webnovel

Ketika masalah datang...

"Kamu berbicara omong kosong, Sandra tidak mungkin menyukaimu, tidak ..." Leo berteriak ke arah ponselnya, tetapi mereka sudah menutup telepon dan pria itu tidak mungkin bisa mendengarnya.

Sarapan penuh cinta di tangannya jatuh ke tanah. Leo menjadi lemas. Sejak pria ini muncul, hubungannya dengan Sandra menjadi aneh. Jika pria itu terus berada di sekitarnya, lalu bagaimana dengan persahabatan mereka selama bertahun-tahun? Leo tidak berani memikirkan jawaban atas pertanyaan yang muncul dalam benaknya.

Di sisi lain, Nico dengan penuh kemenangan melemparkan ponsel Sandra dan kembali memeluk gadis itu. Ujung hidungnya mencium aroma samar seorang gadis, seperti aroma teh buatan gadis itu. Melihat gadis kecil di pelukannya, Nico mengambil ponselnya lagi, menyalakan kamera depan, menunjuk dirinya dan Sandra, dengan sengaja meletakkan wajahnya begitu dekat ke arahnya. Ia kemudian menekan jarinya dengan ringan. Foto berhasil diabadikan.

Nico sangat puas dengan foto ini. Dia tidak hanya mengirimkannya ke ponsel Sandra, dia bahkan menggunakannya sebagai wallpaper ponselnya. Jadi selama dia menyalakan ponsel, dia bisa terus melihatnya foto itu.

Segera setelah itu, dia membuka ponselnya lagi, dan mengubah wallpapernya menjadi sama seperti milik Sandra. Dia meletakkan ponselnya dengan puas, kembali memeluk gadis yang masih tidur itu, dan menutup matanya.

BRAK!

Pintu kamar tidur ditendang terbuka, dan dua wanita dengan asal-usul yang tidak diketahui bergegas masuk. Melihat cara mereka yang masuk secara paksa, dua wanita ini datang untuk mendapat masalah. Nico tanpa sadar memeluk gadis itu di pelukannya karena takut orang-orang itu datang untuk menyakitinya.

"Wow, Sandra, ternyata kamu benar-benar membesarkan pria liar di rumah? Apakah kamu tidak tahu malu? Wajah keluarga Hartono tercoreng karena kelakuanmu!." Diana Hartono memandang adik tirinya yang tanpa malu-malu masih tidur di pelukan pria itu. Pipi Diana memerah, begitu memperhatikan sosok pria di sebelah Sandra. Dia terlihat sangat tampan, wajahnya tegas, otot dadanya sangat kuat sehingga dia ingin menjangkau untuk menyentuhnya, dia tampaknya memiliki rambut yang sempurna dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Tak lama kemudian, Sandra menggosok matanya dan bangun di pelukan Nico. Ketika dia menyadari situasi di sekitarnya, seluruh saraf dalam tubuhnya menegang. Ia sangat takut sehingga dia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.

"Sandra, tamat riwayatmu kali ini. Mari pulang dan jelaskan kepada ayah!" Diana dengan cepat mengeluarkan telefonnya dan mengambil beberapa foto. Kemudian ia dengan cepat berbalik dan berlari, karena takut Sandra akan melompat dari tempat tidur untuk mengambil ponselnya.

Pada saat yang sama, entah kenapa dia juga takut dengan pria di depannya. Hati Diana bergetar ketika dia menatapnya dengan dingin. Dia tidak pernah takut pada siapapun, pria ini adalah satu-satunya yang membuatnya gentar hingga tanpa sadar kakinya melangkah mundur.

"Bu, bukan itu yang kamu pikirkan, aku, aku, aku ..." Sandra tidak mampu meneruskan kalimatnya. Otaknya benar-benar kosong.

Sangat berbeda dari putrinya, Kalina masih tetap bersikap tenang.

"Sandra, ibu percaya padamu, tapi aku ragu ayahmu akan percaya... kamu harus memakai pakaian dulu", selesai berbicara, wanita itu berjalan keluar membawa tas.

"Percaya padaku?" Sandra mencibir: "Kenapa aku harus mendengarkan seorang wanita bermuka dua seperti itu"

"Apa yang kamu rencanakan?" Nico memandang Sandra yang masih berada di pelukannya.

Dia kini tahu alasan mengapa gadis itu hanya melihat uang di matanya, dan mengapa dia bekerja begitu keras. Itu karena dipaksa oleh kedua wanita berkelakuan buruk tadi yang terus mengganggunya.

"Apa yang aku rencanakan? Tidak ada. Aku akan pulang dan menunggu hukuman dari ayah" ujar Sandra mengungkapkan frustrasinya, menatap bos dengan lemah dengan dua mata berair.

Hingga saat ini ia masih belum sepenuhnya mengingat semua kejadian semalam. Apa saja yang telah terjadi sejak Leo mengantarnya pulang? Dan yang paling penting.. apa bosnya melakukan sesuatu terhadapnya saat dia minum terlalu banyak tadi malam?

