webnovel

LIE

***

Malam makin larut, orang-orang yang melewati sekitar penginapan perlahan-lahan kembali ke rumah mereka masing-masing. Semuanya sunyi, tidak ada satupun suara bising terdengar. Yang bisa kudengar hanyalah angin malam yang perlahan menghembus wajahku, kota ini sangatlah tenang. Rasanya sudah sangat lama aku tidak merasakan ketenangan ini, kira-kira dia sedang apa ya disana?

"Snow?"

Ditengah lamunanku Chio datang menghampiriku, rambutnya acak-acakan, wajahnya terlihat seperti orang malas, dan itu membuatku sedikit tertawa.

"Apa yang lucu?"

"Tidak, tida ada apa-apa. Kenapa kau bangun? Ini masih tengah malam."

Perlahan dia berjalan kearahku, dan memeluk erat punggungku.

"Aku tidak bisa tidur...."

"Kenapa?"

"Aku takut, saat bangun nanti... aku tidak bisa melihatmu."

Ya ampun, dia ini....

"Membayangkannya saja membuatku tidak tenang, apalagi..."

Perlahan ku menutup bibirnya dengan telunjukku, dan perlahan memeluknya balik dari depan.

"Tenang saja, aku tidak akan kemana-mana."

"Jadi begitu, aku senang mendengarnya."

Jujur saja aku sangat tidak enak kalau harus membohonginya, faktanya kalau aku sudah menemukan jalan pulang, aku akan pergi dari sini.... dengan kata lain aku akan meninggalkan Chio disini.

Sudah kuputuskan.

"Hei Chio, mau mendengar kisahku?"

"Ya."

***

Pada dasarnya aku adalah manusia, tapi aku tidak berasal dari sini. Bisa dibilang aku berasal dari dunia lain, dunia yang jauh berbeda dengan duniamu. Disana tidak ada elf, tidak ada raksasa, tidak ada dewa maupun dewi. Disana hanya ada manusia, hewan, dan tumbuhan. Bergitu juga dengan bangunannya, sangat berbeda jauh dengan yang ada disini, tapi entah kenapa bahasa yang kita gunakan sama.

Beberapa waktu lalu, sebelum kau menemukannya tergeletak di neraka itu, aku dan rekanku sedang bertarung dengan seorang penjahat. Yah, bisa dibilang kekuatannya setara dewa disini. Kami bertarung dengannya untuk menyelamatkan seorang gadis, dia adalah temanku bernama Jasmine. Awalya kami sangat kewalahan melawannya, tapi tepat diujung nafas ini aku mendapat kekuatan besar, kekuatan yang berasal dari seseorang yang dulu pernah hidup di dunia ini. Awalnya dia memperingatkanku, jika aku menerima kekuatannya aku tidak akan bisa kembali menjadi manusia normal, dan dengan polos aku menerimanya.

Sungguh, kekuatannya sangatlah luar biasa. Dan dengan mudahnya aku mengalahkan penjahat itu, saat ingin pulang teman penjahat itu datang menusuk tubuhku dengan tangan kosong, dengan sigap aku membekukan tangannya yang masih tertancap di tubuhku, lalu aku mendorong rekanku dan gadis itu masuk kedalam portal ke dunia kami. Jadi, kau bisa menganggapku ini adalah makhluk asing yang seenak hatinya masuk kedalam dunia kalian.

***

"Jadi, tujuanmu yang sebenarnya adalah..."

"Ya, alasanku mau ikut kedalam perjalananmu ini karena aku ingin mencari cara untuk bisa pulang."

Sial, mataku mulai berkaca-kaca. Aku memang payah dalam hal berbohong, setiap kali aku berbohong hatiku rasanya sangatlah sakit.

"Snow..."

"Ma... maafkan aku karena telah menipumu diawal, maafkan aku..."

Air mataku tidak terbendung lagi, mereka mulai mengalir deras dipipiku. Tanpa sadar tanganku menyentuh dadaku, rasanya sangat sakit dan sangat sesak.

"Maafkan aku."

"Snow, bangun!"

Dia berbicara dengan tegas, dia berdiri dan menatapku yang masih belum bangkit.

"Apa yang kau bicarakan ini, bodoh."

"Chio..."

"Ayo bangun!"

Dia menarik dan memaksaku untuk berdiri.

"Nah begini lebih baik, sekarang."

Dia mendorongku ke kasur, dan dia berada tepat didepan tubuhku. Perlahan dia memeluk kepalaku, dan dengan lembut dia membelainya.

"Tenang saja."

"Chio...."

"Aku tidak akan pernah membencimu karena telah berbohong padaku, lagipula kebohonganmu ini memiliki tujuan yang baik. Jika aku ada diposisimu sekarang, aku akan melakukan hal yang sama. Telebih lagi, sekarang tujuan kita sama. Kita sama-sama melakukan perjalan untuk bisa pulang, jadi jangan pernah berfikir kalau kau ini orang yang jahat.

Kata-katanya malah membuat tangisku semakin pecah. Meskipun aku ini seorang pria, tapi hatiku sangat mudah tersentuh. Bahkan hanya dengan kata-kata, aku dengan mudahnya luluh dalam pelukannya yang hangat.

