webnovel

The real wife

Terbangun dalam keadaan tanpa sehelai benang pun yang melekat di tubuh, di kamar hotel maupun orang lain, itu bukanlah hal pertama bagi Kim Sohyun. Ya, meskipun hari ini adalah pertama kalinya setelah dua tahun meninggalkan hubungan gelap seperti ini.

Sohyun terlonjak. Langsung bangun dari mimpi indahnya begitu menyadari bahwa ruangan mewah itu bukan miliknya. Gila! Ternyata yang semalam ini bukan sekedar halusinasi atau mimpi basah. Dirinya benar-benar melakukannya, seks dengan sang bos tempatnya magang. Bukan sekedar bos--atasan, tapi bos dari bos. Alias pemimpin tertinggi di perusahaannya. Sang CEO.

Gosh! Apa yang baru saja dilakukannya?

Terdengar suara gemercik air dari kamar mandi. Pasti pria itu tengah mandi. Sohyun menggigiti kuku jemarinya. Bingung harus bagaimana? Kalau sampai mereka bertemu, pasti akan canggung sekali.

Haruskah dirinya kabur sekarang juga, mumpung pria itu tak ada? Tapi kalau nanti tiba-tiba pria itu keluar saat dirinya tengah mencoba kabur, pasti akan bertambah canggung.

Atau lebih baik pura-pura tidur hingga pria itu meninggalkannya duluan? Tapi ya kalau pria itu segera pergi? Kalau tidak. Akan aneh rasanya.

Akhhh! Masa bodoh. Dia harus pergi sekarang, meski merasakan lumayan nyeri di bagian tengah selangkangannya--akibat permainan sang bos yang lumayan kasar. Sebelum pria itu selesai atau bahkan orang lain dari perusahaan memergoki perbuatannya.

Maka sejurus kemudian, Sohyun memungut dan memakai kembali pakaiannya yang berserakan. Persetan dengan cuci muka atau make up yang berantakan. Sebelum keluar, dia meraih masker dan topi yang berada di atas meja. Tak lupa mengambil syall dari dalam tas jinjing untuk dibelitkan ke leher. Ah, untung saja dia membawanya.

Saat tedengar bunyi keran yang telah dimatikan, Sohyun langsung tancap gas, keluar dari suit hotel mewah itu. Sementara pria yang sebenarnya sudah menyelesaikan mandinya, melongok dari pintu untuk menyaksikan wanita itu pergi. Tersenyum lebar sambil berkata, "Ahh. Menggemaskan!"

CEO Min. Berdasarkan pengalan one night standnya kemarin, Sohyun bisa menyimpulkan bahwa pria itu bukanlah seorang noob dalam urusan ranjang. Bahkan lebih dari itu, bisa dibilang dia itu pro. Dari semua pria yang pernah menjamah tubuhnya, kalau di ranking berdasarkan kepuasaan yang diperoleh, pria itu juaranya. Dia begitu pandai memanjakan tubuhnya malam itu. Ntah berapa kali orgasme yang di dapatkanya. Selain itu, Pria Min itu ternyata seorang dominan. Sangat cocok dengan dirinya yang seorang submissive.

Dominan dan submissive. Memang sudah pada umumnya dalam hubungan seks, bahwa pria adalah dominan, sedangkan wanita adalah submissivenya. Namun belakangan ini tidak begitu. Terutama pria-pria yang Sohyun jumpai, kebanyakan justru berlaku sebagai submissive atau switch (berganti peran). Padahal Sohyun sendiri tak terlalu suka jika harus dituntut menjadi dominan. Dia lebih suka menjadi pemeran pasif. Maka dari itu, dia merasa kehidupan seksnya tak terlalu memuaskan.

Tapi berbeda dengan malam itu. Sohyun bisa merasakan sepenuhnya menjadi submissive. Sepenuhnya dimanjakan oleh pria tampan dan kaya seperti sang CEO. Rasanya seperti jadi tuan puteri semalam. Apalagi cara pria itu memperlakukan dirinya dengan lembut, penuh kehati-hatian di awal namun tak mengurangi keintiman, lalu gerakannya bertambah keras dan semakin menggairahkan seiring permainan akan berakhir. Dirinya merasa dipuja oleh racauan dan erangan yang pria itu lontarkan, seperti; Oh! Lubangmu sempit dan menggigit. Aku menyukai wangimu. Eranganmu terdengar seksi, dan sebagainya. Dan puncaknya, ketika mereka telah orgasme bersamaan, pria itu meneriakkan namanya dengan super seksi, lalu mengecup dahinya sambil mengatakan terima kasih.

So sweet sekali.

Oh, shit!!! Bahkan erangan erotis mereka masih terngiang jelas di benak Sohyun.

"Kim Sohyun!"

Seseorang mengetuk meja Sohyun.

"Ne? Ne. Ada apa Pak?" Sohyun meringis begitu menemukan sang manager telah berdiri di depan mejanya.

