webnovel

Kalian Terluka?

"Dengan satu syarat, tidak ada korban jiwa di dalam tempat ini. Dan kalau sampai ada, itu pasti datangnya dari keluarga korban. Kita lihat sampai seberapa lama Anda, bisa membungkam mulut semua korban, sekaligus keluarga mereka" jawab Theo marah. dia berdiri, membantu Nauctha untuk bangkit, dan segera angkat kaki dari sana.

Setibanya di tempat mereka menginap, Nauctha dan Theo sudah ditunggu teman-temannya di ruang tamu. Mereka menatap heran melihat kedua pasangan itu basah kuyup. Tatapan terkejut menyorot mereka saat melihat genangan darah, di antara kedua kaki Theo dan Nauctha.

"Berhenti!! Kalian hantu atau manusia?!" pekik Arletha Beam ketakutan sambil bersembunyi di balik punggung Lucas Kelf.

"Keterlaluan. Memang kami baru saja selamat dari lubang kematian tetapi masa kau, malah menyumpahi kami secepatnya jadi hantu!!" omel Theo tak peduli apa reaksi selanjutnya seluruh sahabat baiknya itu, ketika dia bergerak menuju ke arah kamar mandi.

"Zack, bisa tolong aku bawakan baju gantiku ke kamar mandi? Atau kau suka malam ini lantai kamar para Pria becek?" tegur Theodor memerhatikan Zack Amstrong hanya diam mematung mengamati dirinya tanpa berkedip.

"I...itu bukan genangan air Theo. Jelas itu genangan darah segar di seluruh tubuhmu. Perhatikan saja jejak langkah kakimu itu. Euhhh, bahkan baunya amis sekali" kata Berta Staley ngeri sambil menjepit hidungnya dengan kedua jari.

"Kalian terluka? tetapi jika darah kalian sampai sebanyak ini harusnya kalian sudah tak sadarkan diri bahkan mungkin bisa lewat" tanya Kabil Hanan mendapat sikutan telak dari Lucas Kelf.

"Bisa penjelasannya nanti saja?! Kami baru saja pulang setelah mendapatkan musibah oke,!" teriak Nauctha gemas.

"Oke. Tunggu sebentar kami akan membawakan baju ganti untuk kalian" sambut Casandra Huibert sambil menarik tangan Zack Amstrong.

Setelah keduanya membersihkan diri, mereka segera menemui semua sahabatnya di ruang tamu menceritakan pengalaman mereka dari A sampai ke Z.

"Bukankah Diandra pergi bersama kalian? ke mana dia?" akhirnya Arletha mempertanya keberadaan si hantu cantik.

"Jadi dia belum pulang sebelum kami?" tanya Nauctha mulai panik.

"Apa dia kembali ke rumah orang yang merawatnya?" pikir Berta mengira-ngira.

"Sayang sekali. Jadi bagaimana ini? Michella kan, tidak bisa melihat roh Diandra. Siapa di antara kita yang malam selarut ini bisa mencari Diandra di rumah Michella?" tambah Berta menggigit jari.

"Tidak ada pilihan lain selain kita besok datangi saja rumah Michella" tandas Lucas menggaruk kepalanya ikut frustrasi.

"Masalahnya, bagaimana jika ternyata Diandra terkurung kembali di Winter Water Park bersama Dokter gila itu?" pekik Nauctha ingin seseorang memberi solusi yang lain.

Theodor menerawang terngiang akan ucapan Nauctha.

"Masalahnya, bagaimana jika ternyata Diandra terkurung kembali di Winter Water Park bersama Dokter gila itu?" Bahkan untuk tidur pun Theodor mulai semakin kesulitan seolah dia, telah kehilangan kunci untuk membuka sebuah peti misteri. dia hanya termenung, sambil terus mengaduk secangkir kopi hitam di hadapannya.

"Sulit tidur lagi?" sapa seseorang pada Theodor. Pria itu hanya tersenyum masam lalu meminum seteguk demi seteguk menikmati kopi hangatnya.

"Besok kita harus segera pulang. Dan masalah tempat itu masih saja membuatku penasaran. Sebenarnya ada berapa hantu jahat di Winter Water Park?" desis Zack ikut membuat kopi hangat.

"Well, jadi kita semua terkena sindrom susah tidur?" sambung seseorang di belakang mereka. Zack dan Theo menoleh menatap semua penghuni yang masih terjaga.

"Aku sudah barzanj pada pemiliknya agar tidak menyebarkan kejadian hari ini. Jadi, apa pun yang ingin kalian katakan berkaitan dengan Winter Water Park, ganti namanya agar tersamarkan" jawab Theo lantang, meletakkan secangkir kopi hangat yang tinggal separuh.

"hmm, nama samaran. Yeah, tidak ada ruginya. Sesuaikan saja dengan apa yang kita lihat kan? Sebut saja Red Water Park" sela Kabil Hanan.

