webnovel

Hari Sakral

10 tahun berlalu..

"Tuan putri, aku tidak bisa menjelaskan betapa indahnya dirimu sekarang.."

"Iya tuan Putri, sepanjang perjalanan hidupku, baru kali ini melihat seorang pengantin wanita yang memiliki pesona luar biasa indah "

"Tuan putri, andai aku bisa memilih calon istri untuk kakakku, pastinya aku akan mengusulkan mu"

"Benar-benar sempurna, Putra mahkota yang akan kau nikahi pastinya sangat beruntung.. "

Senyum terukir manis di bibir ranum milik Violet, mendengar celoteh para perias yang ditugaskan untuk mendandani nya, membuatnya tak tahan untuk mengeluarkan secarik senyuman.

"Tuan putri sangatlah berharga bagi kami semua, tuan putri adalah kebanggaan kerajaan dan negeri ini, kami semua sangat berharap bahwa tuan putri akan mendapatkan kehidupan yang lebih bahagia setelah hari ini," ujar salah seorang perias yang tengah merapikan tatanan rambut Violet.

"Kalian semua harusnya sudah tau, keputusan yang dibuat sudah sepatutnya untuk di pertanggung jawabkan, bahagia atau tidak nya aku di masa mendatang, aku akan tetap menjalaninya dengan kelapangan dada," jawab Violet masih dengan senyumnya.

***

Suasana riuh sangat kentara di setiap tempat, saat ini Kerajaan Etherria sedang berbahagia.

Putri sulung dari Raja besar mereka akan menikah, dan hal ini patut di rayakan dengan perasaan bahagia, berbagai festival di selenggarakan sebelum hari pernikahan untuk mengingatkan kepada rakyat agar mempersiapkan diri di hari pernikahan Tuan Putri Agung mereka.

Berbagai undangan telah tersebar luas ke beberapa kerajaan, hal itupun di sambut dengan senang hati oleh para Raja yang menerima undangan.

Dengan jelas sekarang terlihat, banyak sekali kereta kuda milik bangsawan berjejer di depan istana kerajaan.

Dari pagi-pagi sekali, orang-orang sudah berkumpul dengan pakaian rapi terbaik milik mereka

Para bangsawan berdatangan dengan keluarga mereka, ada yang memberi selamat kepada tuan rumah, ada yang menikmati sajian yang telah dihidangkan, dan ada pula beberapa pangeran yang memanfaatkan momen ini untuk mencari kekasih hati.

Violet menatap lurus pantulan dirinya di cermin, benarkah dirinya se indah yang di katakan orang?

Di kamar miliknya saat ini, hanya ada dirinya dan keheningan, sebuket bunga juga sudah bertengger cantik di jari lentik nya, dirinya sudah siap jika semisal akan langsung di panggil untuk melakukan sumpah suci.

Pernikahan ini terjadi, atas keputusan yang ia putuskan.

Dengan penuh kesadaran, Violet sendiri yang meminta agar pernikahan ini dapat terjadi, karna baginya, hanya dengan pernikahan inilah semua keadaan akan kembali menjadi yang semestinya terjadi.

Yang semestinya terjadi, Carlo yang memang seharunya menjadi Putra mahkota, dan dirinya yang menjadi Ratu di negeri pasangannya.

"Ini sudah benar," cicit Violet masih mengamati dirinya.

"Apa yang benar?"

Violet mengalihkan pandangan ke arah sumber suara.

Di sana, Carlo berdiri dengan melipat kedua tangannya dibawah dada, mata lelaki itu menatap intens Violet yang juga tengah menatap ke arahnya.

"Apa yang benar, Violet?" Tanya Carlo lagi.

Violet diam, ia tidak memiliki niat untuk menjawab pertanyaan Carlo.

"Apa yang kau maksud adalah keputusan mu saat ini?"

Carlo yang tidak melihat reaksi dari Violet menyunggingkan senyum sinis.

"Apa kau pikir, keputusan mu saat ini dapat membuat semua orang bahagia?" Carlo mendekat ke arah Violet.

"Kau benar-benar berpikiran seperti itu?"

"Kau itu naif atau apa Violet? Dengan berkeputusan seperti ini, kau pikir kau hebat?"

Carlo berujar dengan nada marah yang tertahan, langkah kakinya terhenti ketika sudah berada tepat di samping Violet.

"Siapa kau berani berkata seperti itu? Keputusan ini adalah keputusan ku, kau bahkan tidak memiliki hak untuk mengkritik nya," jawab Violet dengan menatap tegas Carlo, Violet terpaksa berujar seperti ini, karna ia sudah tau bagaimana sifat keras kepala adiknya, ia tidak mau mengambil langkah mundur jika sudah sejauh ini.

"Violet, kau bahkan juga tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam urusan hidupku!"

"Carlo, siapa yang mengurusi hidup mu? Aku hanya mengambil keputusan untuk hidupku, aku menikah karna aku ingin, apa aku salah?"

Carlo menggeram saat mendengar perkataan Violet, tangannya sudah mengepal hingga buku-buku jarinya memutih.

