webnovel

Aku Tidak Mau Pergi Ke TK Lagi

"Nayla, kakakmu sudah datang untuk menjemputmu." Pak satpam penjaga berteriak ke dalam untuk memanggil Nayla.

Sesaat berikutnya, sebuah sosok pendek berlari keluar dengan cepat.

"Kakak! Akhirnya kau datang juga!" Nayla menerjunkan dirinya secara langsung ke dalam pelukan Andre Dia memeluk pinggang Andre dengan erat.

"Nayla." Saat Andre memandang Nayla yang terjun ke dalam pelukannya, sebagian besar rasa kesal di hatinya menghilang seketika. Dia pun berkata dengan lembut secara tidak sadar. "Apakah kau sudah lapar? Ayo kita pulang dan makan malam. "

"Ya..." Nayla menekankan pipinya yang lembut di dada Andre, dan menjawab dengan suara pelan.

"Nah, kalian lebih baik cepat pulang. Hari sudah mulai gelap." Pak satpam penjaga yang berdiri di samping mereka tersenyum dan melambai pada mereka.

"Baik. Selamat tinggal, Paman." Andre meraih tangan kecil Nayla dan mengangguk pada satpam penjaga. Kemudian dia dan Nayla langsung berjalan ke luar kantor satpam.

"Ya, sampai jumpa lagi. Berhati-hatilah di jalan." Pak satpam penjaga mengawasi mereka berdua menghilang ke balik gerbang TK sebelum mengunci pintu kantor sekali lagi.

Nayla mengikuti Andre, dan setelah berjalan cukup jauh dari TK, dia menoleh ke belakang.

Saat melihat tingkahnya, Andre menunduk dan menatapnya dengan heran sembari bertanya, "Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa..." Nayla menjawab dengan pelan, tetapi dia terus melihat ke belakang.

"Apakah kau meninggalkan sesuatu di TK?" Andre memegang tangannya dan berhenti berjalan.

"Tidak ..." Nayla menggelengkan kepalanya. Dia terlihat ragu-ragu sejenak sebelum berbisik, "Dita masih ada di dalam kantor satpam."

"Dita?" Andre menatapnya dengan bingung.

"Dia... Salah satu gadis di kelasku," Jawab Nayla dengan ragu.

"Oh, ayah dan ibunya belum pulang dari kerja. Ketika ayah dan ibunya pulang kerja, mereka akan datang menjemputnya di TK." Setelah mendengar kata-kata Nayla, Andre tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Nayla dengan lembut. "Apakah dia teman barumu di kelas?"

"Bukan..." Jawab Nayla dengan singkat sebelum terdiam.

"Ada apa denganmu?" Andre menatapnya dan berkata dengan serius, "Kau terlihat sedikit aneh hari ini. Apakah kau sakit?"

Setelah hening beberapa saat, Nayla tiba-tiba mengangkat kepalanya. Matanya yang besar dan hitam memantulkan cahaya di sisi jalan. Beberapa saat kemudian dia berkata dengan ragu. "Kakak ... bisakah kau datang menjemputku lebih cepat besok?"

"Hah?" Setelah mendengar kata-kata adiknya, Andre mengulurkan tangan dan menggaruk kepalanya dengan canggung. Kemudian dia berkata dengan malu, "Maaf… tapi sepertinya akan sulit bagiku untuk menjemputmu lebih awal. Semester ini akan segera berakhir, dan ujian akhir akan segera datang. Dan Pak Hasan, guru yang kita temui saat kau ikut denganku ke sekolah minggu lalu, berpikir bahwa nilai matematikaku cukup buruk, dan dia menugaskan seorang siswa yang pintar secara khusus untuk memberiku bimbingan setelah sekolah berakhir dalam upaya untuk meningkatkan nilaiku... "

Ucapan Andre terhenti, lalu beberapa saat dia membuka mulutnya lagi. "Aku juga ingin menjemputmu lebih awal, tapi karena masalah ini..."

Saat Nayla mendengarkan kata-kata Andre, matanya langsung dipenuhi kekecewaan.

Saat melihat reaksi Nayla, Andre merasa tidak tega dan berkata: "Baiklah, aku berjanji bahwa semester depa aku akan belajar keras dan berusaha untuk tidak mendapat sekolah sehingga mendapat hukuman, oke? Dengan begitu aku bisa menjemputmu dengan lebih cepat...… "

"Hmm ..." Nayla menunduk dan menjawab dengan lesu.

Setelah mendengar jawaban Nayla, Andre menunduk dengan malu.

Untuk pertama kalinya dalam hidup, Andre merasa malu atas kinerja akademisnya.

