webnovel

Sebuah Misi

Galang mengulurkan garpunya dan menunjuk sepiring udang di depannya. "Kenapa tidak dimakan?" Luna melihat bahwa itu adalah sepiring udang, dan berkata tanpa berpikir, "Aku tidak menyukai udang."

Pria itu hanya diam menatapnya.

Galang heran. Luna itu sangat suka dengan udang, bahkan dia selalu makan udang setiap kali gadis itu makan, dan saat ini dirinya mengatakan bahwa dia tidak suka udang!

Galang meletakkan sendok dan garpunya, kemudian menyilangkan tangannya di atas meja makan, dan matanya tertuju pada Luna.

Saat Gisella dipandang oleh pria itu, dirinya menjadi gugup.

Setelah makan dengan canggung, dia meletakkan sendok, garpunya, dan berkata, "Paman, aku sudah kenyang."

Pria itu hanya berkata, "Naiklah dulu."

Setelah selesai berbicara, Gisella bangkit dari duduknya dan naik tangga menuju lantai atas.

Galang duduk dengan tenang di meja makan untuk waktu yang lama, lalu berdiri dan berkata, "Bibi, bereskan semua ini."

"Baik, Tuan." Bibi Emi yang merasa terpanggil keluar dari dapur dan mulai membereskan meja makan.

Wanita itu juga sudah curiga dengan Luna.

Ada apa dengan Nona Muda hari ini? Dia pulang dengan basah kuyup, berpakaian 'normal', dan tidak bertengkar dengan Tuan Muda.

Pada hari biasanya, dia juga memakan udangnya sampai habis, tapi sekarang Nona Muda bahkan tidak menyentuh udangnya sama sekali.

Namun, Emi tidak berani mengatakannya langsung pada Galang, karena takut pira itu akan malah marah padanya.

Sedangkan, di lain tempat, tepat setelah Gisella mandi dan hendak pergi tidur, dia mendengar ketukan di pintu dan membuka pintu untuk melihat bahwa itu adalah Galang.

Gadis itu juga sudah mendengar dari Hilman jika, 'Luna' dan Pamannya bertengkar hebat kemarin.

Dia bertanya-tanya, apakah Luna jarang pulang ke rumah?

Dan apa mereka juga sudah berbaikan?

Memikirkan hal ini, dia tersenyum manis dan berkata, "Paman, ada apa?"

Namun wajah tampannya itu tidak tersenyum sama sekali, matanya sedikit menyipit, dan dia tidak menjawab, dan malah berjalan maju mendekati Gisella.

Gisella yang ketakutan ditatap seperti itu, dan mundur tanpa sadar.

Pria itu terus berjalan maju mendekatinya, saat Gisella mundur darinya.

Sampai kakinya merasakan benda keras di belakangnya, yang ternyata adalah ranjangnya sendiri.

Tidak ada jalan lagi.

Gisella mengulurkan kedua tangannya dan menahan tubuh Galang.

"Paman, kau … " Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, gaunnya sudah dirobek dengan kuat oleh Galang.

Kemudian, sebuah tangan diletakkan di bahunya yang telanjang, dan Gisella dengan cepat membalikkan punggungnya, sehingga membelakangi Galang.

Galang menghela napas lega ketika dia melihat tanda lahir berbentuk bunga di punggung putih gadis itu.

Gisella menyilangkan tangannya di sekitar dadanya, dan tubuhnya sedikit gemetar.

Bahkan suaranya bergetar dengan sedikit ketakutan, "Paman, apa yang kau lakukan?"

Galang yang tersadar segera mengendurkan pegangannya. Dia ingin memberikan sebuah pelukan dan meminta maaf padanya. Namun, hal itu tidak dilakukannya.

Pria itu menjambak rambutnya sendiri dengan kesal, kemudian mengambil selimut dari ranjang dan menyelimuti tubuh setengah telanjang Luna.

Suaranya penuh dengan rasa bersalah saat berkata, "Luna, maafkan paman. Aku tidak bermaksud seperti itu."

Sedangkan, Gisella yang mendengarnya hanya terdiam.

Apa dia tidak sengaja juga merobek gaunnya? batin Gisella.

Galang juga sepertinya merasa bahwa apa yang dia katakan salah, jadi dia dengan lembut memeluk Luna, "Tidurlah, Luna. Selamat malam."

Setelah berbicara, pria itu berbalik dan berjalan keluar dari kamar.

Setelah Gisella menutup pintu kamarnya, dia tidak terburu-buru untuk berganti pakaian, dan segera pergi ke meja riasnya.

Saat melihat tanda lahir berbentuk bunga di punggungnya yang terpantul dari cermin, gadis itu langsung mengerti maksud Galang.

Dia menutupi dada telanjangnya dengan selimut dan menghembuskan napas pelan. "Hampir saja."

______

Ketika Galang kembali ke ruang kerjanya, dia menelepon Dokter Fredi, seorang Psikiater kepercayaannya, dan menjelaskan secara singkat semua perubahan tingkah laku Luna.

