webnovel

FREEDOM CITY

***

"Lukisan ini kan!"

Tidak diragukan lagi, ini adalah lukisan...

"Eh?"

Kenapa tubuhku terasa kaku, ada apa ini?!

***

"Hahaha!"

Suara ini! Jangan-jangan....

"Lama tidak bertemu ya Snow."

Y-Mir!

"Terimakasih karena telah membuka lukisanku itu, dengan begini aku bisa menguasai tubuhmu."

Sial! Tidak akan kubiarkan kau mengambil alih tubuhku lagi!

"Apa kau pikir bisa menghentikanku?"

Tunggu dulu...

"Ada apa? Kenapa kau berhenti?"

Baiklah untuk kali ini aku akan membiarkanmu menguasai tubuhku.

"Ho... sangat jarang melihatmu tidak memberontak."

Tapi aku punya satu syarat.

"Menarik, katakan."

Bunuh wanita sialan yang mencoba untuk menyiksa teman-temanku!

"Tanpa kau suruh, aku pasti akan membunuhnya."

***

Kira-kira, apa dia berhasil membunuh wanita sialan itu? Apakah aku bisa mendapatkan tubuhku kembali? Ah sial! Tiba-tiba aku merasa sangat menyesal memberikan tubuhku padanya.

Tapi... entah kenapa kepalaku terasa sangat nyaman, rasanya sangat ringan. Kepalaku terasa seperti di surga, baru pertama kali ini aku merasakan sensasi senyaman ini.

"Snow..."

Suara lembut ini, memanjakan telingaku.

"Bangun..."

Suaranya mirip sekali dengan Chio, sial aku jadi rindu dengannya.

"Bangun..."

Apa aku sudah di alam baka?

"Bangun kau dasar pemalas!!!"

Eh! Ada air yang mengguyur wajahku!

"Apa-apaan ini?!"

Sial airnya sangat dingin, membuatku kaget saja.

"Siapa yang menyiramku dengan air?!"

"Yo, kau terlihat sangat menikmati tidurmu ya."

"Siapa kau?!"

"Hoho, sudah berani melupakanku ya. Dasar Raksasa pendek!"

"Tunggu dulu, kau... Chio?"

"Ya, aku chio."

Eh? Tunggu dulu, apa aku masih hidup? Atau Chio juga sudah....

"Cepatlah bangun, kasihan Alice."

"Alice?"

Seketika aku menyadarinya, rupanya sensai ringan bagaikan surga dikepalaku tadi karena sekarang ini aku tidur dipangkuannya Alice.

"Syukurlah anda sudah bangun ya, tuan."

"Alice..."

"Cepat bangun kau pemalas!"

Sakit! Dia menarikku bangun dengan paksa, ada apa dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah ini?

"Sakit sekali... hei Chio apa yang kau lakukan?! Dasar telinga panjang!"

Tiba-tiba dia memlukku, pelukannya sangatlah erat sampai aku kesulitan bernafas.

"Selamat datang kembali."

Mereka semua ada disini, wajah mereka terlihat sangat lega. Jadi begitu ya, aku berhasil kembali... syukurlah.

"Ya, aku kembali."

***

Mereka menjelaskan kepadaku kalau Y-Mir berusaha untuk membunuh mereka, dan mereka juga mengatakan kalau Y-Mir memiliki batasan yang membuatnya tidak bisa membunuh mereka. Y-Mir mengatakan kalau batasan itu berasal dariku, tapi sama sekali tidak merasa memberikan batasan padanya. Ada yang aneh disini.

"Ngomong-ngomong, bagaimana caranya aku bisa kembali?"

"Kalau itu tuan, nona Chio yang telah...."

Chio langsung membungkam Alice, ada apa ini?

"Ada apa?"

Chio terlihat sangat panik, dia sedang membisikkan sesuatu kepada alice.

"Baiklah nona."

"Apa yang kalian bicarakan?"

"Tidak, tidak ada apa-apa."

Hem, mencurigakan.

"Yah, aku tidak tau pasti bagaimana cara kalian mengembalikan tubuhku, tapi terimakasih."

Syukurlah, aku masih bisa kembali. Tubuhku sehat, tenagaku pulih, terlebih lagi aku ditemani oran-orang baik seperti mereka.

"Ngomong-ngomong tuan, siapa yang mengendalikan tubuh tuan sebelumnya?"

"Oh, itu adalah...."