"Keluar lah Carlo, jangan mengganggu suasana hatiku," ucap Violet sesantai mungkin.

Carlo berusaha untuk menahan emosi yang sudah memuncak, sebelum terjadi keributan ia memutuskan untuk lebih baik keluar dari kamar Violet, namun sebelum ia benar-benar keluar, ia mengucapkan kata-kata terakhirnya.

"Aku tidak tahu jika kau bisa se-egois ini, hanya demi memperbaiki hidupmu, kau menghancurkan hidup orang lain."

Violet mengernyit bingung mendengar perkataan Carlo, tapi saat ini ia tidak ingin terlalu ambil pusing, ia harus mempersiapkan diri untuk mengucapkan sumpah beberapa saat lagi.

***

Banyak pasang mata memperhatikan, hal itu sudah cukup membuat Violet merasa kurang nyaman.

Suasana hening seolah menjadi pemandu dalam situasi saat ini, tak ada orang yang tengah mengobrol ataupun menyantap hidangan, mereka kini sedang fokus mengamati sang pemeran utama.

Rasanya sangat mendebarkan sekaligus kaku, bahkan Violet kini dapat merasakan rasa keram di sekujur kaki, serta perasaan tergelitik di sekitar perutnya.

"Sudah waktunya, Violet."

Violet berpaling menghadap orang yang baru saja menyebut namanya.

Markz, Markz Middleton,

Ayah nya.

"Ayo," kata Markz dengan menyodorkan lengannya ke Violet.

Violet mematung.

"Ayo Violet, Adam sudah menunggu," kata Markz lagi.

Dengan ragu, Violet mengalungkan tangannya di lengan Markz.

"Jangan gugup, kau seorang putri yang pemberani bukan?" Tanya Markz berusaha menenangkan putrinya yang terlihat gugup.

Violet menatap manik mata Markz sendu, seandainya ia bisa mengeluh kesah-kan perasannya, pasti ia tidak akan terlihat ragu begini.

"Ada apa Violet? Apa kau sangat gugup?"

Violet mengalihkan pandangannya, sungguh ia tidak ingin terlihat lemah sekarang, ia ingin pernikahan ini berjalan lancar.

"Ayo, sweety.."

Violet memantapkan hati nya, dengan perlahan mereka berdua mengayunkan langkah menuju altar, di sebrang sana Violet dapat melihat Adam yang ia rasa juga tengah menatap ke arahnya.

"Tenanglah Violet, hanya menunggu hitungan menit, dan semuanya akan baik-baik saja," ucap Markz meyakinkan Violet.

"Ayah, aku hanya merasa sedikit.. gugup, mungkin karna efek terlalu bahagia," balas Violet dengan cengiran kecil.

"TUAN PUTRI AGUNG VIOLET CHARLOTTE MEMASUKI ALTAR..." 

Suasana yang hening berubah menjadi sangat riuh, hampir-hampir membuat Violet ingin menutup kedua telinganya.

Banyak yang bersorak, bahkan para pangeran sekalipun ikut andil dalam keriuhan saat ini, tak sedikit pula yang menunjukkan ekspresi terpesona ketika melihat wajah Violet.

Jangankan pangeran, para raja sekalipun tak menyiakan kesempatan untuk melirik pengantin wanita itu, sulit untuk mendeskripsikan penampilan Violet saat ini, wanita itu mengenakan gaun pengantin dengan ekor yang menjuntai kebelakang, belahan rendahnya tertutup oleh kain transparan yang menempel di kedua bahunya.

Rambut indahnya di Gelung cantik dengan pernak-pernik berlian, bahkan mahkota yang ia gunakan, yang notabene nya adalah mahkota ter-indah di kalangan kerajaan, masih terlihat kalah indah dengan rambut indah Violet, bayangkan, hanya rambut saja padahal.

Beberapa pangeran yang awalnya hanya mengamati, menjadi panas seketika, ekspresi cemburu lantas terekspos di setiap wajah mereka,  pikir mereka, jika bukan karna Rumor sialan yang selama ini tersebar, mereka pastilah akan memperebutkan posisi menjadi suami Violet.

Banyak dari mereka yang awalnya tak terima, karna kenyataan Violet menikahi seorang Putra mahkota, namun setelah mengetahui sebuah kebenaran, mereka hanya terdiam.

Kebenaran yang mengungkap, bahwa Adam adalah seorang Putra mahkota yang bahkan kerajaannya masih di bawah perlindungan kerajaan Etherria.

Jadi sudah jelas bukan? Pernikahan ini pastilah terjadi karena kesepakatan, habisnya pangeran mahkota mana yang akan langsung mau bersanding dengan putri dari kerajaan yang bermasalah? Bermasalah dengan takdir lebih tepatnya.

Violet melepas kalungan tangannya di lengan Markz saat mereka sudah berada tepat di hadapan Adam.

Violet dapat melihat dengan jelas, Adam yang sekarang tengah menyodorkan tangannya, dan menunggu Violet menyambutnya.