Satu kesimpulan yang dapat diberikan dari Dokter Fredi adalah bahwa Luna mungkin bertemu seseorang yang disukainya dan bertekad untuk berubah agar mengesankan orang itu.

Setelah menutup teleponnya, Galang mengetukkan jarinya ke meja sambil berpikir.

Luna menyukai seseorang?

Di sisi lain, Gisella yang sedang berbaring di ranjang, gelisah dan tidak bisa tidur.

Dia tidak pernah membayangkan jika dirinya akan berada dalam tubuh gadis ini. Luna.

Apa ini hanyalah sebuah kesalahan?

Dulu, sejak kecil, dirinya diminta oleh guru-gurunya untuk melatih berbagai keterampilannya. Mulai dari seni bela diri, menembak, piano, komputer, kaligrafi, golf, berlayar, belajar bahasa dari berbagai negara, dan lain-lain, dari umur lima hingga dua puluh lima tahun. Dua puluh tahun lamanya dia sudah mempelajari semua itu.

Mereka memaksanya untuk mempelajari segalanya, baik yang dilakukan oleh laki-laki ataupun perempuan dan setiap memaksanya untuk bisa maksimal dalam melakukanya, terutama dalam hal pesona dan kemampuan aktingnya.

Pasalnya, setelah dia terjun langsung di dalam masyarakat, semua kemampuannya itu sangatlah berguna pada saat-saat tertentu.

Mereka melatihnya menjadi mata-mata yang memenuhi syarat, hanya untuk satu tujuan, yakni mendekati Galang dan membuatnya jatuh cinta padanya.

Gisella selalu tahu bahwa dia diadopsi oleh seseorang yang nama dan usianya tidak diketahui.

Setiap hari dirinya hanya bisa melihat guru yang berbeda dan kepala pelayan dengan wajah yang selalu terlihat serius dan kaku.

Kepala Pelayanan selalu memanggilnya Nona Muda.

Sampai saat dalam misinya, dan dia akhirnya bisa bertemu dengan Galang.

Walaupun Aldo juga tampan, masih kalah jauh jika dibandingkan dengan wajah tampan Galang. Terutama bagian matanya yang biru dan menawan itu dan berpikir jika pria itu terlihat seperti pangeran dalam mitologi Yunani Kuno.

Gisella menghela napasnya.

Dia melihat foto-foto Galang setiap hari, dan menurutnya dia adalah pria paling tampan yang pernah dilihatnya.

Dia sudah terlatih selama dua puluh tahun, tetap saja gadis itu bisa tewas dalam kecelakan pesawat, namun akhirnya dia dilahirkan kembali lewat tubuh gadis ini, Luna. Dia tidak ingin melewatkan kesempatan emas ini.

Dirinya yang dulu sebagai agen rahasia, sudah lama mati.

Dia tidak bodoh seperti dahulu! Gisella tidak ingin dikendalikan oleh orang itu lagi. Dia ingin hidup dengan tenang.

Kemudian, dia tertidur dengan nyenyak.

Ketika Gisella bangun keesokan harinya, Gisella melihat langit masih agak gelap, dia melihat ke arah jam dan masih menunjukkan pukul lima pagi.

Dia tersenyum dan sadar itu juga masih menjadi kebiasaannya dulu, bangun lebih awal.

Setelah bangun, Gisella berjalan di sekitaran rumah untuk membiasakan diri dengan lingkungan.

Lingkungan rumahnya ternyata cukup besar. Dia berpikir jika membutuhkan waktu lima belas menit berjalan dari gerbang ke depan pintu rumah.

Berjalan terus, Gisella kemudian tiba di kolam renang.

Dia melihat bahwa ada kursi berjemur dan minuman di tepi kolam renang, dan berjalan ke arah itu. Ketika dia sampai di tempat itu, dia duduk dengan nyaman di kursi berjemur.

Gadis itu Mengulurkan tangan dan mengambil minuman es di sampingnya, kemudian meminumnya sedikit.

Dirinya agak terkejut saat mendengar suara 'byur' keras dari dalam kolam renang.

Gisella buru-buru mengambil majalah di sebelahnya untuk menutupi wajahnya agar tidak terciprat air kolam. Kemudian, setelah tidak mendengar apapun lagi, dia meletakkan majalahnya.

Setelah melihat sosok atletis di depannya, Gisella hampir kesal dan merasa bisa mimisan!

Bagaimana tidak? Pria di depannya memiliki sosok yang lebih sempurna dari model internasional.

Tubuh tegapnya basah, memiliki bahu yang lebar, serta lengan dan perutnya yang berotot.

Walaupun tidak terlalu berotot seperti para binaragawan sana, dia terlihat cukup atletis. Terlihat bahwa pria itu banyak berolahraga.

Gisella melongo memandangnya.

Saat sudah sadar, Gisella mengambil majalahnya lagi dan menutupi wajahnya dan berkata dengan nada kesal, "Paman, aku bukannya dengan sengaja ingin mengintipmu! "

Next chapter