Luna melotot saat melihat Rangga yang memakan tahunya langsung dari sendoknya! Itu adalah sendoknya, yang dia gunakan untuk makan dan itu sudah bekas dirinya! air litunya!
Namun, jika dia benar-benar menciumnya, sudah pasti Rangga akan dipukul oleh Luna, jadi dia tidak melakukannya karena itu akan membuatnya terlalu agresif dan gadis itu malah menjauhinya.
Ezra, di sisi lain yang melihat semua interaksi antara LUna dan Rangga tadi hanya diam, namun dalam hatinya ada rasa kesal saat melihat pemuda itu dengan lancangnya memakan makanan Luna dan melihat betapa dekatnya mereka.
Pemuda itu mengulurkan tangannya dan mengambil sendok dari tangan Luna, menggantinya dengan sendok yang baru, dan menyerahkannya pada gadis itu sambil berkata, "Untungnya, aku ada sendok cadangan."
Rangga yang melihatnya langsung menatap Ezra dengan pandangan tidak suka, tapi sepertinya pemuda itu tidak melihat ekspresi kesalnya dan kembali makan dengan tenang.
Kemudian, semuanya kembali makan makanan mereka. Setelah makan, mereka kembali melihat proses latihan anggota seni pentas hingga sore hari.
Sedangkan Rangga hanya tersenyum menatapnya sambil mengunyah makanannya dengan santai. Pemuda itu ingin sekali mencium Luna saat mengetahui ekspresi gadis tadi. Sungguh sangat imut!
Sedangkan, di sisi Lain, ada kepanikan di Perusahaan Mahardika saat ini.
Semua karyawan yang berada di sana dibuat panik karena sedari tadi direktur mereka, Galang, seperti sedang tidak memiliki mood yang baik.
Mereka gemetar saat melihat manajer wanita keluar dari ruangan direktur dengan air mata dan isakan.
Melihat itu, salah satu sekretaris Galang menggelengkan kepalanya dan berkata pada rekan kerja di sebelahnya dengan pandangan prihatin, "Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang panjang dan melelahkan. Lihatlah, Bu Manajer sampai menangis begitu. Huft, aku tidak tahu apa yang dikatakan Si Bos sampai membuatnya menangis seperti itu."
Sekretaris yang lain juga menghela nafasnya dan menjawab, "Sepertinya kita tidak boleh membuat marah Pak Galang, kalau tidak bisa-bisa kita juga kena semprot sepertinya."
Sekretaris yang lainnya tampak ketakutan. "A-aku belum pernah melihatnya sangat marah begitu. Bu Manajer tadi saat rapat memang menjatuhkan laptop dengan tidak sengaja, mungkin itu yang membuatnya marah. Tapi, tidak seperti biasanya hingga membuatnya menangis. Pasti ada hal lain yang membuatnya sangat marah, kan?"
"Mungkinkah rahasia perusahaan dicuri? Atau sahamnya jatuh?" lanjutnya sambil memandang pintu ruangan direktur dengan ketakutan dan tangan yang gemetar.
"Aih. Bagaimana kutahu? Mending kau harus mempersiapkan dirimu, mungkin kau yang akan kena omelannya nanti!" Seorang sekretaris mengingatkan.
Para sekretaris tiba-tiba mendengarnya dan mereka menelah ludah dengan gugup, tidak bisa membayangkan betapa marahnya direktur mereka nanti.
Sedangkan, saat ini Galang, dalam kantornya sedang duduk diam memandang sebuah foto dalam ponselnya.
Matanya menyipit menatap foto yang memperlihatkan seseorang yang dari postur tubuhnya dia tahu itu adalah Luna dengan seorang pemuda tinggi yang dia tidak tahu siapa namanya. Mereka berdua tampak berciuman.
Dia sangat marah saat tiba-tiba mendapatkan pesan yang berisi foto tu dari seseorang yang tidak dikenal. Tidak ada nama di nomor itu dan nomor itu memang sering menelponnya, tapi dia tidak pernah mengangkatnya
Itulah pertama kalinya orang tidak dikenal itu mengirim sebuah foto yang membuatnya sangat marah.
