Ibu Andre mengangkat tangannya tinggi-tinggi di udara dan hendak memukul putranya, tapi dia segera menghentikan gerakannya ketika dia melihat Nayla tiba-tiba bergegas melindungi kakaknya.
"Bu, tolong jangan pukul Kakakku." Nayla merentangkan kedua tangannya dan mendongak bagaikan seekor induk ayam tua yang menjaga anak ayamnya. Dia berkata dengan tegas kepada Ibunya sambil melindungi Andre yang ada di belakangnya.
Andre sendiri sebenarnya sudah terbiasa dipukul oleh ibunya sejak dia masih kecil, tapi ini pertama kalinya seseorang berdiri di depannya untuk melindunginya. Yah, meskipun orang itu hanyalah seorang gadis kecil yang bertubuh pendek dan mungil.
Andre menatap ke belakang kepala Nayla yang merentangkan kedua lengannya untuk melindungi Andre. Pemandangan itu memberikan sedikit sensasi hangat di dalam hati Andre.
Sementara itu Ibu Andre tercengan saat memandang Nayla yang berdiri di depan Andre. Kemudian dia mengalihkan tatapannya ke Andre yang berada di belakang Nayla. Ibu Andre terdiam selama beberapa saat sebelum dia menurunkan tangannya dan bertanya, "Nayla...Kenapa kau melindungi kakakmu?"
"Kakak tidak pernah menindas ataupun menggangguku saat Ibu pergi. Kakak membawaku ke sekolah untuk bermain-main saja. Jadi, tolong jangan pukul kakakku, Ibu." Nayla berkata kepada Ibu Andre dengan ekspresi yang sangat serius.
Ibu Andre berjongkok dan memegang bahu Nayla dengan tangannya. Kemudian dia menatap Nayla secara dalam-dalam dan bertanya dengan nada tidak percaya, "Benarkah itu? Kau tidak berbohong, kan?"
"Benar. Sungguh, aku tidak berbohong." Nayla mengangguk penuh semangat dan berkata dengan malu-malu ke arah Ibu Andre. "Kakak selalu bersikap baik padaku."
"..."
Benarkah itu? Apakah bocah ini benar-benar bersikap baik pada Nayla?
Ibu Andre bertanya-tanya dalam hati sambil melirik Andre yang berdiri di belakang Nayla.
Dia tidak menyangka bahwa putranya bisa bersikap bijak seperti ini….
"Kalau begitu jelaskan padaku, Nayla. Bagaimana cara kakakmu memperlakukanmu dengan baik?" Ibu Andre berpikir sejenak dan kembali bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.
"Kakak membelikan minuman yang enak untukku setiap hari, dan dia juga sering membelikan makanan ringan yang enak. Dia juga sering mengajakku untuk menonton film kartun dan bermain video game bersamaku." Nayla memiringkan kepalanya dan mencoba mengingat-ingat. Sambil menunjuk jarinya ke arah Ibu Andre, Nayla melanjutkan kata-katanya dengan serius, "Ngomong-ngomong, kami juga sempat bermain petak umpet beberapa hari yang lalu saat aku pergi ke sekolah Kakak."
Jadi bocah ini membelikan minuman dan camilan untuk adiknya setiap hari? Dia juga mengajaknya untuk menonton kartun dan bermain video game?
Dan bermain petak umpet di sekolahnya?
Ibu Andre mengangkat alisnya dan menatap Andre dengan heran. Jangan-jangan bocah ini memiliki bakat untuk menemani anak kecil? Pikirnya dalam hati.
Andre tersenyum canggung pada ibunya dan menunduk sambil menggosok hidungnya dengan malu.
"Benarkah itu? Apakah kakakmu benar-benar tidak pernah mengganggu ataupun menindasmu?" Ibu Andre terdiam sejenak sebelum bertanya pada Nayla sekali lagi dengan gelisah.
"Tidak." Nayla menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan tegas.
"Oke, baiklah. Ibu mengerti, dan Ibu tidak akan bertanya lagi." Ibu Andre berdiri dan membuka koper yang dibawanya sambil berkata, "Yang lebih penting, Ibu membawakan oleh-oleh untuk kalian berdua."
"Oleh-oleh? Apa itu?"
Begitu dia mendengar bahwa Ibunya membawakan oleh-oleh untuk mereka berdua, mata Andre langsung berbinar-binar. Dia segera bergegas mendatangi ibunya dan menatapnya dengan saksama.
Ibu Andre mengeluarkan sebuah remote control mobil dari koper dan menyerahkannya kepada Andre, "Ini oleh-oleh untukmu. Kau kan sudah sering berkata padaku bahwa ini yang kau inginkan."
"Wah, benar. Terima kasih atas oleh-olehnya, Bu." Andre memegang remote control mobil di tangannya dan menatapnya dengan mata-mata berbinar.