Banyak pertanyaan memenuhi otak Sandra. Dia melompat keluar dari pelukan Nico seperti pegas dan dengan segera menjaga jarak.

Reaksi gadis itu benar-benar membuat Nico tidak nyaman. Padahal tadi malam, dia terus memaksa masuk ke dalam pelukannya, dan dia lebih suka saat gadis itu bersikap agresif.

"Nico, apa yang terjadi semalam? Apa mungkin kamu...melakukan sesuatu...memanfaatkanku yang sedang mabuk..." Sandra berkata dengan tidak jelas. Otaknya sendiri masih sulit untuk memproses apa yang terjadi.

"Aku memanfaatkanmu? Apa kamu benar-benar tidak ingat kelakuanmu seperti apa semalam?" Nico mendengus dingin dan melompat dari tempat tidur.

Wajah Sandra memerah. Benar juga, jangan-jangan bukan bosnya yang melakukan sesuatu. Tapi malah dirinya melakukan sesuatu yang memalukan. Dalam keadaan mabuk dia bisa melakukan apa saja.

"Apa maksudmu?"

"Aku tahu kalau aku memang tampan dan menarik. Tapi tidak kusangka kalau sampai ada wanita yang memelukku tanpa henti. Begitu lengket seperti lem. Bahkan ketika aku mendorongmu kamu kembali lagi kepadaku seperti boomerang. Luar biasa sekali daya tarikku ini." Nico memandang Sandra dengan seringai, dan pandangan itu membuat gadis itu pelan-pelan mengingat kelakuannya semalam.

Wajah memerah Sandra menjadi panas. Dia sangat malu hingga ingin membenamkan kepalanya ke tanah.

"Hentikan! Aaa jangan berkata apapun lagi!", Sandra berteriak sambil menutup kedua telinga dengan telapak tangannya.

"Kenapa malu begitu? Benar-benar berbeda dengan dirimu semalam. Apa kamu benar orang yang sama?" Nico tertawa.

"Dengar ya, apapun yang aku lakukan tadi malam, itu semua murni karena pengaruh alkohol! Aku yang dalam keadaan sadar tidak mungkin melemparkan tubuhku kepadamu. Aku tidak tertarik sama sekali!" Sandra berusaha menyelamatkan dirinya dari rasa malu, ia bergegas meraih ponselnya dan meninggalkan Nico.

Dahi Nico berkerut, sedikit kesal dengan ucapan gadis itu. Ini adalah pertama kalinya seorang wanita mengaku tidak tertarik padanya. Benar-benar sebuah penghinaan.

Sandra berjalan keluar kamar dengan membawa ponselnya, tapi hatinya terasa begitu berat. Saat ia sampai di rumah, masih ada badai hebat yang menunggunya. Apa yang harus ia lakukan?

Tunggu dulu. Apa ini?

Sandra menatap layar ponselnya dengan mata terbelalak. Mengapa wallpapernya berubah?

Juga, kapan foto ini diambil? Ia memperhatikan potret dirinya yang sedang terlelap di pelukan bos dengan nyaman.

Dia setengah menyipitkan matanya, rahangnya terangkat, dan senyumnya pun kembali terlihat. Ia tak kuasa menahan tawa melihat foto yang menggemaskan itu. Pria bertubuh besar ini biasanya memasang wajah angkuh dan sedingin patung es. Siapa sangka dia terlihat begitu manis saat tersenyum lebar seperti ini, hehe!

Tentu saja, kegembiraan ini hanya berlangsung selama setengah detik. Sandra memegang telepon dan bergegas menemui Nico di kamar tidur: "Kamu mengubahnya? Apa maksudmu?"

"Jika ada pria yang mengejarmu di masa depan, kamu dapat menunjukkan padanya wallpaper itu. Aku yakin itu dapat menyelamatkanmu dari masalah." Jelas Nico dengan penuh percaya diri.

"Oh begitu, wah aku harus berterima kasih!" Sandra mencibir. Tapi kemudian tertawa geli melihat kelakuan aneh pria itu.

"Sama-sama," jawab Nico sambil tersenyum dengan tenang.

Sandra kembali tertawa, merasa sangat bahagia: "Siapa yang mau menerima kebaikanmu? Aku akan menghapusnya sekarang."

Foto seperti ini sebagai wallpaper hanya akan membuat orang salah mengira dia punya pacar. Sandra adalah gadis yang masih bersekolah. Selama masih menempuh pendidikan, dia tidak mau jatuh cinta.

Nico sedikit kecewa mendengar perkataan gadis itu. Ia memutar otaknya sejenak, kemudian berkata dengan nada memelas.

"Jika aku memberimu 100 juta sebagai gantinya, maukah kamu tidak menghapus foto itu?"

ตอนถัดไป