Gadisnya, gadis yang dia rawat dan jaga dengan baik sedari kecil, bisa-bisanya dicium oleh pria lain!
Sesudah melihatnya, Galang langsung menelepon Luna untuk meminta penjelasan foto itu padanya, namun berkali-kali dia menelpon, Luna tidak menjawab.
Dia bertambah kesal dan sedari tadi menahan amarahnya hingga sore hari di kantornya. Mungkin, sedikit uring-uringan pada karyawannya.
Galang sangat marah hingga dirinya ingin membunuh pria yang ada di foto itu, namun Galang masih memikirkan perasaan Luna. Dia tidak boleh gegabah dan menyakiti Luna, atau gadis itu akan menjauh padanya.
_______
Sekolah sudah berakhir beberapa waktu yang lalu dan Luna sudah selesai mengawasi latihan anggota pentas seni sekolahnya bersama Rangga dan Ezra.
Jadi, dia ingin pulang sekarang.
Saat mengeluarkan ponsel dari tasnya, ponsel itu langsung mati saat dia kan menyalakannya. Ternyata baterainya sudah habis.
Luna meletakkan kembali ponsel itu di tasnya dan segera pamit ke dua pemuda yang ada di sana, "Aku pulang dulu, ya."
"Ayo bareng ke depan."
"Ayo bareng ke depan."
Rangga dan Ezra berkata berbarengan.
Luna terkejut sesaat.
"Hm .. kalau begitu ayo pergi bersama-sama" ujar Ezra yang tidak ingin berdebat dengan Rangga saat melihat wajah kesal pemuda itu.
Luna mengangguk dan berkata, "Yuk."
Mereka bertiga keluar dari aula dan berjalan ke arah koridor. Di koridor banyak yang memandang Luna dengan iri yang berjalan berdampingan dengan dua pangeran sekolah saat mereka berjalan melewati beberapa siswa yang masih ada di sekolah.
Saat ketiganya sudah keluar dan berada di depan gerbang sekolah, Luna pamit dan melambaikan tangannya pada keduanya, berbalik dan berlari kecil ke arah sebuah mobil hitam yang terparkir di seberang jalan.
Saat sudah sampai di dekat mobilnya, Luna membuka pintu belakang dan terkejut saat melihat pamannya yang sudah duduk dengan tenang di kursi belakang.
Dia tersenyum dan menyapa pria itu, "Hai! Paman!"
Setelah duduk di sebelah Galang, entah mengapa udara di dalam mobil lebih terasa dingin dari biasanya. Luna agak menggigil dan mengusap-usapkan lengannya.
Tiba-tiba, Luna dapat mencium aroma kayu pinus bercampur mint dan melihat Galang yang mendekatkan tubuhnya padanya.
Galang mengulurkan tangan dan mengangkat dagu Luna dengan satu tangannya, kemudian menggosok pelan bibirnya dengan ibu jarinya sambil berkata dengan nada kaku, "Apa yang kau lakukan di sekolah hari ini?"
Suaranya sangat rendah dan tidak terlihat ada emosi di wajahnya.
Luna hanya terdiam dan saat bibirnya di perlakukan seperti itu, dirinya kembali teringat Galang yang menciumnya tadi malam dan itu membuatnya tersipu malu.
Namun, di mata Galang itu terlihat seperti Luna yang malu karena telah dicium oleh pria lian tadi. Pria yang ada di dalam foto!
Luna berdehem sedikit dan berkata padanya, "Uhm … tadi pelajaran sebentar, lalu sisanya mengawasi latihan anggota seni pentas sekolah ..."
"Apa lagi?" tanya Galang.
"Tidak ada lagi."
Luna ingin melepaskan tangan pria itu, tapi Galang memegang dagunya dengan kuat.
Kenapa sih, Paman selalu menyentuh bibir?! tanyanya dalam hati.
Galang melepaskan dagunya, kemudian mengeluarkan ponselnya dari salah satu saku jasnya dan menunjukkannya pada Luna. "Kenapa kau tidak menjawab teleponku?" Luna tercengang dan segera bertanya, "Paman meneleponku? Ah, aku tidak tahu karena ponselku mati."