"Menangislah Snow, itu akan membuatmu lega."

Sial, aku tidak bisa berhenti.

"Chio... maafkan aku.... aku hanya ingin pulang.... aku sangat ingin bertemu dengan adikku.... aku sangat ingin bertemu dengan teman-temanku.... tapi aku tidak bisa meninggalakamu sendiri disini...."

"Kau memang pria yang baik."

***

Kurang lebih satu jam aku menangis dalam dekapannya, dan sekaran aku sudah mulai tenang.

"Terimakasih Chio."

"Tidak masalah. Mumpung sudah larut, kia tidur seperti ini saja."

"Eh?!"

"Kamu tidak mau?"

Dia menunjukkan wajah penuh kekecewaan, sial!

"Baiklah, hanya malam ini."

"Asik!"

Dia langsung tidur tepat disampingku, sial wajahnya sangatlah dekat.

"Dengan begini, aku bisa melihat wajahmu sebelum tertidur."

Sial! Kenapa dia sangat manis sekarang!

"Ayo kemari, aku akan memelukmu sampai pagi."

Tenangkan dirimu wahai spearku, kita pasti bisa melewati ini dengan tenang!

"Tidak, terimakasih."

"Eh... kok gitu sih."

Tahan! Tahan! Tahan!

"Aku akan kesepian kalau kau tidak memelukku."

Sial!!!

"Eh? Snow?"

Aku tidak tahan lagi!

"Sakit!"

"Itulah yang kau terima karena menggodaku, bagaimana rasanya?"

"Sakit..."

Dia sedikit menangis, dia pantas mendapatkannya.

"Kenapa kau menjitak keningku terus!"

"Karena kau nakal."

"Sakit tau!"

"Aku tidak peduli, sekarang tidurlah."

Aku tidur membelakanginya.

"Hah!!! Snow jahat!"

Dengan sigap aku berbalik dan menatap tajam matanya.

"Jadi, apa kau membenciku?"

Dia langsung menutupi wajahnya dengan selimut, kemudian berbalik membelakangiku.

"Ti... dak."

"Apa? Aku tidak dengar?"

Aku sedikit menggodanya.

"Ya ampun! Sudah kubilang..."

Saat dia berbalik, aku sudah berada tepat didepan wajahnya. Dengan jelas aku bisa melhat matanya yang berkaca-kaca, dan aku juga bisa melihat wajah dan telinganya yang merona merah.

"Aku tanya sekali lagi, apa kau membenciku?"

"Mana bisa aku membencimu."

Karena merasa bersalah, aku putuskan untuk memberikan lenganku sebagai bantalnya.

"Eh... apa boleh?"

"Ya, setidaknya ini yang bisa kulakukan sekarang."

Dia kemudian tidur diatas lenganku, wajahnya terlihat sedikit terkejut.

"Lenganmu besar juga ya, dan ini sangat kuat. Aku tidak bisa membayangkan sebesar apa kekuatanmu yang sebenarnya."

"Kau tidak paerlu tau itu."

"Hehehe."

***

Pagi haripun tiba, terpaan sinar matahari menyilaukan mataku. Dengan sigap aku bangun, dan melakukan peregangan.

"Tuan Snow, nona Chio bangun. Ini sudah pa..."

Oh, Alice dan Anna datang mebangunkan kami.

"Alice... Anna... Selamat pagi."

"Astaga..."

"Kau yang terburuk tuan."

"Eh?"

Entah kenapa tatapa Anna seperti sedang melihat sampah yang sangat busuk, dan Alice sedari tadi hanya menutup mulutnya dengan ekspresi mata yang terkejut.

"Ada apa ini?"

Nona Lumina datang dan langsung ikut terkejut.

"Ara, pantas saja tadi malam kalian sangat berisik."

"Eh? Memangnya ada apa?"

Aku benar-benar dibuat bingung oleh sikap mereka.

"Tuan, bisa kau beritahu kami... apa yang sudah kau lakukan pada nona Chio?"

"Apa? Aku tidak tau maksud perkataanmu?"

"Jangan pura-pura bodoh, cepat jawab tuan."

"Aku benar-benar tidak mengerti, apa yang... Woah! Chio!"

Aku langsung terkejut saat melihat posisi dan pakaian tidur Chio yang terlihat berbbahaya, banyak sekali kulit yang terlihat, dan ekspresi wajah tidurnya terlihat sangat kelelahan.

".... Snow.... aku tidak bisa lagi...."

Dia mengigau!!! Sial! Dia malah membuat suasana disini semakin runyam!

"Hei! Telinga panjang! Cepat bangun! Kalau tidak kita akan mendapatkan masalah!!!!"

"... Kau jahat... Snow..."

"Woi!!! Berhenti mengigau!!!"

"Tuan, saya tidak menduga kalau tuan sebenarnya...."

"Tidak! Alice dengarkan penejelasanku dulu!"

"Jangan sentuh Alice, kau sampah. Persiapkan dirimu tuan, karena kau akan menerima pelayanan spesialku bernama... Layanan 10.000 kali cambukan."

"Tidak!!! Dengarkan aku dulu!!!"

"Sampai jumpa!"

"Sudah kubilang..."

***

"Ini Hanya Salah Paham!"

ตอนถัดไป