webnovel

CH.285 Hari-H

Kalau ada yang protes kenapa aku mengeluh, katakan protes itu kepada para monster sialan itu. Kenapa juga sih monster harus muncul di dunia ini, dan orang-orang memilih untuk tetap tinggal di dunia ini walau mengetahuinya sejak awal?

Bisa saja bukan orang menghindari keberadaan monster dan tidak meninggali dunia ini. Tunggu, aku jadi mengingat di dunia Terra pun waktu itu bukankah ada keberadaan monster juga? Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya selain setelah aku menjadi anggota Dark Society.

Pada akhirnya banyak misteri yang tidak dapat diselesaikan dengan mudah tanpa mencari tahu banyak hal sampai terlalu berlebihan terlebih dahulu. Dunia ini aneh, dunia mana pun aneh, semuanya dipenuhi oleh masalahnya masing-masing.

Semua persiapan yang sudah kubuat sebelumnya membuahkan hasil, sekarang aku dan banyak orang sedang menunggu di dekat medan perang. Seperti yang sudah kubicarakan, aku mengatur penjaga pribadiku untuk mengecek dari gedung yang tidak jauh dari situ dan mengawasi keadaan.

"Rasanya tanganku sudah gatal ingin memukul para monster itu. Namun kenapa monster-monster itu harus sangat kuat dan sulit dilawan?"

"Memang kalau mudah kenapa kita ada di sini? Lagipula kita tidak akan peduli kalau itu adalah hal mudah dan membiarkan mereka atau orang lain yang bekerja."

Huh, tidak salah juga sih kata Shin soal itu, kalau lawan kami lemah, buat apa juga kami ada di sini membantu? Kami ada karena ini sudah di luar kontrol pemburu biasa. Para pemburu di sini semuanya masih tingkat bawah sejak pertama kali aku menangani portal saja, jumlah monsternya baru puluhan sampai ratusan per portal.

Namun sejak kehadiranku di sini, portal-portal justru malah tergabung dan menjadi portal yang lebih mengerikan lagi. Ini pertama kuketahui sejak aku menangani monster-monster bersama Shin dan mencoba masuk ke dunia di balik portal, hanya saja di luar dugaan kami tidak ada monster apa pun di situ.

"Sudahlah, percuma juga dipikir terus-menerus, hanya melelahkan otak saja. Sayang juga kenapa menanyakan hal yang sudah pasti juga sih?"

"Ya mau bagaimana lagi, kita saja waktu itu menangani 2300an musuh saja sudah kesulitan. Sekarang malah muncul 3800 lebih."

Dibilang aku panik, tidak juga, hanya saja aku perlu waspada tingkat tinggi karena yang ada semakin lama semakin memburuk situasinya. Sekarang aku perlu rencana yang tidak boleh ada celahnya sama sekali atau yang ada semuanya akan terpukul mundur dengan mudah.

Kali ini aku pakai rencana yang kurang lebih sama dengan yang kupakai kemarin, tetapi untuk suatu alasan lebih efektif pastinya. Ingat bahwa aku sudah melatih anak-anak Shin dan Lala bersama mereka sendiri dan Jurai? Ditambah juga kekuatan pasukan dari pemburu lokal yang sudah mengetahui keberadaan portal yang akan terbuka hari ini.

Semua persiapan yang sudah kulakukan sebelumnya dan rencana ini akan membawa kami semua dalam kemenangan, dengan pasti. Tidak akan kubiarkan monster-monster itu merajalela dunia ini seperti mereka dulu pada awalnya. Aku masih ingin hidup di sini, setidaknya untuk sementara sebelum aku mencari tujuan lain.

"Hmm? Oh, kelihatannya para pertarung kita dari kota kita dan kota tetangga mulai datang satu per satu."

"Tumben gercep, biasanya reaksinya akan lambat bahkan setelah portal terbuka. Kali ini portalnya belum terbuka saja sudah siap."

"Kalian memang melupakan bahwa aku sudah mempublikasikan bahwa hari ini akan muncul portal walau tidak ada jam pastinya?"