"Ini aneh. Saat aku dan Theo diselamatkan tadi, jelas-jelas kami memuntahkan air dan tubuh kami basah kuyup akan air. tetapi, setibanya di sini, mengapa...air itu berubah menjadi darah?" gumam Nauctha tidak habis pikir.

"Kalau Diandra masih ada di sini, kita bisa mencari tahu ada berapa banyak hantu jahat di sana" gerutu Nauctha lagi.

"Sebaiknya kalian tidur. Besok kita harus berkemas pulang" sambung Zack, membawa kopi buatannya, lalu duduk di samping Theodor.

"Entah mengapa rasanya semenjak Diandra tidak berada di antara kita aku merasa tidak tenang. Bagaimana jika hantu Dokter itu, tiba-tiba muncul di sini? Tidak....tidak, sebaiknya aku tetap terjaga saja dan berbincang-bincang dengan kalian semua sampai pagi kalau perlu" jawab Casandra.

"Kalau dia ingin, tak perlu menunggu kalian tidur dia pasti sudah muncul dari tadi. Ingat ketika Diandra menyamar sebagai salah satu dari ke empat Gadis di tempat ini?" kekeh Theodor menatap prihatin pada Casandra.

"Aku juga sulit tidur. Aku merasa akan ada badai besar menimpa kita. Semoga itu hanya perasaanku saja" keluh Berta menengahi.

Keesokan harinya, Nauctha menelepon Michella mencari tahu keadaan Diandra yang terbaring koma. Michella bilang semalam Diandra sempat kejang kembali, dan sekarang mulai stabil. Dengan seizin Michella, akhirnya mereka semua berbondong-bondong bertamu ke si pemilik rumah tempat Diandra dirawat.

"Bagaimana dengan keluarganya?" tanya Michella bersedekap memerhatikan ekspresi Theodor dan Nauctha.

"Yah, sudahlah. Melihat ekspresi kalian sepertinya kedatangan kalian tidak disambut dengan baik. Sebenarnya ada apa dengan Diandra dan keluarganya?" jawab Michella mengusap tengkuknya frustrasi.

"Ada...yang belum kau ketahui soal Diandra, Michell" jawab Nauctha cemas bagaimana reaksi Michella setelah mengetahui kebenarannya.

"Diandra menghilang setelah sempat bertengkar dengan seluruh anggota keluarganya. Jadi mereka mengira selama ini Diandra meninggalkan mereka, kabur dari rumah tanpa kabar. Saat kami datang itulah yang mereka yakini" tambah Nauctha.

"Dan kalian diam saja? Kalian sudah katakan dia koma bukan melarikan dirikan?!"

"Sudah. tetapi mereka sama sekali tidak mempercayai alasan kami." Jawab Theo pendek memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana jeans nya.

"Kalian bisa meneleponku"

"Kulakukan juga tetapi jaringannya eror. Lalu kami bisa apa lagi? Mereka justru menganggap kami adalah penipu. Bekerja sama, dengan orang-orang yang selalu meneror keluarga mereka sejak lama. Jalan kami buntu" sahut Theo dengan suara lebih keras dari sebelumnya.

"Teror? Keluarga Diandra diteror? Ya ampun apa mungkin karena itulah selama ini, Diandra lama tidak menemuiku dan teman-teman yang lainnya?" gumam Michella mondar-mandir.

"Kau tahu sesuatu Michell?" Nauctha berusaha menggali informasi.

"Ya, lima bulan. Lima bulan lamanya Diandra tidak pernah menemui kami lagi bahkan menelepon. Kami pikir itu karena kesibukan pekerjaannya"

"Karena itu tidak ada satu pun dari kami semua, menanyakan apa yang terjadi padanya selama menghilang. Lalu, seminggu kemudian setelah Diandra menghilang, aku menemukannya sedang sekarat." Jawab Michella sambil menoleh prihatin sekaligus terluka ke tubuh tak berdaya Diandra.

"Pasti ada hubungannya dengan map yang dibawa Diandra." Gumam Nauctha mengaitkan.

"mengapa kau tidak melaporkan kejadian ini pada Polisi? Juga tidak membawa Diandra ke rumah sakit?" tiba-tiba Lucas penasaran pada tindakan pertolongan Michella yang unik.

"Sudah. tetapi mereka tidak mengusut tuntas lantaran, karena tidak adanya barang bukti, misalnya alat bekas digunakan untuk melakukan kekerasan. Yang tidak masuk akal lagi, tidak ada tanda-tanda adanya jejak kaki pelaku, dan bahkan CCTV di tempat itu, tidak pernah menunjukkan Diandra pernah berada di tempat kejadian perkara"

"Padahal, jelas ada Diandra terbaring sekarat. Soal rumah sakit, aku terlalu sibuk tidak akan ada banyak waktu untuk aku bisa mengawasinya selama 12 jam. Karena itu, aku menyewa Dokter sekaligus Suster khusus menangani Diandra" jawab Michella mengenang masa lalu.

