap Jessica. "Author yang nyelametin idup Rose, dia adalah keluarga penjaga Perpustakaan yang di datengin kita yang waktu itu" Jennie menatap Rose.
"Kenapa keluarga Jung punya hutang budi?" Pacar Author dan Eunha menatap Jessica, "Krystal, lo semua mungkin gak tau apa yang sebenernya terjadi" Jessica menghembuskan napasnya kasar, "keluarga Eunha dulunya di tunjuk sebagai kepala keamanan kerajaan, sampe pada saat Krystal berkhianat" Eunha hanya diam. "Krystal punya alasan?" Jessica hanya diam lalu menatap Rose, "ada, dia bilang ke gue kalo dia mau ngelindungin keluarganya, dia mungkin di depan keluarganya dingin.... tapi sebenernya enggak, bahkan dia diem-diem dateng di sekolah lo waktu lo lulus SMP, make toga" Eunha menatap undangan yang di terima olehnya.
"Krystal emang di jatuhi hukuman mati, tapi Author nyuruh ngurangin bebannya jadi penjara seumur hidup, dan sekarang... dia turunin lagi jadi bebas bersyarat dan siap-siap meninggalkan Inggris" Eunha hanya diam dan menunduk. "Author sebenernya bukan Anderson" Ryujin, Jennie dan Yeji menatap Rose. "Dia keturunan langsung King Arthur" Jessica menatap Rose. "Dan dia juga yang ngebunuh Duke Sooyoung dan Duchess Sunny, tapi Limario..." Seluruh ruangan hening dan mereka menatap Rose.
"Tapi Author bilang..." Rose menggeleng, "dia nyembunyiin faktanya karena dia ngeprotect kalian bertiga, dan kalian bertiga adalah... saudara kandung yang terpisah, Author mungkin nyembunyiin fakta itu karena itu akan membuat kalian bingung seperti sekarang" Rose menatap semuanya.
"Lebih baik kalian tanya Author" Rose berdiri dan ia memberi isyarat untuk diam, "ada suara mobil, kalian jangan panik dan tenang... dan jangan ada yang bergerak" Rose melepaskan heelsnya dan ia berjalan pelan menuju pintu dan mengintip. "Limario" Rose memberi isyarat untuk melepas sepatu mereka. "Masuk ke ruangan bawah tanah Author pelan-pelan dan tertib, mereka udah ngepung rumah ini" Jessica memberi isyarat agar mereka mengikutinya.
.
.
.
.
.
.
"Kenapa lo gak bilang ke mereka?" Author menengok sekilas lalu menghembuskan napasnya, "gue... takut, Mbih... gue takut" SinB hanya diam, "nanti aja bahasnya sekarang kita punya misi lain" Author melihat pintu besar yang terbuat dari batu. "Ini adalah pemberhentian terakhir kita" Author menatap kedua orang yang ada di belakangnya.
"Kalian harus siap dengan apa yang terjadi selanjutnya" Author menghembuskan napasnya kasar. "apa kalian siap?" SinB dan Robert mengangguk, Author menghembuskan napasnya kasar lalu ia membuka pintunya.
.
.
.
.
.
.
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YANG SIDER GUA DOAIN SEMOGA DAPAT HIDAYAH UNTUK MENEKAN TANDA BINTANG, HARGAI KAMI PARA AUTHOR YANG SUDAH BERUSAHA MENUANGKAN IDENYA DALAM BENTUK TULISAN :). Maafkan jika tidak nyambung.