Darren yang melihat perubahan raut wajah Calista menyeringai sinis. Dia tahu kalau Calista mengacuhkannya. Dia tahu kalau Calista sedang berusaha keras untuk tidak melihatnya.
"Sayang, kamu kenapa? Dia sekretaris barumu bukan? Cukup cantik. Tapi sayang, kampungan. Huh." Jawab Britney yang membuat Calista mengernyitkan alis mendengar dirinya disebut kampungan. Namun, Calista tetap menahan diri untuk tidak menolehkan wajahnya. Dia justru menyibukkan dirinya dengan tetap merunduk dan fokus melihat layar laptopnya.
Andrew yang melihat situasi tersebut hanya bisa menelan saliva. Suami istri yang sah secara hukum dan agama malah saling menganggap diri mereka tidak punya hubungan apa-apa di muka umum.
"Andrew, suruh seketaris baru itu masuk keruanganku sekarang. Aku perlu memberikan banyak tugas baru untuknya." Jawab Darren sambil melangkah masuk keruangannya. Britney mengekor dibelakangnya tanpa peduli dengan keadaan diluar. Andrew terdiam sejenak sambil memandang Calista yang pura-pura tidak mendengar.
"Nyonya, jika anda ingin pengalaman dan kehidupan bebas dari kurungan rumah, lebih baik anda bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dan berpura-pura tidak mengenal tuan. Bagaimana?" Ucapan Andrew ada benarnya juga. Aku tidak boleh kalah dengan permainannya. Aku tidak mau terkurung dirumah seharian sepanjang hari. Calista berdiri dan menarik napas dalam-dalam dari hidungnya dan mengeluarkan dari mulutnya.
"Baiklah, semangat!" Ucap Calista seperti yang selalu dilakukan untuk menyemangati dirinya sendiri.
Calista dan Andrew mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk dan menunggu jawaban dari dalam.
"Masuk." Suara Darren yang berat namun menggema membuat jantung Calista berpacu tidak beraturan.
Andrew masuk lebih dahulu, baru kemudian Calista mengekor dibelakang.
Calista mengangkat wajahnya lurus kedepan tapi tidak dengan matanya. Darren menautkan alisnya. "Kenapa dia konsisten tidak mau melihat wajahku?" Batin Darren.
Calista memilih melihat meja besar yang ada dihadapannya lurus. Dari ekor matanya, Calista bisa melihat kalau perempuan yang bernama Britney itu sedang bersandar di bahu Darren. Andaikan Calista memiliki hati pada pria itu, wanita itu pasti sudah dihajarnya. Tapi, sayangnya diantara mereka hanya ada pernikahan diatas kertas atas nama simbiosis mutualisme. Jadi, Calista tidak punya hak mengatur suaminya untuk begini begitu.
"Sayang, kenapa dia kamu suruh masuk? Bukankah tempat dia diluar? Andrew bisa mengajarnya tanpa perlu kamu ikut campur." Britney mendecih melihat penampilan Calista yang jadul layaknya sekretaris biasa. Jauh berbeda dengan sekretaris sebelumnya yang sangat seksi bahkan Britney selalu bersitegang dengannya khawatir Darren bakal tergoda olehnya.
Darren tidak menyimak apa yang diucapkan Britney. Dia lebih tertarik melihat penampilan sekretaris barunya yang tidak lain adalah istrinya sendiri. Blouse lengan pendek dengan celana panjang bahan, sepatu tumit lumayan tinggi, dan rambutnya yang dikuncir kuda keatas, seperti biasa. Sebenarnya rambut istrinya tebal dan bagus bila diurai. Tapi, Calista lebih memilih mengikatnya kalau sedang bekerja. Agar tidak mengganggu konsentrasinya menulis.
"Andrew, kamu sudah perkenalkan dia ke karyawan lainnya? Sudah beritahu apa saja tugasnya?" Tanya Darren sambil menatap lekat Calista tanpa berkedip. Tapi, sayangnya yang ditatap masih enggan untuk menatap wajahnya, apalagi matanya. Bahkan tersenyum pun terkesan dipaksakan.
"Oh maaf belum sempat, tadi baru datang. Aku akan perkenalkan dia ke karyawan lain sekarang. Kalau begitu ...." Sejenak Andrew ingin keluar ruangan, namun dicegah Darren.
