webnovel

Berusaha keluar

Semuanya beres, Liana dan Alwhin sudah membawa korban termasuk Lysander ke tempat yang aman. Meski banyak lorong, namun bila dicermati rupanya ada tanda tersendiri yang mengarahkan ke tempat-tempat tertentu.

Beruntung saja karena ritual pencabutan kekuatan magis tadi belum purna, maka kekuatan magis yang tertampung di dalam kristal besar itu dapat dikembalikan ke pemiliknya, dengan cara menghancurkan wadah tersebut.

Aura warna yang berkilau dan berbeda-beda warna tersebut melayang, mencari dan masuk ke dalam raga pemiliknya. Alwhin dan Liana sangat bersyukur semuanya dapat dikembalikan seperti semula. Alwhin juga telah menemukan ayahnya tadi. Ayahnya dalam keadaan tak sadarkan diri. Namun nampaknya Tuan Hurrold baik-baik saja.

Sebuah pesan dalam holo faks Liana berbunyi. Liana lalu membuka holo faksnya dan mendapati pesan dari holo faks milik Lysander. Tapi Liana bingung, siapa yang mengirimkan pesannya. Padahal Lysander tengah bersama mereka sekarang.

'Levi? kau kah itu? Nenek dan Alphonso berada di ruangan pojok sebelah barat laut bangunan ini. Tidak jauh dari tempat kau berada. Lysander yang memberi tahu Nenek.'

Setelah mendapat pesan tersebut, Liana pamit sebentar pada Alwhin. Ia berjanji akan segera kembali membawa Alphonso dan Nenek Louvinna. Namun Alwhin menolak, Alwhin bilang kalau ia harus menemui Alphonso langsung. Karena ada sesuatu yang harus ia lakukan.

Mendengar hal itu Liana mengalah dan membiarkan Alwhin yang pergi. Alwhin pasti punya sesuatu hal yang sangat penting sekarang. Dan Liana tidak mau menghambat Alwhin.

Dan dalam satu kedipan mata Alwhin sudah tidak ada di sampingnya. Liana lalu bergegas merogoh kantung bajunya untuk mencari ramuan buatan Lysander. Apapun pengaruhnya, tidak ada salahnya menurut Liana untuk membangunkan orang-orang di situ dengan ramuan buatan Lysander.

Satu persatu Liana bangunkan dengan ramuan tadi. Dan ada kabar baik, beberapa dari mereka tersadar. Namun Liana kehabisan isi dari ramuan tersebut. Liana memutar akal, dan ia melirik Lysander. Aha! kenapa ia harus bingung, bukankah Lysander juga membawa satu botol ramuan?

Lalu Liana mencari ramuan tersebut dalam pakaian Lysander. Ia merogoh-rogoh dan akhirnya menemukan ramuannya. Namun ia tersenggol sesuatu, tangannya menyentuh sesuatu yang menyembul di balik pakaian Lysander.

Liana yang teramat polos sekali dengan wajah tak berdosa menekan-nekan benda itu. Iya! itu nipple Lysander.

"Apa ini? apa ini botol ramuan juga? tapi...kok aneh?"

Disaat Liana melakukan aksi ambigunya tersebut. Lysander mulai siuman, ia sedikit demi sedikit membuka matanya. Lysander yang tersadar akan perlakuan Liana tiba-tiba melotot, Liana juga menatap balik ke arah Lysander. Mereka diam seribu bahasa, Lysander menganga dan akhirnya jatuh pingsan kembali.

"Lysander! jangan pingsan lagi astaga! aduh kepalaku jadi pusing," keluh Liana.

Ada-ada saja kau ini Liana. Padahal situasi sekarang belum benar-benar baik. Kau ini benar-benar polos Liana.

Alwhin tak lama setelah itu sudah kembali, kini dengan senyuman yang lebih cerah. Liana masih sibuk membangunkan para korban, dan ada seseorang yang memegang bahu Liana.

"Bagaimana keadaanmu sekarang Liana?" tanya seseorang.

Liana tersentak lalu menoleh ke belakang. Dan ia terkejut, Alphonso dan Nenek Louvinna ada di belakang dirinya. Yang menambah terkejutnya adalah Alphonso yang bisa dengan leluasa melihat. Alphonso tersenyum dan merangkul Alwhin. Mereka berdua terlihat sangat bahagia.

"Tuhan masih memberi kami kesempatan untuk menggunakan kekuatan magis kami," ujar Alphonso.

"Iya, benar sekali," sahut Alwhin.

Nenek Louvinna juga nampak bahagia sekali. Lysander yang sudah siuman langsung menghampiri si kembar Handpull.

"Kami akan menjelaskannya nanti," ujar Alwhin. "Kita belum menemukan Kak Lyosha."