"Apa sih yang sedang kau pikirkan? Aku sudah memanggilmu dua kali," tegur Kim Seokjin.

"Maafkan saya, pak. Saya hanya sedang memikirkan sesuatu, hehe. Lain kali tak akan saya ulangi." Sohyun membungkuk dua kali.

Seokjin hanya berdecak pelan. Juga sekilas, dia melihat rekan kerjanya yang lain menggeleng pelan. Sohyun hanya bisa nyengir kuda sambil membentuk tanda V dengan jarinya.

"Ya sudah. Antarkan berkas ini ke ruangan presdir." Seokjin menyodorkan berkas yang dibungkus amplop coklat.

"Ne," jawab Sohyun. "Ne?" Terkejut ketika baru sadar dengan perintah sang manager.

"Iya. Lantai 11. Ke ruang presdir." Seokjin mengulangi.

"Tapi pak, saya kan hanya karyawan magang. Apakah pantas, ke ruang presdir, begitu?" Protes Sohyun melirih pada kalimat terakhir. Tak yakin sebenarnya dengan aksi protes barusan.

"Kenapa? Aku menyuruhmu menyerahkannya pada sekertaris presdir. Kau pikir aku menyuruhmu untuk menyerahkannya pada presdir langsung, begitu?"

Sindiran Seokjin tak pelak membuat semua orang yang ada di ruangan itu tergelak. Ya, kecuali Sohyun yang hanya bisa merutuki kebodohannya dalam hati.

Sialan! Malu sekali rasanya.

Ayolah Sohyun, meski kau sudah melakukan ONS dengam pria itu, bukan berarti kau punya tempat spesial di hatinya. Iya kan?

"Permisi," ucap Sohyun begitu memasuki ruangan khusus di kantai 11.

"Ada yang bisa kami bantu?" Seorang wanita menyapa Sohyun. Ternyata di ruangan itu terdapat dua orang pria dan dua orang wanita berstelan rapi. Mereka adalah sekertaris pembantu presdir. Semantara ruangan presdir yang asli, masih masuk ke dalamnya lagi.

"Saya diperintahkan untuk memberikan ini oleh manager Kim Seokjin dari bagian opersional bisnis," ucap Sohyun seraya menyodorkan berkas yang dimaksud.

"Baik, tunggu sebentar." Wanita itu terlihat menelepon seseorang. Lalu setelah itu, baru mempersilahkan Sohyun untuk masuk, menuju ruangan sekertaris utama yang berada di sebelah ruang pribadi presdir.

Sohyun menggelengkan kepalanya takjub. Ternyata ruangan presdir yang dimaksud tak ubahnya vip di hotel bintang lima. Mewah dan terbagi menjadi beberapa bagian. Dia hampir saja tersesat jika tak bertemu dengan seorang wanita, yang ternyata juga seorang karyawan magang di bagian sekertaris utama.

Dalam ruangan itu, ada satu orang pria dan dua orang wanita, tiga wanita jika ditambah si karyawan magang. Wah, ternyata presdir punya 8 sekertaris. Tapi apakah itu tidak mubazir, mempekerjakan 7 orang plus seorang magang sekaligus. Ah, entahlah! Itu bukan urusannya.

Sohyun menyerahkan berkas dari Seokjin pada si karyawan magang. Jeon Somi namanya. Ternyata keduanya pernah bertemu saat tes tertulis. Bahkan Sohyunlah yang sempat meminjami Somi bolpoin ketika ternyata wanita itu lupa membawanya.

"Wah, aku tak tahu jika kau diterima di bagian operasional bisnis," ucap Somi antusias. "Selamat ya. Maaf, aku lupa berterima kasih waktu itu."

"Yup. Tidak masalah. Kau juga, selamat karena bisa masuk di bagian sini. Kau keren!" Sohyun tak segan-segan mengacungkan jempolnya. Dia serius, dia pikir menjadi karyawan magang di bagian strategi bisnis adalah yang terhebat. Tapi setelah melihat ruang kerja Somi, dia jadi iri.

"Lain kali kita harus bertemu dan mengobrol." Somi berujar.

"Tentu."

Keduanya terkekeh sebelum terdengar suara keributan yang berasa dari luar.

"Lepaskan aku! Aku ingin bertemu dengan Min Yoongi. Mana pria itu?!"

"Maaf, Nona. Presdir sedang ada tamu. Beliau tidak bisa di ganggu."

"Tidak peduli. Aku ingin Min Yoongi sekarang."

Pintu di ruang sekertaris utama terbuka. Dibuka dengan paksa lebih tepatnya. Seorang wanita cantik dengan pakaian dan aksesoris bermerek, masuk. Oh! Si wanita rubah. Min Yeonwoo.

"Dimana Min?" Teriak Yeonwoo pada seorang sekertaris-- wanita cantik yang Sohyun lihat berjalan di samping sang CEO waktu itu.

