webnovel

Bab 174

Rasanya enggan sekali mendekati sang adik terlebih didalam hatinya masih bergejolak api kemarahan. Namun, telepon dari ibunya memaksa langkah kaki mendekat.

"Mama, mencari mu. Bicaralah!"

Calista mendongak. Iris coklat masih saja menajam berpadukan rahang mengeras. Apa Calvino masih marah? Tentu saja. Kakak mana yang tidak marah jika sang adik bersikap sesuka hati tanpa memikirkan perasaan keluarga dan juga gunjingan para awak media nantinya.

Tidak mau terlibat perbincangan yang berujung pada pertengkaran. Dia langsung meletakkan ponselnya pada sofa bersamaan dengan itu melenggang dari sana tanpa mengatakan satu katapun.

Sementara Calista masih saja menatap nanar hingga punggung kekar hilang dari pandangan. Larut dalam lamunan membuat Calista mengabaikan panggilan dari sang ibu tercinta.

ตอนที่ถูกล็อกไว้

สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com

ตอนถัดไป