"Iya, aku tidak mendapat jawaban pesan dari Kak Lyosha. Selebih baiknya kita cari dia---"

Mereka semua terkejut, sebuah bunyi ledakan besar terdengar. Suhu ruangan naik drastis. Para korban yang keadaannya masih lemah tak sanggup berdiri. Asap kebakaran menyelimuti ruangan, membuat mereka semua sesak nafas.

Alphonso mendapat sebuah penglihatan, ia tersadar lalu berteriak. "ALWHIN! SELAMATKAN ORANG DI ARAH JAM 12!"

Alwhin tanpa fikir panjang langsung menyelamatkan enam orang yang ada di hadapannya. Dan beda beberapa detik saja bagian bangunan di situ ambruk.

Liana, beserta yang lainnya berusaha menyelamatkan para korban secepat-cepatnya. Berulang kali mereka keluar masuk membantu para korban. Untung saja ada sebagian mereka yang biaa berjalan sendiri tanpa dibantu.

Setelah menjalani banyak lorong, mereka sampai pada tempat Lyosha berada. Lyosha dalam kondisi yang tidak bagus.

"Lyosha! apa yang terjadi?" seru Lysander.

"Kenapa dirimu jadi penuh luka begini? Lyosha? apa kau mendengarku?" tanya Liana.

Lyosha hanya menggeleng, ia diam.

"Itu tidak penting, bagaimana dengan kalian? tempat ini sebentar lagi akan hancur. Lebih baik kita pergi," ujar Lyosha mengalihkan pembicaraan.

Semuanya nampak heran dengan Lyosha, namun Lysander lebih maklum. Sebuah kekalahan adalah hal yang sangat Lyosha benci.

Lalu mereka semua bersama-sama mencari jalan keluar dari kastil tersebut.

Mereka semua menemukan sebuah gerbang. Gerbang itu adalah jalan keluar dari sana. Gerbang besi besar yang sangat kokoh, dengan gembok besar berlapis emas.

"Astaga, untung saja tidak dikunci. Wajar, karena mereka semua pasti sudah pergi dari sini," ujar Alphonso sambil membantu orang yang ada dirangkulannya.

"Andai saja kita bisa bertemu dengan pemimpin kelompok jahat itu," sambung Liana geram.

Awalnya mereka biasa-biasa saja saat membuka gerbang tersebut. Terlihat pemandangan wilayah biasa yang nampak sunyi. Namun setelah mereka melangkahkan kaki keluar gerbang, semuanya berubah.

Mereka tiba-tiba sudah berada di depan taman Armest Strong. Nenek Louvinna bahkan mengusak matanya berkali-kali memeriksa bahwa matanya sedang baik-baik saja atau tidak.

"Apa kita baru saja bermimpi?" tanya Nenek Louvinna.

"Dengan luka yang kita alami beserta sembuhnya Alwhin dan Alphonso nampaknya sudah memberi jawaban kalau Nenek tidak bermimpi," jawab Liana pada Nenek Louvinna.

Alwhin dan Alphonso memanggil bantuan, lalu datanglah para ksatria kerajaan. Semua warga yang terluka segera dibawa ke rumah sakit. Begitu juga Liana dan teman-temannya.

Ini semua masih menjadi hal yang membingungkan bagi mereka berlima. Berarti mereka bertarung dalam sebuah kastil di dunia lain? atau mungkin itu Neo Orama? meskipun hanya sebuah kastil namun tidak menutuo kemungkinan bahwa itu adalah Neo Orama.

Ada beberapa Neo Orama yang punya keunikan dalam cara memasukinya. Karena dalam catatan sejarah ada beberapa Neo Orama yang berada di dunia lain.

Tapi itu menambah pertanyaan bagi mereka, karena hanya pemimpin dari tempat tersebut mengendalikan sebuah Neo Orama. Berarti bukan sembarangan orang yang menjadi tokoh utama dibalik insiden ini. Dan berkat mereka berlima tidak ada lagi Amitte Ridere yang kedua.

*****

Denting jam berbunyi, kesunyian adalah tema utama dalam suasana pada tempat ini.

Orland baru saja datang dan masuk ke dalam ruangan yang sepi nan gelap tersebut. Ia langsung berlutut tatkala berada di belakang Tuannya yang sedang menikmati minumannya dengan khidmat.

"Ampun seribu ampun Tuan. Karena saya tidak cukup teliti upacara sakral untuk Tuan gagal seperti sekarang." Orland menunduk penuh penyesalan.

"Kau tidak melakukan kesalahan apapun. Kau selalu mematuhi perintahku Orland. Tak apa, aku hanya ingin bukanlah butuh. Kegagalan kali ini tidak akan membuat diriku ini kenapa-kenapa. Oh iya, soal Vivia?"

"Seperti yang anda ketahui Tuan, Vivia nampaknya sudah lenyap sekarang."

"Dia anak yang cukup bersemangat. Dia juga patuh namun sedikit keras kepala. Aku sangat berduka, tolong berikan upacara penghormatan untuknya."

ตอนถัดไป