webnovel

CH.183 Menyombongkan Diri

Begitu kami bertiga pulang dari bertarung melawan monster-monster yang bahkan tidak bisa melawan balik, kami langsung disambut oleh beberapa anak-anak Shin dan Lala termasuk Tsuzumi yang terakhir kali berbicara denganku sebelum aku pergi.

Dengan bantuan anak-anak Shin dan Lala, kami mengecek tanpa kecurangan dan mencari tahu siapa pemenangnya. Namun hasilnya membuatku begitu kesal, sangat kesal sekali. Tiada kata yang bisa menjelaskan kekesalan diriku.

"Wahh, mama pemenangnya. Ternyata papa yang dewa asli saja masih kalah dengan mama, tante Rie juga kalah."

"Fufufu, itulah kehebatan mama dibanding papa dan Rie. Sekarang tahu kan seberapa hebatnya mama?"

Wow… hanya wow untuk hal itu. Harga diriku dan Shin jatuh sejatuh-jatuhnya kalah dengan seorang dewi yang mendapat kekuatannya dari Shin juga. Kemampuan Lala memang tidak bisa dipungkiri kuat. Lain kali aku sebaiknya tidak meremehkannya.

Juga kenapa yang seharusnya antara aku dan Shin menjadi Lala pemenangnya. Padahal waktu pulang, Lala hanya menutup mulut dan tidak menyombongkan dirinya. Namun sekarang dirinya sombong sesombongnya.

"Ugh… seharusnya aku tahu kalau selama ini mama memang sekuat ini. Karena biasanya pekerjaan seperti ini diserahkan kepadaku, aku jadi tidak tahu kekuatan asli mama."

"Dasar Shin, kau kalah dengan istri sendiri, mana harga dirimu tadi heh?"

"Memang ke mana juga harga dirimu sebagai yang paling tua? Puluhan ribu tahun hidup, tapi kemampuannya kalah dengan setengah dewi."

Ughh… benar juga, harga diriku jatuh lebih parah daripada Shin. Rasanya jadi sia-sia aku hidup bahkan 100 kali lebih lama, tetapi masih saja kalah. Kurasa kemampuanku menjadi tumpul tidak bertarung selama lima tahun kurang lebih. Sebaiknya mulai dari sekarang aku melatih diriku lebih lagi agar tidak terjadi hal yang sama.

"Papa yang laki-laki, dan Rie yang berarti Sin juga laki-laki kalah dengan perempuan asli dan setengah dewi? Hahaha, penghinaan terbesar mungkin dalam hidup kalian."

"Sudahlah ma, papa tahu kalau papa kalah, tapi gak usah semakin menundukkan papa dong. Lagipula papa menahan diri takut kebablasan menggunakan kekuatan papa."

Huh, alasan yang luar biasa Shin, baru sekarang kau membantah fakta yang jelas-jelas terlihat oleh drone. Namun kasusnya memang sama denganku, atau lebih tepatnya memang aku tidak mampu menggunakan kekuatan maksimalku. Itulah kenapa aku kalah dari mereka berdua dalam pertarungan kali ini.

Alasan jelas kenapa aku tidak bisa menggunakan kekuatanku dengan sepenuhnya adalah tubuh ini sangatlah tidak memiliki kapabilitas untuk menahan kekuatanku, juga mana yang ada, sangatlah terbatas. Tidak heran sebenarnya aku kenapa aku bisa kalah. Namun tetap saja, harga diriku jatuh di hadapan mereka semua.

"Banyak alasan kau Shin. Seharusnya dirimu bisa, tetapi tidak mampu kan kau setelah sekian lama tidak memakainya? Juga harusnya aku yang bilang begitu, tubuh ini terlalu membatasi kemampuanku."

"Benar juga, seingatku tubuh Rie adalah android bukan? Menggunakan kemampuan dewa yang terlalu besar dapat merusak tubuh itu. Normalnya tubuh manusia biasa mampu menahannya karena sudah dilatih sedikit demi sedikit, tetapi tubuh android tidak bisa dilatih dan menjadi kuat."

"Kalau hanya itu sih mudah, tabung mana yang jadi sumber kekuatan sihirku sangatlah terbatas. Jika aku menggunakan lebih atau menguras habis seluruh manaku, aku bisa pingsan dan perlahan-lahan mati."