Y-Mir.

"Tuan?"

Eh? Aku tidak bisa mengatakan namanya.

"Ada apa Snow?"

"Tidak, hanya saja aku tidak bisa mengatakan namanya."

"Aneh sekali."

Sangat aneh malahan, padahal di rumah aku bisa mengatakannya dengan lancar.

"Ya, itu semua tidak penting lagi karena kau sudah kembali dalam keadaan sehat. Aku sangat senang."

"Oh ya, ada satu hal yang ingin aku tanyakan."

"Apa itu?"

"Kita ada dimana?"

"Hehehe, kita ada di Vanaheimr!"

***

Secara sekilas, tempat ini lebih terlihat seperti hutan. Tapi, didalam hutan lebat ini ada sebuah kota kecil yang terlihat ramai. Didepan pintu gerbangnya sudah ada banyak sekali orang yang mengantri masuk, sepertinya ketat sekali.

"Nah, disini kita antri masuk kedalam."

"Kenapa harus antri?"

"Jadi Vanaheimr ini adalah wilayah dari para vanir, mereka adalah dewa pelindung, kesuburan, dan pemeliharaan. Itulah kenapa kota ini dikelilingi oleh hutan yang sangat lebat. Terlebih disini adalah satu-satunya wilayah bebas, jadi tidak ada perbedaan ras disini."

Tempat dimana berbagai macam ras bisa hidup bersama, kota yang dikelilingi oleh hutan yang sangat lebat, dan dilindungi oleh tembok yang sangat tinggi. Sepertinya aku suka tempat ini.

Setelah menunggu lama akhirnya kami berada di barisan paling besar, didepan gerbang dijaga oleh 6 orang berpakaian seperti penjaga. Mereka memegang spear, seluruh tubuhnya tertutup zirah perak, dan ada satu penjaga yang bertugas memeriksa orang masuk.

"Baik silahkan masuk nona elf, berikutnya!"

Akhirnya giliranku tiba, aku tidak sabar untuk masuk kedalam kota ini.

"Maaf, bisakah anda membuka jubahnya? Saya tidak bisa melakukan pemeriksaan jika wajah anda tidak terliahat."

"Oh, iya. Maaf ya pak."

Jadi untuk masuk kedalam hanya perlu menunjukkan wajah kepada para penjaga, syaratnya sangat gampang.

"Huh?! Kau!"

"Ya? Ada apa pak? Apa pemeriksaannya sudah selesai?"

"Semua prajurit kunci dia!"

Tiba-tiba saja semua spear yang dipegang para penjaga ini mengarah ke leherku.

"Jangan bergerak!"

"Snow!"

"Anu, maaf sebelumnya... tapi aku tidak melakukan apapun kan?"

"Diam kau raksasa!"

Salah satu dari mereka mengikat tanganku dari belakang, Chio berusaha menyelamatkanku tapi dia ditahan oleh para penjaga. Alice dan Anna juga berusaha membujuk para penjaga, tapi mereka tetap bersikeras menangkapku. Sebenarnya apa salahku?

"Ada apa ini ribut-ribut? Dan kenapa antriannya tidak berjalan?"

"Jendral! Mohon maafkan kami, tapi kami melihat ada seekor raksasa mencoba masuk kedalam."

"Raksasa?"

Seorang pria dengan pakaian rapi datang menghampiriku, dia mengangkat wajahku.... dia memeriksa tanduk dan rambutku.

"Jadi begitu."

"Kita apakan mahkluk menjijikan ini jendral?"

Sial! Penjaga itu menghinaku!

"Jendral aku mohon lepaskan dia!"

Chio, dia masih berusaha membujuk mereka.

"Diam kau elf!"

Salah satu penjaga tadi ingin menampar Chio, dengan cepat aku melesat kearahnya.

"Kurang ajar!"

Aku sedikit mendorong penajaga itu, dengan sigap aku mendekap Chio.

"Jangan coba-coba menyentuhnya!"

"Dasar kau! Lebih baik makhluk menjijikkan sepertimu lenyap saja!"

Sial dia berusaha menyerangku, dan gerakannya sangatlah cepat!

"Berhenti sampai disitu."

Orang berpakaian rapi tadi tiba-tiba berada didepanku, dan dia menghentikan serangan spearnya hanya dengan 2 jari saja. Siapa sebenarnya dia ini?

"Jendral! Tapi dia ini raksasa!"