Semuanya tidak ada yang kulupakan, tidak akan kubiarkan diriku sendiri membuat kesalahan teknis yang berakibat fatal. Lagipula rencana ini mungkin lebih baik daripada yang kukira. Tingkat terpojoknya mungkin ada, jumlah seperti ini tidak menutup kemungkinan bahwa musuh bisa membunuh setidaknya satu dari pasukan kami.

Namun kalau mau boleh dibilang, semuanya ini adalah perjuangan, tidak ada yang gratis di dunia ini. Lakukanlah walau kau mendekati kata kematian, itu yang sering dilakukan orang. Jika benar-benar terpojok, maka orang akan mengerahkan segalanya bukan?

"Oh ya, aku melupakan itu. Namun aku harap kita tidak perlu menunggu terlalu lama seperti yang kemarin."

"Tenang saja, kali ini tidak akan selama itu. Aku juga sudah mengembangkan prediksi yang dibuat oleh IAI dan pegawaiku. Seharusnya sekitar 10 menit lagi. Maka dari itu persiapkan diri saja kalian. Aku akan memberi tahu yang lain."

Tanpa berlama-lama aku langsung saja menyuruh IAI untuk meretas tampilan yang terpampang besar di gedung dekat sini. Sebagai ganti untuk kameranya, aku menggunakan Pentarundum untuk hal itu. Santai saja, untuk masalah meretas, aku tidak pernah meninggalkannya begitu saja, sejumlah kompensasi selalu kubayarkan ke pemerintahan.

Cepat saja aku menyampaikan kepada semua yang sudah datang ke tempat ini. Tentu saja, aku tidak akan berdiam diri dan masuk ke dalam perang. Sebagai gantinya, segala yang di bawah tingkat evolusi empat akan kuserahkan kepada para pemburu lainnya.

Tujuanku jelas untuk menghabisi semua monster itu, tetapi kalau aku mengalahkan semuanya itu akan membuang tenaga dan waktu. Dengan seperti ini, seharusnya semuanya berjalan lebih efisien. Itu artinya pada gelombang- gelombang awal musuh datang, aku akan menyerahkan sepenuhnya ke para pemburu. Kalau dibutuhkan dengan memaksa, baru kami ikut campur.

"Tuan, ada balasan mengumpulnya mana di sekitar sini dengan cepat. Kemungkinan besar portal akan segera terbuka dalam waktu semenit."

"Baiklah, persiapan juga sudah selesai. Untuk jaga-jaga, sebaiknya aku menyiapkan pistol selaras panjang juga."

Tidak semua musuh bisa dikalahkan dengan pedang atau sihir, aku akan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada juga. Pistol laras panjang atau yang biasa dikenal dengan nama Magnum Revolver akan menjadi teman mainku di saat terpojok.

Karena revolver menggunakan peluru 9mm, jumlah peluru yang bisa dipakai tanpa mengisi ulang itu akan sangat terbatas, hanya enam peluru. Sedang pertarungan seperti ini tidak akan memberikan kesempatan bagiku untuk berhenti sejenak kecuali bertukar tempat.

Makanya sudah kupikirkan pistol ini hanya akan kupakai di saat darurat saja. Tidak masalah bukan berhati-hati walau tidak perlu terlalu tegang. Pada akhirnya semuanya perlu masuk ke dalam perencanaanku supaya benar-benar terpenuhi dengan benar.

"Hoo, yang kita tunggu-tunggu sudah muncul. Semua pasukan bersiap."

"Dimengerti!!"

Pasukan yang kumaksud adalah para penembak jitu dan pembawa senjata api semi-automatic. Dua pasukan ini sudah menjadi bagian dari perusahaanku, Guirusia.co. Untuk suatu alasan, aku melatih mereka supaya berguna di saat seperti ini.

Mereka semua punya tugasnya masing-masing tentu, tetapi mereka sudah kusuruh untuk tidak bergerak kalau benar-benar dibutuhkan. Para penembak jitu bertugas untuk mendampingiku nanti saat musuh tingkat evolusi tinggi, seperti tingkat evolusi tujuh yang keras itu muncul. Sekeras apa pun kulitnya, dengan ledakan yang diciptakan oleh peluru kaliber 50.