"Polisi tidak mencari keluarga Diandra?" Lucas mengerutkan kening.

"Ada seseorang yang sengaja menghapuskan identitas Diandra. Ketika aku menyebutkan nama panjangnya, Polisi kesulitan menemukan data-data identitas Diandra. Hingga mereka menyerah karena merasa aku telah memberikan identitas palsu." Jawab Michella mengepalkan kedua tangannya kesal mengingat betapa jahatnya si pelaku.

"Mustahil. Maksudmu, Diandra dianggap bukan Warga Negara karena tidak memiliki identitas?!" pekik Lucas tak percaya.

"Benar. Semua jejak keberadaan Diandra dihapuskan. Media sosial miliknya raib. Aku tidak percaya itu sama seperti kalian, tetapi kenyataannya, ketika aku datang ke rumah sakit tempat Diandra bekerja, tidak ada yang mengenal Suster bernama Diandra Bouch"

"Seolah semua orang telah melupakannya kecuali aku, orang yang menemukannya. Sempat terlintas dalam benakku apakah keluarganya tidak pernah mencari Diandra karena tidak ingat mereka pernah memiliki Diandra? tetapi sekarang dari cerita kalian, jelas keluarganya tidak melupakan keberadaannya. Mereka hanya..., membencinya" jawab Michella setelah duduk di atas sofa.

"Aku mencurigaimu Michell. Bagaimana jika kau pelakunya, dan hanya mengarang cerita saja tentang laporanmu di kantor Polisi" tegas Lucas.

"mengapa aku datang pada salah satu dari kalian hanya untuk memberi tahu keberadaan Diandra yang koma? Jika aku pelaku, aku tidak akan pernah mau melakukannya. Sebaliknya, aku tidak perlu menolongnya bukan? Kubur saja dia ke dalam tanah hidup-hidup" ketus Michella berkecak pinggang di depan Lucas marah besar.

"Pasti karena kau memiliki tujuan lain Nona Michella" jawab Lucas tak kalah galaknya.

"Stop!! Berhenti Lucas. Belum tentu dugaanmu benar bukan?" teriak Theodor mencoba melerai keduanya. Pria bernama Theodor segera menghampiri Diandra yang koma. Aneh, ruhnya tidak berkeliaran di tempat ini juga di tempat mereka menginap.

Jadi di mana hantu cantik itu berada? Theo memegang pergelangan tangan Diandra dan melihat sekali lagi kepingan ingatan baru. di mana akhirnya, Sergei tertangkap basah, melakukan percobaan ilegal di dalam lab rumah sakit. Terlebih lagi, ada korban jiwa di sana. Akhirnya Sergei di pecat, bahkan izin beroperasinya sebagai Dokter pun dicabut. Dengan demikian, nama Sergei telah di black list oleh seluruh rumah sakit.

Theodor merasa kelelahan begitu mendapatkan gambaran ingatan Diandra. dia menjauhi Gadis itu, bermaksud untuk duduk di sofa yang letaknya tak jauh dari pintu berada.

Shuuuuuuuuuu.....

Entah angin dari mana tiba-tiba menerpa wajah Theodor. Lamunannya buyar ketika dia merasakan dinginnya lantai. Aneh, padahal dia duduk di atas sofa.

"Theo...kita kembali ke rumah sakit tempat Diandra bekerja lagi" kata Nauctha tak jauh dari Theo duduk. Pria itu terkejut melihat dirinya dan ke tujuh temannya terbawa kembali ke dimensi lain!

"Guys..., firasatku tidak enak soal ini. Jangan berpencar oke, sebentar lagi Diandra dan seorang Dokter bernama Marcus akan tiba. Aku khawatir kejadian setelah itu" kata Theodor tegas. Semua orang mengangguk dan merapat satu sama lain.

"Kau berkomunikasi dengan penghuni dari dimensi ini?" tanya Zack pelan di sebelah Theo. Anggukan kecil Theo, mengindikasikan masalah baru sedang mengintai mereka semua.

Gledek...

Gledek...

Gledek...

Benar saja! Tebakan Theo sangatlah akurat mereka melihat Diandra menggunakan seragam Suster mendampingi seorang Dokter tampan yang membawa pasien masuk ke dalam. Lagi-lagi Diandra dan Theo saling berpandangan tetapi kini Theo bergegas mendekati Marcus. Theo menepuk bahu Marcus, sekilas dia pun melihat potongan ingatan Marcus tentang sebuah keluarga kecil harmonis. Keluarga milik sang Dokter bernama Marcus Sanders.

Next chapter