"Maaf, Nona. Presdir sedang ada pertemuan penting. Jadi lebih baik anda kembali sekarang. Nanti akan kami sampaikan kehadiran anda pada presdir."

"Bulshit! Dia pasti akan mengabaikanku lagi. Pokoknya aku mau bertemu dengannya sekarang."

Kreeiiit.

Suara derikan pintu terdengar. Pintu yang berbeda terbuka. Menampakkan sosok wanita cantik lainnya yang lebih anggun daripada Yeonwoo meski dari segi penampilannya tak terlalu wah dibanding Yeonwoo. Apa ya, Sohyun bilang... Aura wanita itu sangat kuat. Ditambah tatapan dingin dan terasa mengintimidasi.

Sohyun yang sejak tadi berdiri, langsung di tarik oleh Somi. Di dudukan di kursi yang berada di sampingnya.

"Mununduklah," perintah Somi. "Dengar! Jangan melakukan atau mengeluarkan suara apapun. Kau harus bersikap seolah-olah tak mendengar atau melihat apapun. Mengerti," bisik Somi. Pelan tapi penuh keharusan.

Sohyun sebenarnya tak mengerti. Tapi dia mengangguk dan melakukan perintah Somi.

"Ah, berisik sekali," ucap wanita yang kini berhadapan dengan Yeonwoo.

"Kenapa kau di sini?" Ketus Yeonwoo.

"Mengunjungi suamiku lah. Apalagi?"

"Ck! Kau masih tak berubah, Jieun-ssi. Menikmati peran sekali sebagai istri bohongan."

"Kenapa? Kau kecewa? Yah, setidaknya aku tak dilabeli perempuan perebut suami orang. Tidak seperti dirimu."

"Yak!"

Jieun menahan lengan Yeonwoo yang ingin menamparnya.

"Ku harap kau sadar posisimu, Min Yeonwoo-ssi! Jika kau ingin merebut priaku, lakukanlah dengan benar dan diam-diam. Apa kau ingin mempermalukan kami di depan umum, eo?! Tak masalah jika kau ingin mempermalukan dirimu sendiri. Mengemis cinta pria yang dulu pernah kau sia-siakan, hugh! Murahan sekali!"

"Jieun-ssi," desis Yeonwoo yang mulai merasa kesakitan akibat cengkraman Jieun.

"Jika sekali lagi aku mendengar rumor tak sedap dari kalian berdua, mati kau di tanganku!" Jieun menghempaskan tangan Yeonwoo.

Mengajak seseorang pergi kemudian terdengar suara langkah yang menjauh. Sementara Yeonwoo berteriak dan mengumpat penuh kekesalan. Bahkan dia tak segan meraih dan melempar barang-barang di sekitarnya, hingga dua orang pria menghentikan tingkahnya dan membawanya pergi.

Sohyun terlihat syok. Meski berpura-pura tak mendengar dan melihat, bukan berarti dia tuli sepenuhnya. Meskipun tidak paham keseluruhan, tapi sedikit banyak ia tahu.

Seorang wanita menatap Somi, seperti sedang berkomunikasi melalui mata mereka. Somi pun mengangguk, lalu mengajak Sohyun pergi dari tempat itu.

Ternyata Somi mengajaknya ke kafetaria yang terletak di lantai sepuluh. Kafetaria yang hanya diperuntukkan bagi para eksekutif dan beberapa orang yang diijinkan, seperti para sekertaris eksekutif misalnya. Tapi tidak semua, hanya orang-orang dengan ijin khusus saja. Wanita itu menjelaskan tentang kejadian barusan.

Wanita cantik yang tadi ternyata adalah Lee Jieun. Istri sah CEO Min sekaligus CEO BH Group. Dan Min Yeonwoo, seperti yang orang-orang bilang adalah sepupu sekaligus mantan tunangan CEO Min. Hubungan kedua wanita itu memang tidak akur. Dan tak banyak yang sebenarnya tahu tentang hubungan diantara mereka bertiga. Somi pun sebenarnya tak tahu persis apa yang terjadi. Hanya saja, saat diangkat menjadi karyawan magang di bagian itu. Dia diberitahu, agar semua hal yang pernah dilihat ataupun didengarnya di ruang presdir atau apapun itu tentang presdir, maka harus dirahasiakan. Bersikap seolah-olah tak pernah mendengar dan melihat.

Maka dari itu, Sohyun juga diperintahkan untuk melakukan hal yang sama. Sebab jika Sohyun sampai membicarakan hal itu pada orang lain, ancamannya tak hanya dipecat namun akan ada hal buruk lainnya yang menimpa.

Dalam hati Sohyun mendesah. Tidak hanya terlibat ONS dengan sang ceo, namun ternyata dirinya juga terjebak dalam hubungan rumit yang dimiliki oleh pria itu.

Hah, bagaimana ini?

ตอนถัดไป