webnovel

Jangan Sentuh Aku!

Setelah membersihkan badan Nayla dan menggosok giginya, Andre mengulurkan tangannya dan menuang sejumlah sabun mandi cair ke telapak tangan Nayla. Kemudian dia berkata. "Oke, cepat seka tubuhmu dengan sabun setelah kau selesai membasahi tubuhmu dengan air. Setelah itu kita harus segera keluar agar tidak masuk angin... "

"Oke." Nayla menyeka tubuhnya dengan sabun di tangannya dengan patuh. Lalu tiba-tiba dia mengulurkan tangannya dan menyeka lengan Andre sembari berkata: "Kak... Apakah Kakak ingin aku menyeka tubuh Kakak juga?"

"Tidak." Andre menggeleng dengan cepat: "Jangan sentuh aku."

"Kenapa?" ​​Nayla memiringkan kepalanya dan menatap Andre dengan bingung.

"..."

Andre mengerutkan keningnya dan berpikir keras. Jujur saja, dia merasa bingung dan tidak tahu bagaimana menjelaskan hal ini pada Nayla.

"Kenapa Kakak melarangku untuk menyentuhmu? Kenapa aku tidak boleh menyentuh Kakak?" Mata Nayla dipenuhi dengan ekspresi bingung saat dia menatap Andre.

"Apakah belum ada yang memberitahumu sebelumnya?" Andre berpikir sejenak dan bertanya balik pada Nayla.

"Apa maksud Kakak?"

"Ada beberapa tempat di tubuh kita yang tidak boleh disentuh oleh orang lain." Andre menatap Nayla dengan serius saat mengatakan kata-kata tersebut.

"Tidak." Nayla menggelengkan kepalanya sambil mengedipkan sepasang matanya yang besar dan hitam. Masih sambil menatap Andre, dia kembali bertanya dengan polos, "Memanggnya bagian tubuh mana yang tidak boleh disentuh orang lain?"

"Itu ... itu ..." Alis Andre mengerut. Dia berpikir dalam waktu yang lama sebelum berkata kepada Nayla: "Anggap saja bagian yang biasanya tertutupi oleh pakaian dan celanamu. Jangan biarkan orang lain untuk menyentuhnya dengan seenak hati. "

"Kenapa? Apakah Ibu juga tidak boleh menyentuhnya?" Nayla masih menatap Andre dengan bingung.

Andre bisa melihat bahwa mata besar Nayla dipenuhi dengan rasa ingin tahu. Sepertinya dia memang benar-benar tidak mengerti.

Andre menghela napas dengan pelan. Sambil membasuh sabun dari tubuhnya, dia berbalik ke arah Nayla dan berkata, "Tidak. Ibu boleh menyentuhnya, dan Ayah juga boleh menyentuhnya ... Meskipun aku sendiri belum pernah bertemu dengan ayahku. Kalau begitu… Aku rasa anggota keluarga dekat dapat menyentuhnya, tetapi kau tetap tidak boleh mengizinkan orang lain untuk menyentuhnya dengan sembarangan. "

"Anggota keluarga dekat?" Tanya Nayla dengan penasaran.

"Benar. Maksudnya adalah anggota keluarga yang tinggal bersamamu. Mereka yang tinggal di bawah satu atap denganmu. Tidak termasuk Bibi dan Paman yang tinggal di rumah lain atau yang tidak tinggal serumah denganmu. Mereka juga tidak boleh menyentuh bagian itu." Jelas Andre kepada Nayla dengan tidak sabar.

"Oh, kalau begitu...Apakah itu artinya Kakak dan aku adalah anggota keluarga yang sangat dekat?" Nayla memandang Andre dengan rasa ingin tahu. Pada akhirnya Nayla tidak bisa menahan diri dan dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh 'bagian vital' Andre secara tiba-tiba. "Berarti aku juga dapat menyentuh bagian ini kan, Kak?"

"..."

Seketika pada saat itu Andre merasa seluruh tubuhnya membatu.

Dia menundukkan kepalanya dengan kaku dan melihat tangan kecil Nayla yang memegang 'bagian vital' tersebut. Kemudian dia mengangkat kepalanya dan menatap wajah kecil Nayla. Wajah Andre merona merah dalam sekejap.

Aku bahkan belum menjawab apakah kau boleh menyentuhnya atau tidak, tapi kau malah menyentuhnya dengan seenak hati! Apakah menurutmu ini adalah hal yang senonoh!? Pikir Andre dalam hati dengan kesal.

"Kakak?" Saat menyadari bahwa Andre tidak menanggapinya dalam waktu yang lama. Nayla memiringkan kepalanya dan bertanya lagi, "Kenapa Kakak hanya diam saja?"