Pria itu menyipitkan matanya, kemudian terlihat mengklik sesuatu pada layarnya dan memberikan ponsel itu ke Luna.
"Jelaskan!" kata Galang dengan nada kaku.
Luna mengambil ponsel itu dan agak terkejut saat melihat sebuah foto yang ada di sana, dia menatap Galang dan bertanya dengan gugup, "S-siapa yang memfoto ini? Bagaimana bisa .."
"Jadi, itu benar!" Galang kembali mencengkram dagunya dengan kuat saat melihat kegugupan gadis itu setelah melihat fotonya.
"Aw .. P-paman … sakit" erang Luna kesakitan.
Ibu jarinya menekan dengan keras di bibir kecil gadis itu.
"Aku tidak ingin menyakitimu. Apa yang bisa kulakukan, hah?" ujar Galang dan kemudian langsung ,mencium bibir Luna dengan rakus.
Itu adalah ciuman yang hampir kasar. Satu tangannya merengkuh leher Luna dan Galang memperdalam ciumannya, sedangkan satu tangan yang lain memeluk tubuh Luna dengan erat.
Luna tidak bisa melepaskan rengkuhan kuat itu, tenaganya jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan tenaga Galang.
Sedangkan, Hilman yang sedari mendengarkan percakapan mereka, saat melihat Galang dan Luna dari kaca spion di depannya, dia terkejut dan tidak sengaja membelokkan setir mobilnya.
Fero yang duduk di sebelah Hilman juga terkejut saat tiba-tiba mobil berbelok dengan keras. Namun, untungnya mobil berhasil dikendalikan kembali oleh Hilman.
Hilman dan Fero saling berpandangan untuk sesaat dan kembali memandang kedua pasangan yang berada di kursi belakang mereka dengan pandangan yang tidak bisa dijelaskan.
Tuan dan Nona Muda mereka ...
Bahkan, guncangan mobil tadi, tidak menghentikan kegiatan panas mereka di belakang.
Galang memeluk Luna dengan erat, terus menggigit bibir dan menjelajahi mulutnya dengan lidahnya, dan dia tidak berhenti saat merasakan rasa manis darah dari gigitannya.
Dia akan menghapus bekas pria itu dari bibir gadisnya!
Galang membuka kedua matanya, saat merasakan air asin dalam ciumannya dan terkejut saat melihat Luna menangis.
Saat melihatnya menangis, entah kenapa dia merasakan sakit di hatinya.
Galang menghentikan ciumannya dan melepaskan pelukannya. Dapat dia lihat bibir merah bengkak Luna dan wajah kusutnya juga bajunya yang berantakan. Gadis itu benar-benar berantakan.
Melihat Luna seperti ini, ada perasaan bersalah di hatinya.
Tangannya yang gemetar ingin menghapus air mata di wajah gadis itu, namun dia mengurungkan niatnya.
Galang menjadi panik saat gadis itu menekan gagang pintu mobil di sebelahnya dan tiba-tiba membuka pintu mobilnya dan melompat ke luar. Terjun dari mobil dan jatuh berguling ke aspal dengan keras.
"Luna!" Galang melotot dan timbul rasa khawatir untuk Luna. Dia memandang ke arah supirnya dan memerintah Hilman untuk segera menghentikan mobilnya dengan nada panik.
"Berhenti! Berhenti!"
Sedangkan, Luna dapat merasakan rasa sakit di seluruh tubuhnya, pertama kakinya saat tubuhnya mendarat dengan keras di aspal.
Tapi, dia tidak peduli dan segera bangkit berdiri, kemudian bergegas berlari dengan sedikit pincang dan menahan rasa sakit di kakinya.
Dirinya salah selama ini! Seharusnya dia tidak berusaha menjadi Luna dan menikmati kehidupannya yang kedua ini! Bagaimana bisa dia berurusan dengan pria gila seperti itu! Dirinya ingin pergi menjauh darinya saat ini!