"Diamlah prajurit!"

"Siap pak!"

"Memang benar dia ini adalah raksasa, tapi apa kau tidak melihat sisi baik dari dirinya?"

"Bagian mana dari mahkluk menjijikan ini yang bisa dibilang baik."

Sial! Penjaga ini membuat emosi naik, kenapa dia sangat membenciku? Padahal kita baru bertemu hari ini.

"Sadarlah! Matamu sudah ditutupi oleh kebencian! Apakah tindakannya untuk menyelamatkan gadis elf itu bisa dibilamg salah? Jawab aku prajurit!"

"Sial... tidak pak."

"Kembalilah ke posmu, dari sini biar aku yang mengurusnya."

"Siap pak!"

Penjaga itu pergi dengan wajah kesal, dia menatapku dengan tatapan penuh dengan kebencian. Apa masalah orang itu?

"Maaf ya, anggotaku jadi mengganggu kalian."

Diluar dugaan, selain tegas dengan bawahannya orang ini juga bersikap sangat sopan kepada kami.

"Ah ya, tidak apa-apa. Justru saya yang minta maaf karena merepotkan anda."

"Tidak masalah, mari kita berbincang di tempat lain. Kalau disini nanti bisa mengganggu mereka yang sedang bertugas, terlebih aku tau tempat yang sangat bagus disini."

"Baiklah, kami ikut."

***

Orang tadi membawa kami ke sebuah kedai kecil dan sepi, tapi suasananya sangatlah damai. Sekilas hanya ada pelayang kedai yang sedang berdiri di depan meja pemesanan, dan ada beberapa orang sedang menikmati waktu mereka dipojokan. Tak jarang pula aku menemukan orang-orang dengan ciri-citi yang sangat aneh, ada yang bertanduk, ada yang bertubuh sanagat pendek, ada manusia biasa, ada bertubuh setengah hewan. Dimensi ini sangatlah gila, tapi kenapa sejak tadi aku tidak melihat satupun dari mereka yang bertelinga panjang seperti Chio

"Ini minuman yang anda pesan jendral."

"Terimakasih ya, kau bekerja dengan baik seperti biasanya."

"Tidak, semua ini berkat anda. Entah apa jadinya saya kalau anda tidak datang diwaktu yang tidak tepat, saya sangat berterimakasih."

"Ayolah jangan begitu, aku jadi malu mendengarnya."

"Nikmatilah waktu kalian ya, saya permisi dulu."

Pelayan yang sangat ramah.

"Sekarang mari kita mulai pembicaraannya, jadi begini.... tuan raksasa, saya sangat minta maaf tentang apa yang terjadi tadi."

Dia membungkukkan badannya depan didepankami.

"Tidak apa-apa, lagipula saya tidak terkana luka atau hal buuruk lainnya. Tenang saja, saya sudah memaafkannya tadi."

"Benarkah! Syukurlah, saya sangat khawatir."

"Maaf kalau lancang, tapi saya sangat penasaran. Apa yang membuat penjaga tadi sangat membencku?"

"Tidak, dia tidak membencimu. Yang dia benci sebenarnya adalah raksasa lain, tapi dia melampiaskan semua kemarahannya kepada semua raksasa."

"Lalu, kenapa dia sangat membenci raksasa?"

"Yah, dia mulai membenci raksasa saat...."

***

"Oi, kau tidak apa-apa kan?"

"Diamlah, aku gagal membunuh raksasa hari ini. Aku sedang sangat kesal sekarang, jadi jangan ganggu aku."

"Hei, aku tau kau membenci mereka. Tapi tidak semuanya sama dengannya kan?"

"Huh?! Apa yang kau tau tentang para raksasa?!"

"Aku memang tidak terlalu paham dengan mereka, tapi tadi itu kan raksasa yang baik."

"Diam! Tidak ada satupun raksasa yang baik didunia ini! Terlebih lagi dia hanya memiliki satu, tanduk, dan itu adalah bukti yang cukup nyata untukku membununya!"

"Sudahlah, kau hanya akan menimbulkan masalah."

"Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! BUNUH! Aku tidak akan berhenti sampai dia mati ditanganku! Dan jika kau berani melaporkan ini kepada jendral, maka aku tidak akan segan-segan memebunuhmu beserta keluargamu."

Benar apa kata jendral tadi.

***

"Matanya sudah tertupi oleh kebencian"

ตอนถัดไป