Kalau dipikir mengerikan juga mati karena kehabisan mana. Aku yang sudah pernah mengalaminya sekali dulu waktu melawan 'Evil Sorcerer Cultist'. Jujur itu pengalaman yang membuatku merasa jangan ada lagi seperti itu. Itu adalah hal terakhir bahkan yang paling tidak kuinginkan.

Orang mempunyai banyak cara untuk mati, tetapi kurasa bagiku sendiri mati kehabisan mana adalah paling buruk. Coba dipikir, sejak dulu kapasitas mana dalam tubuhku sangatlah besar, itulah kenapa kekuatan dewa atau dewi dapat kugunakan. Namun sekarang, jangan tanya, menggunakan sihir tingkat atas beberapa kali saja membuat jumlah mana yang kumiliki menurun dengan drastis. Ini mana murni, kalau mana tercemar seperti apa?

"Huu, mengerikan juga. Pantas saja Rie menahan diri. Namun kalau papa menahan diri? Kurasa tidak ada alasan yang cocok dan bisa membuat seolah-olah papa benar."

"Ohh ayolah ma. Papa itu memberi kesempatan kepada mama untuk menjadi pemenangnya. Itulah kenapa mama menang, karena papa menahan diri."

"Tentu, tentu, sampai kapan pun mama tidak akan percaya akan ucapan itu."

Hahaha, walau kekalahan ini mengesalkan buatku, tetapi setidaknya ada drama antara Shin dan Lala yang tidak pernah membosankan untuk dilihat. Mereka berdua selalu saja begini, ya wajar saja kalau kehidupan mereka tidak pernah turun ke titik membosankan.

Namun aku jadi penasaran kapan seorang dewa dan dewi mati dalam tubuh manusia? Ada beberapa teori termasuk teori bahwa dewa atau dewi tidak akan mati kecuali bunuh diri, dibunuh, dan lainnya. Di antara semua itu, kurasa hanya mati karena menua yang tidak ada. Atau mungkin teori lainnya yang mengatakan bahwa hanya raja dewa yang dapat menentukan mati dan hidup seorang dewa atau dewi.

"Sudahlah Shin, menyerah saja. Sampai nanti malam, besok, bahkan tahun depan pun kalah ya tetap kalah. Akui saja kekalahanmu seperti diriku. Sakit sih memang, tetapi lebih baik daripada didiamkan oleh istri sendiri kan?"

"Tuh dengerin, Rie aja tahu, masa papa gak tahu dan sadar?"

"Iya, iya, maaf, papa mengaku kalah deh. Namun lain kali papa tidak akan kalah lagi dari mama atau Rie. Rie, bertarunglah lain kali kalau soal batasan-batasan itu sudah bisa kau tangani. Di saat itulah kita akan bertarung dengan adil dan hasil itu baru valid."

Ajakan yang menarik, tentu saja aku tertarik untuk mengetahui kemampuan penuhku seperti apa. Apa aku harus membuat tubuh manusia yang bisa kutempati ya? Tidak, manaku tidak cukup untuk membuat sebuah tubuh yang layak dipakai dan punya semua fungsi layaknya manusia. Sudah kubilang bukan kalau dewa itu bukan mahakuasa yang dapat melakukan segalanya?

Biar nanti aku cari cara lain untuk mendapatkan tubuh yang bisa menampung dan menanggung efek samping kekuatan penuh dewaku. Sebenarnya aku sendiri penasaran dengan kekuatanku, apalagi orang lain. Kekuatanku sekarang saja sudah cukup, apalagi kalau kekuatan dewa yang mungkin 100 kali atau bahkan lebih dari kekuatanku sekarang.

"Tentu saja, tantanganmu kuterima. Di saat itu, kita akan bersenang-senang sekali lagi dengan mengandakan kontes adu kemampuan lagi."

"Ahh bertarung membuatku lapar, ma, masakin buat papa dong. Sampai kami selesai makan, Rie bisa menunggu di tempat biasanya."

