"Kita bisa pergi bareng setelah ini," tukas gadis yang berdiri di sisi Adam memberikan usulannya. Menyela beberapa kalimat yang dilontarkan oleh semua penghuni ruangan untuk berlomba-lomba memberikan saran terbaik mereka kali ini.
"Tokonya satu arah sama rumah gue, toh juga gue pulang gak ada yang jemput. Jadi kita bisa naik bus atau taksi untuk ke sana." Gadis itu melanjutkan. Menatap remaja jangkung berponi belah tengah yang kini sejenak terdiam sembari sejenak menatap satu persatu sebagian timnya yang masih bersisa di dalam ruangan. Separuh timnya lagi? Tentu sedang menjemput lelah di tengah panasnya yang sedang menyengat sore ini.
Tak ada pilihan lain! Mengirim Davina sendiri untuk memesan semua keperluan tim sebagai bekal mereka bertanding dua hari lagi adalah sebuah tindakan konyol tak bertanggung jawab sebagai seorang pemimpin tim basket. Jadi dengan sedikit keraguan, Adam menganggukkan kepalanya.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com