Sejenak Violet menoleh ke arah Markz yang sedang tersenyum melihat dirinya, setidaknya hal itu dapat menjadi penyemangat tersendiri baginya, lalu tanpa banyak pikir lagi, Violet menyambut uluran tangan Adam.

Tak lama setelahnya, pengucapan sumpah suci pun berlangsung, kemudian diakhiri ciuman yang menandakan mereka berdua telah menjadi sepasang suami isteri.

"Cantik, sangat cantik.."

Violet menatap Adam, memastikan apakah Adam yang mengatakan hal tadi, tapi yang ia lihat sepertinya bukan Adam yang mengatakannya, sebab lelaki itu tengah sibuk menatap dan mengamati sekeliling penjuru aula.

"Anggun, menawan, indah.. kau milikku," ucap suara misterius itu.

Violet meremang, ia jadi waspada seketika, sekali lagi ia melihat Adam, tapi sepertinya memang bukan lelaki itu yang mengatakannya.

"PERHATIAN SEMUA NYA! PUTRA MAHKOTA ADAM DAWSON AKAN MENYAMPAIKAN SESUATU!!" seru sang pengawal yang awalnya juga sempat menyerukan namanya saat hendak memasuki altar.

Keriuhan yang terjadi seketika lenyap,  Violet juga menatap bertanya ke arah Adam yang kini sudah menjadi suaminya.

Setelah perhatiaan seisi aula teralih penuh menatap keberadaan Adam, lelaki itu seperti tengah mengambil ancang-ancang sebelum mengatakan hal yang ingin ia katakan.

Violet makin di buat penasaran saat pertanyaan yang ia ajukan tidak di gubris oleh Adam, ia ingin kesal tapi sepertinya ada hal penting yang memang harus dikatakan Adam.

"Terima kasih saya sampaikan dengan teramat untuk para Tamu, yang telah bersedia mendengarkan hal yang akan saya sampaikan."

"Sebenarnya saya tidak ingin berbasa-basi lebih dari ini, inti dari yang ingin saya sampaikan saat ini adalah.."

Terdapat jeda di antara perkataan Adam, sebelum akhirnya kembali melanjutkan.

"Freya Guinevere, kemarilah," ujar Adam menyebutkan nama seorang gadis.

Para tamu yang mendengar nama gadis itu disebut, lantas melirik kesana dan kemari seolah sedang mencari rupa gadis itu.

Gadis yang di sebut oleh Adam, berjalan dengan anggun, sangat anggun, pakaian minimnya telah mengekspose sebagian lekuk tubuhnya.

Adam mengulurkan tangannya ketika gadis itu sudah mendekati nya, yang tentu saja langsung disambut hangat oleh gadis itu.

Para tamu mulai bertanya-tanya tentang siapa gadis itu? Violet sendiri bahkan tidak mengetahui gadis itu sebelumnya, ataukah mungkin gadis itu keluarga dari Adam.

"Selagi semua masih berkumpul di sini, saya berinisiatif untuk mengenalkan Freya Guinevere.." Violet masih pada opininya, mungkin gadis itu benar keluarga Adam yang tidak diketahui orang-orang, atau bahkan gadis itu adalah adik Adam? Dan saat ini Adam tengah berencana mencarikan jodoh untuk adiknya? Untuk Debutante misal?

Namun opini bodoh itu lenyap ketika Violet baru saja menyadari sesuatu, nama belakang mereka bahkan berbeda, dan perasaan kacau Violet akhirnya terjawab saat Adam melanjutkan perkataannya.

"....sebagai Selir utama saya," tutup Adam yang mengundang ricuh dari para tamu.

Violet mematung tak percaya, ia sungguh terkejut.

Para tamu pun tak kalah kaget, banyak diantaranya yang memaki Adam, bahkan dengan terang-terangan.

Violet mendekat ke arah Adam yang tengah menggandeng Freya.

"Kau.. bagaimana kau memutuskan hal ini tanpa memberitahu ku," tanya Violet dengan lirih.

Adam melirik Violet, kemudian berkata "apa kau pernah menanyakan pendapat ku tentang pernikahan ini? Kau melakukannya secara sepihak dengan ayahku Violet, jadi jangan menyalahkan ku untuk keputusan yang ku buat," jawab Adam enteng.

Violet mundur menjauh, ia sama sekali tidak mengharapkan hal ini terjadi, dadanya bergemuruh sakit, walau pernikahan ini terjadi karena kesepakatan, tetapi Violet telah mempercayakan sebagian hatinya pada Adam, ia benar-benar tidak menyangka bahwa akan mendapati kenyataan ini di hari pernikahan nya.

Violet memutuskan untuk meninggalkan aula ketika mendapati pemandangan Axton yang tengah menampar Adam, dengan air mata yang tertahan Meghan berlari menjauh

Namun di pertengahan langkahnya, ia kembali mendengar suara misterius itu, hal itu seperti nya akan cukup membuatnya segera menjadi gila.

***

Next chapter