"Baguslah kalau kau senang." Ibu Andre tersenyum tipis dan mengeluarkan tas sekolah bermotif HELLO KITTY berwarna merah muda dan menyerahkannya pada Nayla sambil berkata, "Nayla, ini tas sekolah baru yang Ibu belikan untukmu. Dengan ini, minggu depan kau bisa pergi ke taman kanak-kanak dan bersekolah!"
Nayla mengambil tas sekolah baru itu dan memegangnya dengan patuh tanpa berbicara, tetapi matanya juga terlihat berbinar-binar seperti Andre.
Setelah Ibu Andre membagikan oleh-olah yang dia bawa untuk kedua anaknya, dia berdiri dan menepuk tangannya, "Baiklah, sekarang bersiaplah untuk pergi, anak-anak. Aku akan mengajak kalian berdua untuk mencari makan malam yang enak!"
——
Setelah menyantap makan malam di luar, Ibu Andre mengantar Andre dan Nayla pulang.
Saat mereka tiba di rumah, jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ibu Andre berdiri di depan pintu dan mengganti sandalnya sembari berkata kepada mereka berdua: "Malam sudah cukup larut. Lebih baik kalian segera mandi dan tidur. Nayla, apakah kamu ingin tidur dengan ibu malam ini?"
Nayla yang sedang berjongkok di tanah untuk melepas sepatunya langsung mengangkat kepalanya setelah mendengar pertanyaan ibunya. Dia menatap ibunya dan menggeleng. "Tidak, aku ingin tidur dengan Kakak."
"Apa?"
Ibu Andre tercengang selama beberapa saat setelah mendengar jawaban Nayla. Kemudian dia bergantian menatap Andre dan Nayla dengan ekspresi tidak percaya dan berkata, "Kamu ingin tidur dengan kakakmu?"
Tapi Nayla tidak menjawab karena dia kesulitan melepaskan sepatunya. Ketika melihat adiknya sedang kesulitan, Andre pun berjongkok disebelahnya dan membantu Nayla untuk membuka sepatu sambil bergumam, "Kalau kau tidak membuka talinya terlebih dahulu, kau tidak akan bisa melepas sepatumu. Lihat, begini caranya. Jangan lupa, oke?"
"Terima kasih, Kak!" Ucap Nayla sambil tersenyum ke arah Andre. kemudian Nayla yang sedang mengenakan kaus kaki berwarna merah muda langsung berjalan ke ruang tamu yang berlantai marmer.
"..."
Andre tidak menjawab, dan dia meletakkan sepatu bot kecil Nayla pada rak sepatu di sebelahnya.
Sementara itu Ibu Andre tercengang melihat pemandangan di depannya, Matanya melebar karena terkejut
Dia ... dia tidak salah lihat, kan!?
Bocah laki-laki yang biasanya langsung menendang sepatunya ke segala arah setiap kali dia pulang sekarang membantu adiknya untuk melepas sepatu dan meletakkan sepatunya di rak sepatu dengan rapi?
Apakah dunia telah berubah drastis tanpa sepengetahuannya selama dia melakukan perjalanan bisnis selama seminggu? Ataukah semua ini hanyalah ilusi?
Tetapi sebelum dia sempat bertanya pada Andre, Nayla berlari ke lantai atas dengan semangat sambil berteriak dengan ceria. "Hore, waktunya mandi dan bermain air!"
Andre dan ibunya saling bertukar pandang dan segera mengikuti Nayla ke atas.
"Jangan lupa atur suhu airnya agar tidak terlalu panas." Andre memberi tahu Nayla dengan cemas saat dia menaiki tangga.
"Aku tahu!" Suara Nayla terdengar dari balik pintu kamar mandi.
"Wah, Ibu tidak menyangka bahwa kau mampu merawat adikmu dengan baik."Ucap Ibu Andre dengan takjub sambil mengikuti putranya. Dia tidak bisa menahan rasa kaget dalam hatinya setelah mendengarkan kata-kata yang baru saja Andre teriakkan pada Nayla.
Andre berhenti berjalan dan berbalik. Dia menatap ibunya dengan ekspresi serius: "Bu, aku sadar bahwa semua ini tidak mudah bagi Ibu."
"Hah?" Ibu Andre merasa bingung dengan ucapan putranya.
"Sekarang aku tahu betapa sulitnya merawat anak-anak," Ucap Andre sambil menghela nafas. Nadanya terdengar pahit bagaikan orang dewasa yang telah melalui berbagai macam rintangan.
"..."
Ibu Andre tiba-tiba terdiam dan tidak tahu harus berkata apa pada putranya.
"Kak, tolong bantu aku mengambil pakaianku!" Nayla berteriak memanggil Andre dari kamar mandi.
"Baik." Jawab Andre dengan enggan.