Setelah hening beberapa saat, Andre memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata kepada Nayla. "Kalau begitu, apa kau mau Kakak mengajakmu makan sesuatu yang enak malam ini? Sebagai permintaan maaf, oke?"

Tapi Nayla menggeleng dan terdiam.

Andre berdiri di sana dan menatap Nayla dengan putus asa. Dia tidak tahu harus berkata apa pada situasi seperti ini.

Setelah beberapa saat, Nayla mengulurkan tangannya dan menarik lengan baju Andre sebelum berkata, "Kakak, bisakah aku berhenti pergi ke taman kanak-kanak mulai besok?"

"Hah? Kenapa?" ​​Andre tertegun setelah mendengar kata-kata Nayla.

Dalam beberapa hari pertama ketika Nayla mulai bersekolah di taman kanak-kanak, bukankah dia terlihat bahagia setiap harinya? Mengapa tibat-tiba sekarang dia tidak ingin pergi lagi ke sana? Padahal belum sebulan berlalu sejak dia pergi bersekolah.

"Tidak apa-apa…" Jawab Nayla dengan pelan. "Aku hanya…"

"Apakah kau ditindas oleh teman-teman sekelasmu di taman kanak-kanak?" Pikiran pertama yang muncul di benak Andre adalah ketika dia pergi ke taman kanak-kanak untuk menjemput Nayla hari itu, dimana beberapa anak laki-laki mengepung adiknya dan memaksanya untuk mencium mereka.

Mungkinkah setelah hari itu, anak-anak tersebut memaksa dia untuk mencium mereka lagi?

"Tidak." Nayla menggelengkan kepalanya.

"Apakah guru kelas TK kecil yang memperlakukanmu dengan buruk?" Andre teringat saat ketika dia melihat guru Nayla hari itu. Menurutnya, guru Nayla tidak terlihat seperti guru yang pemarah.

"Bukan..." Nayla menggeleng dan terdiam kembali.

"Lalu kenapa kalau begitu?" Andre tiba-tiba menjadi cemas. "Tidakkah kau ingin bersekolah? Mengapa kau tidak ingin pergi ke taman kanak-kanak lagi hanya setelah beberapa hari?"

"..."

Nayla menundukkan kepalanya dan kembali terdiam. Sepertinya dia tidak berniat untuk memberitahu Andre tentang alasannya.

Andre ttidak bisa berkata-kata setelah mendengar Nayla berkata bahwa dia tidak ingin pergi ke sekolah. Dia tidak tahu kenapa dan tiba-tiba dia merasa seperti orang tua.

Ibunya selalu menatapnya dengan galak saat Andre berkata bahwa dia tidak suka bersekolah. Jadi bagaimana dia harus bereaksi sekarang setelah mendengar ucapan yang sama dari adiknya?

Mereka berdua saling terdiam untuk waktu yang lama. Andre akhirnya menarik napas dalam-dalam dan berkata kepada Nayla."Bukan aku yang bisa memutuskan apakah kau boleh berhenti pergi ke sekolah atau tidak. Ayo kita bicarakan dengan Ibu malam ini setelah dia pulang kerja. "

"Aku ..." Setelah mendengar kata-kata Andre, Nayla mendongak dan menatapnya dengan penuh harap.

Andre menghela nafas dengan pasrah dalam hati. Dia berpura-pura tidak menyadari tatapan penuh harap Nayla dan langsung menggandeng tangan kecilnya. Mereka berdua pun kembali berjalan menuju rumah.

Setelah tiba di rumah, Andre menghangatkan makanan untuk Nayla dan dirinya. Keduanya duduk saling berhadapan dan menyelesaikan makan malam mereka tanpa suara untuk pertama kalinya.

Setelah makan malam, Andre pergi ke kamarnya untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya, sementara Nayla duduk di sofa di ruang tamu dengan kepala menunduk. Tidak ada yang tahu apa yang sedang dia pikirkan.

Saat waktu hampir menunjukkan pukul sembilan, ibu Andre akhirnya pulang.

Mendengar suara pintu di lantai bawah, Andre segera bangkit dari meja dan berlari menuruni tangga. Kemudian dia berseru pada Ibunya yang berdiri di ruang tamu. "Akhirnya Ibu kembali."

"Astaga, di luar sangat dingin. Aku hampir saja mati kedinginan." Ibu Andre menggigil saat mengganti sandalnya.

"Bu, Nayla ingin berbicara denganmu." Andre melirik Nayla yang sedang duduk di sofa di sebelahnya. Dia menatap ibunya dengan takut.

Next chapter