Suara Galang terdengar kaku, dan dia dapat merasakan napas pria itu di wajahnya.
"Kenapa kau tidak lari, eh?" ujarnya sambil menyeringai pada Luna.
Sedangkan, Luna menelan ludahnya dan tersenyum dengan gugup. "P-paman, aku hanya bercanda."
Roki yang masih dalam pelukan Luna di dadanya hanya memandang keduanya dengan mata kuningnya.
Galang menyipitkan matanya dan berkata, "Katakan sekali lagi. Apa yang harus dibeli untuk kucing kecil ini? Tidak perlu membelikannya banyak barang tidak berguna."
Luna cemberut saat Galang menjadi pelit pada Roki. Kemudian, dia mengangkat kedua alisnya dan berkata, "Apa Paman tidak bisa menebaknya?"
Galang menyampirkan rambut Luna ke belakang telinganya. "Kau mau main-main denganku lagi, hm?"
Luna menghela napasnya dan dia menyerah. "Paman, aku salah."
"Apa?" tanya Galang pura-pura tidak mendengarnya.
"Seharusnya aku … tidak menggodamu" ujar Luna dengan suara pelan dan memejamkan kedua matanya.
Galang yang melihatnya tersenyum.
Luna membuka kedua matanya dan kembali melanjutkan, "Aku tahu bahwa aku salah, dan aku menerima hukuman darimu."
Gadis itu kembali memejamkan kedua matanya dan menundukkan kepalanya ketika dia selesai berbicara.
Galang perlahan mendekatkan wajahnya ….
Sedangkan, Luna merasa aneh saat merasakan bulu-bulu lembut di bibirnya.
Galang yang juga merasakan bulu-bulu lembut di bibirnya, membuka kedua matanya, dan terkejut saat melihat satu tangan kucing kecil berbulu di antara bibir mereka berdua.
Luna ikut tidak kalah terkejut saat membuka matanya, dan melihat satu tangan Roki sudah berada di bibirnya.
Galang tiba-tiba bangkit dari ranjang, menatap kucing itu kesal, berbalik dan dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi.
Luna yang masih berbaring di ranjang, menunduk dan menatap kucing kecil itu, kemudian menyeringai dan terkekeh.
"Roki! Aku bangga dengan keberanianmu tadi itu! Hahahaha."
Setelah itu, Luna bangkit dan turun dari ranjang menaruh Roki di ranjangnya.
Namun, saat berdiri di depan kamar mandi, tangannya ditarik seseorang dari kamar mandi.
Tubuhnya segera dihimpit Galang di dinding dan saat pria itu akan menciumnya, terdengar suara ponsel.
Galang berhenti dan mengambil ponsel di sakunya, kemudian segera melepaskan Luna, lalu mengangkat teleponnya.
Luna menghela napas lega. Dia berpikir jika bukan karena telepon tadi, dirinya tidak tahu akan diapakan Galang tadi.
____________
Keesokan harinya, Luna merasa sangat pusing di dalam kelasnya sedari tadi. Dia tidak menyangka, setelah menerima panggilan teleponnya, Galang menghukumnya dan mereka berciuman selama hampir setengah jam kemarin! Luna tidak tahu jika Galang menjadi sangat cemburu pada Roki hingga seperti itu.
Tiba-tiba seseorang berada di depannya sambil membawakan sebuah minuman yang berisi teh hangat.
Luna mendongak dan melihat Rangga yang tersenyum sambil menyerahkan minuman itu padanya.
"Apakah kau tidur nyenyak tadi malam?" tanya pemuda itu.
Luna menerimanya dan tiba-tiba kembali teringat kejadian tadi malam saat Roki dengan berani menghentikan ciuman Galang, yang membuatnya terkekeh kecil.
Sore harinya, dia melihat Ezra berjalan melewati kelasnya dengan senyuman ramah di wajah tampannya.
Orang yang duduk di sebelahnya hanya mendesah pelan dan bertanya, "Apakah kau menyukainya?"
Luna tidak menjawab selama beberapa saat, kemudian dia menoleh ke arah pemuda yang duduk di sampingnya.
"Rangga, jangan memikirkan hal yang aneh-aneh, deh" ujarnya dengan nada kaku.
Rangga tersenyum dan membalas, "Kau tidak menjawab pertanyaanku. Tadi, aku melihatmu melihat Kak Ezra lama begitu. Aku pikir kau suka padanya."
Luna hanya terdiam dan menghela napasnya.
Saat bel pulang berbunyi, dia bergegas keluar dari kelas dan berjalan menuju depan gedung sekolahnya.
Luna masuk ke dalam mobilnya dengan lemas, dan kemudian duduk di kursi belakang.
Dia bersyukur, kali ini tidak ada pamannya yang menjemputnya.
Ponselnya berdering, lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya, dan tanpa melihat nama si penelpon, Luna segera mengangkatnya.
Dia dapat mendengar suara seorang perempuan yang menangis dan ketakutan. "L-luna! hiks, Paradise Club kamar 408-selamatkan aku!"
Luna tertegun saat mendengar suaranya yang terdengar panik. Kemudian dia berkata, "Anya?" setelah melihat nama si penelpon di ponselnya.