Memang diketahui dengan jelas ya bahwa aku paling menyukai pohon dan alam. Tempat biasanya yang dimaksud Shin adalah pohon rindang yang ada di luar rumah ini. Karena pohon di sini sudah hidup lebih dari tahun-tahun hidupku, jadi tinggi pohon ini, dan juga lebar jangkauan dahan-dahannya membuat sinar matahari hampir tidak bisa masuk. Kalau aku manusia biasa, kuyakin aku akan terlelap tidur begitu membaringkan tubuhku di situ dan menutup mata hanya untuk lima menit saja.

"Baiklah, nanti kabari aku kalau kalian sudah selesai. Nanti kita lakukan hal menarik lainnya. Aku merasa senang sekali karena pertarungan ini."

"Hal menarik ya? Oke, nanti aku akan tunjukkan yang lain, tenang saja. Kalau bersama kami, Rie dijamin bisa tersenyum dengan mudah dan hatimu senang tanpa gagal."

"Terima kasih, itu sangat berarti buatku."

Normalnya orang hidup dan terus bertahan hidup pasti memiliki sebuah tujuan bukan? Contohnya ingin punya keluarga dan anak dua, atau ingin menggapai cita-cita. Setiap tujuan yang tercapai, pasti akan mendatangkan tujuan baru yang sama sulitnya atau yang lebih sulit. Namun tidak pernah kudapati orang sepertiku yang menjadikan teman-temanku sebagai tujuan hidupku.

Ada sebab kenapa aku melakukan ini, karena hanya dengan teman-temanku saja aku bisa tersenyum lepas. Tidak banyak orang mengetahui diri asliku bukan? Itulah kenapa dengan orang yang mengenalku sepenuhnya aku tidak perlu menahan diri karena mereka sudah tahu dan kalau memang belum pasti akan tahu.

Arti teman bagiku lebih dari seseorang yang ada di sampingku, arti keluarga untukku lebih dari orang yang selalu ada di sampingku, arti hidupku sendiri lebih dari sekedar paksaan. Sama seperti kalau kita di dalam tempurung, selama tidak mencoba keluar dan melewati batasan, kita tidak akan tahu dunia luar seperti apa. Makanya aku tidak pernah berhenti mencoba.

"Fuh, tenangnya di bawah pohon rindang ini. Kapan ya aku bisa memenuhi impianku ini ya dan mempunyai rumah dan halaman yang penuh dengan semua yang hijau?"

"Tante bolehkah aku di sini bersama tante?"

"Oh Tzusumi, tentu saja, duduk atau tiduran sini di samping tante."

Anak-anak Shin dan Lala tumbuh menjadi pribadi yang begitu luar biasa. Namun di antara semuanya, Tzusumi itu yang paling muda, penampilannya seperti anak berumur 12 tahun. Hanya dirinya yang sifatnya masih terbawa seperti anak-anak, mungkin karena dirinya mengalami hal buruk sejak awal hidupnya dan akhirnya terbawa manja ke papa dan mamanya.

"Oh ya, papa dan mama Tzusumi kan sedang makan, Tzusumi tidak ikut makan juga? Ini sudah siang lho?"

"Tidak apa-apa kok, tadi Tzusumi sudah makan masakannya Yuuna-oneechan. Namun Tzusumi terkejut lho ternyata tante kuat juga dan bisa mengalahkan banyak monster sama seperti papa dan mama."

"Kalau dibandingkan dengan papa dan mama Tzusumi, tante masih kalah. Papa dan mama Tzusumi hebat ya? Keseharian mereka dipenuhi dengan tawa dan canda, tidak seperti tante."

Terkadang aku berpikir, apa aku boleh dan layak iri kepada mereka? Jujur aku iri, sangat iri kepada Shin dan Lala yang kehidupan keluarganya walau banyak masalah yang menghadang, tetapi mereka berujung kebahagiaan. Namun aku? Tidak pernah kualami yang baik dalam hidupku dari dulu sampai sekarang. Setiap masalah di seluruh kehidupanku berujung jelek.

"Tidak kok, tante juga luar biasa. Kalau tante mau berjuang, tante bisa lebih kuat dan menjadi sangat bahagia dibandingkan papa dan mama."

"Hahaha, tante jadi dinasihati dengan Tzusumi yang lebih muda jadi malu nih. Terima kasih ya?"

"Hehehe, sama-sama, tante harus bangga dengan diri sendiri, harus!"

"Baiklahhh!! Tante akan berjuang! Hehe."

ตอนถัดไป