Sniper ini biasa dikenal dengan nama Barrett M82. Walau pelurunya terhitung ringan, dampak serangan yang diberikan cukup untuk mengatasi monster yang menyulitkan. Karena harga pelurunya jauh lebih terjangkau, jadi bukan masalah kalau sedikit boros.

Pasukan yang kusiapkan jumlahnya 5 penembak jitu, dan 18 pasukan berjalan. Pelatihan yang sudah disimulasikan terus saja mereka alami sebelumnya, jadi kurang lebih mereka tahu cara menangani monster-monster ini sesuai dengan jenis dan tingkat evolusinya.

Oh ya, untuk suatu alasan setiap tingkat evolusi, para monster memiliki cara bekerjanya masing-masing, seolah-olah lebih unik. Dan bahkan setiap jenis dari setiap tingkat evolusi pun berbeda, tetapi masih memiliki kemiripan.

Contoh saja, untuk monster tingkat evolusi tujuh, salah satu yang pernah kulawan itu punya pertahanan yang kuat dan gerakan yang jelas. Jadi kemungkinan besar pada tingkat evolusi yang sama walau beda jenis, salah satu dari sifat itu akan muncul.

"Kalau begini kurasa pekerjaan kita memang mengacu pada monster-monster yang besar ya? Entah kenapa mengetahui ada pasukan penembak jitu, aku jadi ingin membunuh semua monster sialan itu dengan sniper juga."

"Hmm? Ambil saja kalau begitu di bagasi mobil itu. Aku menyimpan persenjataan api semua di mobil itu."

Sebagai persiapan, senjata api sudah selalu kusimpan beberapa yang menjadi kesukaanku di mobil yang sudah kumodifikasi dengan tujuan untuk melindungi dari serangan peluru bahkan ledakan kecil. Untuk gigitan monster, kurasa itu tidak akan memberikan kerusakan.

Namun sekali lagi, tidak pernah ada salahnya kalau aku bersiap-siap akan segala kondisi. Bagaimana pun dunia itu kejam, dan itu mengacu pada tindakan Kuroshin yang seolah-olah melihatku dan mencemoohkanku.

Untuk sekarang aku bisa menahannya, setidaknya sampai masalah monster-monster ini tuntas selesai. Masa hidupku lama kok, yang lainnya pun begitu. Kurasa hidup seribu tahun pun lagi dengan tubuh yang sama masih memungkinkan. Asal tidak terbunuh saja, aku masih bisa dilukai.

Tubuh ini tidak immortal, tetapi masih setengah immortal. Normalnya manusia akan mati juga karena menua. Namun dengan half-immortal seperti kami pada dewa, tidak akan mengalami mati karena menua. Juga penyembuhan kami lebih cepat, walau hanya berlaku pada serangan fisik dari luar, bukan organ dalam.

"Ohhh!! Kau memang cekatan Sin. Terakhir kali aku memegang senjata api itu ratusan tahun yang lalu dan itu hanya pistol. Sekarang aku bisa memakai sniper."

"Hati-hati gunakannya. Dan kalau naik ke atas gedung terlalu lama, naiklah ke atas truk itu. Seharusnya ketinggian segitu sudah memberikan perbedaan jelas."

Sebenarnya aku juga ingin menggunakan senjata api untuk melawan musuh, itu rasanya menyenangkan dan melegakan. Namun kontrolnya akan susah, ditambah recoil setiap hentakan peluru itu besar bahkan untuk senjata semi-automatic.

Jelas-jelas itu akan membabi buta memang, tetapi tidak akan mudah membedakan mana teman dan mana lawan. Pada akhirnya aku sudah cocok dengan teknik bertarung dengan pedang. Sejauh ini baju zirah tipis, tetapi kuat karena bahannya dari admantium itu membantuku juga.

Perang ini akan kumenangkan, dan yang lainnya juga akan kubabat habis. Dengan baju zirah ini, lima ratus pedang produksi massal, Akinator, Zero Eye Zero, kalung The Goddess Love, dan senjata andalanku yang sering kupakai, Etaribun serta pistol sebagai jaga-jaga, aku akan masuk dalam mode menyerang penuh setelah ini.

ตอนถัดไป