Tiba-tiba Anya langsung mematikan teleponnya yang membuat Luna bingung.
Entah kenapa dia tidak menyukai Anya, teman dari pemilik aslinya.
Tapi, untuk saat ini dia berpikir jika ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada Anya.
Setelah memikirkannya, wajah Luna menjadi tenang dan dengan suara kaku berkata pada orang di depannya, "Pak Hilman, antar aku ke Paradise Club."
Sedangkan, Hilman yang mendengar permintaan Luna, memegang setirnya dengan erat, terkejut. "N-nona ... Nona Luna, kenapa pergi ke Paradise Club?"
Pria itu panik saat nonanya berkata ingin ke Paradise Club setelah sekian lama. Luna memang sering pergi ke sana dulu, sebelum perilaku gadis itu berubah, dia tidak pernah ke Paradise Club lagi.
Apa Nona Luna sudah kembali pada dirinya dulu?
Tuan Galang jika tahu ini, bisa-bisa dia marah! batin Hilman panik.
"Aku ada urusan di sana" ujar Luna tenang pada Hilman.
Gadis itu masih belum tahu apa yang terjadi dengan Anya di sana, dan tidak ingin menjawab terlalu banyak pada Hilman.
Sedangkan, Hilman lebih panik.
Jika Nona memang ada urusan di sana, bagaimana nasibku nanti jika Tuan Galang tahu aku mengantarmu ke sana!
Namun, pria itu tetap tersenyum dan bertanya lagi pada Luna dengan hati-hati, "Baiklah, Jika Nona punya urusan di sana, apa Anda tidak mau memberitahu Tuan Galang dulu?"
"Tidak" ujar gadis itu singkat.
Hilman tidak bisa berkata-kata dan mau tidak mau menuruti Luna. Kemudian, dia segera menyalakan mobil dan pergi menuju tempat yang disebutkan Luna tadi.
_______
Di tempat yang berbeda, di ruangan 408, Anya menutup teleponnya dan menatap pria botak dengan wajah berminyak di sofa atasnya dengan wajah kaku.
"Tuan Wisnu, teman baikku akan segera datang. Tunggulah" ujarnya pada pria itu.
Pria bernama lengkap Wisnu Jatiraja memandang Anya yang sedang berlutut di bawahnya sambi menyeringai jahat. "Aku sudah memberitahumu. Jika temanmu itu tidak bisa memuaskanku, aku akan membuatmu lebih menderita dari ini!"
Anya mendengar kata-kata itu menjadi panik, namun segera menenangkan dirinya dan kemudian berkata dengan ramah, "Tuan Wisnu, aku tidak bohong padamu. Temanku itu sangat pintar, juga lebih seksi dan cantik dariku!"
Namun, dalam benaknya Anya ingin muntah saat memuji-muji Luna. Dia merasa jika Luna tidak lebih baik dari dirinya.
Tapi, saat kembali memikirkan nasib Luna, Anya menyeringai.
Tiba-tiba, dagunya dicengkram dengan kuat oleh Wisnu. Pria itu tersenyum padanya dan berkata, "Benarkah? Tapi, bukankah kau mengatakan jika dia adalah sahabatmu? Kau sungguh kejam padanya, Anya! Kau benar-benar gadis licik!"
Wajah Anya menjadi kaku sejenak, dan kemudian dia kembali tersenyum. "Aku bukan perempuan seperti itu, bagaimana aku bisa mengirim sahabatku sendiri untuk memuaskanmu? Kenapa kau bisa berkata seperti itu?" katanya dengan sarkas. Padahal, dirinya memang niat menjebak Luna.
Wisnu tertawa dan membalas, "Kau sangat baik padanya. Sebelum dia datang, aku ingin kau memuaskanku dulu." Kemudian dia mengangkat tubuh Anya dan mendudukkannya ke pangkuan, lalu mencium bibirnya dengan kasar.
Anya mengerang kesakitan dan mual saat dapat merasakan bau alkohol pada mulut Wisnu. Namun, dia hanya diam dan membiarkan pria itu menciumnya dengan kasar.
Dia semakin membenci Luna, terutama Galang. Anya membenci kehidupannya yang sudah hancur karena pria itu.
Dia tahu bahwa jika dia dikirim ke Metropolis, kehidupannya akan berakhir. Jadi, saat anak buah pria itu akan mengirimnya ke Metropolis dengan kapal, Anya menggoda kapten di kapal itu.
Alasannya adalah agar ada orang yang mau membelanya, tetapi anak buah Galang mengetahuinya, dan saat mereka akan memukulnya, Anya nekat melompat dan terjun ke laut.
Kemudian, dia berenang dan berjuang sekuat tenaga, hingga dia bertemu dengan kapal lain dan diselamatkan.
Baru setelah itu, dirinya bisa kembali ke Jakarta.
Selama ini, dia berpikir untuk membalaskan dendamnya pada Galang. Dia menyusun kekuatan dan mencari koneksi di Paradise Club, tempat orang-orang kaya bersenang-senang, dengan bekerja sebagai wanita penghibur di sana.
Dan akhirnya, dia bertemu dengan seorang pria kaya, Wisnu Jatiraja di sini.