"Nanti saja! Sekarang biarkan dia disini, aku yang akan mengajari hal-hal dasar dari awal. Kamu bawa keluar Britney. Maaf, aku banyak pekerjaan hari ini. Aku telpon lagi kalau sudah selesai." Darren tetap dalam posisi bersandar di kursinya dengan sorot mata tajam mengarah ke istri yang benar-benar membuatnya geram karena tidak dianggap.
"Darren, kamu lebih memilih dia dibanding aku? Aku sudah berdandan maksimal untuk kamu pagi ini. Ayolah, biarkan aku menemanimu bekerja hari ini yaa. Okay?" Pinta Britney dengan suara manja dibuat-buat.
"Maaf pak presdir, saya akan belajar dengan pak Andrew saja diluar sekarang dan berkenalan dengan para karyawan. Kalau boleh, saya permisi dulu," Calista membungkukan lehernya dengan hormat. Andrew menghela napasnya. Ruangan tempat dimana mereka berada sekarang terasa sempit dan menyesakkan. Hanya mereka bertigalah yang tahu status apa yang sesungguhnya disandang antara presdir dan sekretaris barunya ini.
"Jadi, kamu sekarang sudah berani memerintahku? Apa kamu ingin dipecat di hari pertama bekerja?" Calista melebarkan matanya.
"Oh bukan.... bukan begitu maksud saya." Gawat kalau aku sampai dipecat. Bisa dikurung seharian dirumah dan susah lagi untuk minta ijin keluar rumah.
"Andrew." Darren memiringkan dagunya dan Andrew pun tahu apa yang dimaksud.
"Mari silahkan nona Britney. Tuan Darren harus segera memulai rapatnya sebentar lagi." Andrew meminta Britney untuk mengikuti dirinya keluar ruangan. Britney tahu ada yang tidak beres dengan sekretaris baru lelakinya. Namun, dia tidak berani membantah Darren lebih jauh lagi. Karena dia pernah Darren beberapa hari hanya karena memaksakan kehendaknya ikut dalam rombongan survei lokasi gedung baru.
"Baiklah, aku pergi dulu sayang. Telpon aku jam berapa saja ya. Aku selalu siap menunggumu." Britney ingin mencium bibir Darren namun Darren menghindar dengan menjauhkan bibirnya. Britne merasa kecewa diabaikan. Dia pun keluar ruangan dan menatap Calista sinis saat melewatinya. Andrew berjalan dibelakangnya dan pintu pun ditutupnya.
Kini, hanya tinggal Darren dan Calista didalam ruangan.
"Kamu hebat juga ya, hari pertama bekerja tidak menghormati bosmu." Ucap Darren terkekeh sambil perlahan berdiri dari duduknya. Calista merasa bahaya akan segera datang menghampirinya. Semakin langkah Darren mendekat, semakin langkah Calista menjauh mundur. Darren menyeringai melihatnya.
"A-ada yang bisa aku bantu? A-aku harus mulai bekerja hari ini. ini hari pertamaku jadi aku aahhhhh..." Darren menarik tangan Calista hingga kedua tubuh mereka menubruk didada.
Darren mengangkat dagu Calista dan menengadahkan ke arah wajahnya. Calista spontan memejamkan matanya.
"Heh, apakah wajahku begitu menyeramkan sehingga kamu tidak mau melihatku?" Suara Darren yang berhembus di wajah Calista begitu hangat dan mengeluarkan aroma ringan entah apa itu namanya, semacam peppermint atau ginger.
"Buka matamu. Atau, aku harus memaksamu melakukan seperti yang biasa kita lakukan di rumah." Suara Darren yang penuh ancaman, membuat Calista membuka matanya perlahan-lahan. Ketika dua netra berbeda warna bertemu, Darren dengan hijau cemerlangnya dan Calista dengan hitam pekatnya. Calista terdiam beberapa saat dan matanya terbelalak karena dia baru tahu kalau pria dihadapannya ini adalah pria yang pernah memberinya tumpangan mobil dimalam hari waktu itu.
"Sudah ingat? Atau perlu aku ingatkan lagi?" Darren berbisik ditelinga istri kontraknya.
"Kamu.... ternyata kamu...." Calista menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Hello wife!" Darren tersenyum menyeramkan, menurut Calista. Belum sadar sepenuhnya, Darren mendaratkan ciuman dibibir Calista dan memeluknya erat. Calista memukul-mukul dada Darren namun sia-sia karena tenaga suaminya 10 kali lipat lebih kuat darinya.