"Aku ..." Andre menggigit bibirnya dan menahan air matanya. Kemudian dia segera berbalik dan membuka pintu kaca kamar mandi. Dia membungkus tubuhnya dengan handuk dan berjalan menuju kamarnya dengan buru-buru.

Andre langsung duduk di tempat tidurnya meskipun tubuhnya hanya terbungkus oleh handuk mandi. Dia mengernyitkan keningnya dan berpikir dengan sedih.

Dia...menarik...'adikku' yang kecil ...

Meski Nayla tidak menariknya dengan kuat, Andre tetap merasa sakit.

Dan yang paling penting ... kepolosannya ... hancur …

Aaaaahhhhhh!!!

"Kakak, ada apa denganmu?" Suara Nayla terdengar dengan jelas dari luar pintu kamar Andre.

Andre mengangkat kepalanya dan melihat ke arah pintu.

Dia melihat sosok Nayla yang terbungkus dalam handuk mandi sedang berdiri di dekat pintu kamarnya yang terbuka. Gadis kecil itu menatap Andre dengan ekspresi khawatir.

Matanya besar dan bulat, dan pupil matanya yang gelap menatap sosok Andre dengan penuh perhatian.

"Tidak apa-apa." Andre tersenyum dengan kaku. Lalu dia menoleh dan berkata dengan suara yang pelan. "Lebih baik kau segera memakai pakaianmu, atau kau akan masuk angin nanti."

"Hmm, baik." Jawab Nayla dengan pelan. Tetapi dia tidak berbalik dan pergi, melainkan berjalan ke arah Andre.

Dia berdiri di depan Andre dan bertanya dengan cemas: "Kakak, apakah kau merasa sakit? Apakah aku baru saja menyakitimu?"

"..."

Setelah Andre mendengar kata-kata Nayla, wajahnya semakin memerah.

Dia menarik napas dalam-dalam dan menatap Nayla yang berdiri di depannya. Kemudian dia tersenyum kembali dengan lebih lebar dan berkata dengan santai: "Tidak, tidak apa-apa. Tidak usah dipikirkan. Yang lebih penting, lebih baik kau segera berpakaian dan tidur. Malam sudah larut."

" ...Oke." Setelah mendengar kata-kata Andre, Nayla hanya mengangguk dan berbalik. Kemudian dia berjalan keluar kamar. Tubuhnya masih terbungkus dalam handuk mandi

Setelah melihat bahwa Nayla telah berjalan keluar, Andre terjatuh ke tempat tidurnya dan menyeringai kesakitan.

Sial ... sakit sekali!

Setelah rasa sakitnya mereda, Andre mengeringkan tubuhnya dan memakai pakaian bersih yang dia ambil dari lemari pakaian.

Setelah mengganti pakaiannya dan memasukkan semua buku sekolah untuk besok ke dalam tas sekolahnya, Andre berjalan keliling di kamarnya. Setelah memastikan bahwa tidak ada yang hilang, dia terjun ke tempat tidurnya dan mencoba untuk memulai petualangannya di alam mimpi.

Oke...

Satu hari telah berlalu, dan hari ini tidak berbeda dengan kemarin ...

Meskipun seorang gadis kecil tiba-tiba muncul dalam hidupnya dan menjadi adiknya.

Tapi di saat Andre ingin mematikan lampunya, dia mendengar suara langkah kaki yang mendekat di luar pintunya.

Segera setelahnya dia mendengar suara ketukan di pintunya.

Seketika gerakan Andre terhenti. Dia menoleh ke arah pintu dan ragu-ragu sejenak. Pada akhirnya, dia bertanya dengan suara pelan. "Ada apa?"

"Kakak... apakah Kakak sudah tidur?" Suara Nayla terdengar dari luar pintu.

"Belum, tapi aku akan tidur sesaat lagi." Andre berdiri dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah pintu kamarnya untuk membuka pintu.

Di luar pintu, Nayla mengenakan baju tidur yang telah disiapkan ibunya untuknya. Dia juga memegang sebuah boneka kelinci putih bersih di tangannya sambil menatap Andre dengan penuh harap.

Andre berdiri di dekat pintu dan menatapnya sembari bertanya, "Ada apa?"

"Itu ..." Nayla menggigit bibirnya, menatapnya dengan sedikit malu, dan berkata dengan tergagap, "Kamar Ibu sangat gelap... Aku ... Aku terlalu takut untuk tidur sendirian ... "

Kamarnya gelap?

Sesaat Andre terkejut dan melirik ke kamar ibunya di seberang. Memang, kamarnya terlihat benar-benar gelap. Dia kembali menatap Nayla di depannya dan bertanya, "Lalu, apa yang ingin kau lakukan?"

"Jadi… Bisakah aku tidur dengan Kakak?" Nayla bertanya dengan suara pelan.

Next chapter